3

11.6K 358 12
                                    

Aku masih berada dirumah ayahku, rasanya aku tak ingin pulang. Aku masih merindukan ayahku.

"Ayah" panggil pada ayahku yang berada dihadapanku. "Aku ingin kau tinggal dirumah kami" aku melirik kearah Dave yang sedang memangku Cindy.

"Mengapa aku harus tinggal ditempatmu?"

"Annora ingin kau selalu dekat dengannya"

Ayah menghembuskan nafasnya, "aku merasa nyaman disini"

"Tapi ayah, bila kau tinggal bersama kami kau tak akan kesepian dan kau bisa bermain tiap hari dengan Cindy"

"Aku mengerti An" katanya. "Tapi kau harus tahu, aku memiliki pekerjaan disini. Jadi aku tidak bisa meninggalkan pekerjaanku begitu saja"

Ah ayahku memang seorang pekerja keras, bagaimanapun caranya ia harus tinggal bersamaku. Aku menatap Dave agar ia bisa membantuku untuk membujuk ayah.

"Ayah, kumohon tinggallah bersama kami. Agar aku bisa mengenang masa kecilku bersamamu" bujukku. "Lagi pula Dave tidak selalu bisa mengantarku kesini, ia pasti melarangku untuk pergi sendiri"

"Annora benar ayah, aku tak bisa selalu mengantarnya kesini. Aku harus pergi untuk menjalankan bisnisku setiap saat"

"Kau dengar ayah? Kumohon ayah" aku memandangnya dengan pandangan memohon agar ia mau tinggal dirumahku.

Ia menghembuskan nafasnya, "baiklah baik, aku akan tinggal dirumahmu"

Aku merubah raut wajahku menjadi senang.

"Tapi, biarkan aku bekerja" sambungnya lagi.

"But, kau sudah tua ayah" protesku.

"Iya atau tidak sama sekali?" aku mendengus.

"Baiklah, pak tua" aku mengambil alih Cindy dari pangkuan Dave. "Hello baby, kau dengar kakek akan tinggal bersama kita. Kau tidak akan kesepian lagi" aku mencium seluruh wajah Cindy dengan gemas.

Ayah mengusap puncak kepalaku dengan lembut sebelum berkata. "Aku akan menyiapkan semua barangku" ujar ayahku, kami hanya mengangguk.

"Dave apakah itu tidak memberatkan ayah?"

"Maksudmu?"

"Ayah akan pindah kerumah kita dan ayah bekerja disini. Apa itu tidak membutuhkan waktu yang lama bagi ayah?"

Dave mendekat padaku dan mengusap rambutku, "kau yang memaksanya untuk tinggal bersama kita"

"Memang, tapi aku tidak percaya ayah akan menjadi keras kepala seperti itu"

"Ia sepertimu, keras kepala" dia memeluk tubuhku dari arah samping.

"Hei lepaskan, kau tak lihat Cindy kini berada dipelukanku. jangan membuatnya tak bisa bernafas"

"Biarkan seperti ini" ia mengecup sisi leherku. "Kau sungguh harum seperti Cindy"

Aku memutar mataku malas, "kau selalu saja mengatakan seperti itu bila sedang memelukku"

Dia mengadahkan kepalanya untuk melihatku. "Memang itu kenyataannya, kau memang harum seperti Cindy dan aku menyukainya"

Aku menyentuh rambutnya dengan tanganku yang bebas. "Rambutmu cepat sekali tumbuh, kau harus dengan segera memotongnya" ujarku. "Dan ini, mengapa kau tak mencukur ini?" aku menyentuh rambut halus di daerah sekitar rahangnya.

"Bukankah kau menyukainya?" aku menaikan sebelah alisku.

"Aku tak pernah mengatakannya"

"Kau lupa" dia menyeringai dan mendekatkan wajahnya padaku. "Kau mengatakannya saat kita bercinta kau mengatakan bahwa rambut-rambut ini kesukaanmu"

MINE [NEVER LET YOU GO]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang