Tidurku kian lelap. Setelah hampir 3 jam aku melamunkannya. Siapa dia? Tentu saja Wila, pria pemilik senyum manis itu. Kenangan saat hujan sore kemarin berhasil menyihirku menjadi wanita yang kurang waras. Benar saja, selepas aku pulang dari warung wartek tak kuasa aku menahan senang hingga tak sadar bajuku telah basah kuyup terguyur hujan. Bahkan saat mandipun ragaku seperti dibawa melayang gelembung sabun. Kehadirannya memang membuatku menandingi gilanya orang yang tak waras.
Hoam.. (Menguap seraya mengambil langkah kearah meja makan)
Rasa kantukku belum juga tertuntaskan. Air hangat yang sengaja kupancurkan ke arah kelopak matapun saat mandi, tak berhasil membuatku kembali segar.
Ibuku sibuk menuang teh hangat kedalam tiga gelas. Aku sudah tak heran, ayah sudah biasa berangkat kerja terlebih dulu mendahului sarapannya. Jadi hanya aku, ibu, dan juga kakakku.
***Angkot buntut ini memang merisihkan. Banyak sampah di bawah kursi dan baunya... Masyaallah. Ini minggu kedua tanpa sepeda. Hal yang buruk untukku karna ban yang bocor memaksaku menitipkan sepedaku pada tukang bengkel seberang rumahku. Sudah kutanyakan setiap hari, namun jawabanya tetap sama, "belum jadi, neng. " sempat kesal sih, tapi yasudahlah..
Awan pukul 06.17 memang menenangkan suasana. Meredakan hatiku yang sempat kesal pada angkot jorok itu. Terpaksa, aku harus berjalan sekitar 35 langkah kaki lagi dari perempatan jalan menuju sekolah.
'Aaaaa... '
Laju sepeda menghentikan langkahku. "Semprull!!! " seorang pelajar yang berseragam sama sepertiku mengendarai sepedanya seperti kurang waras. Kakiku terinjak seketika.
Dia tak menoleh, tak minta maaf sekalipun.
"Heyy,, dasar BRENGSEKK!! "
Aku meloncat-loncat dengan kaki kiriku menahan sakit. Rasa sakitnya seperti kaki bernanah bengkak yang tiba-tiba dipecotot.
Aku terdiam duduk di trotoar. Isak tangis kali ini harus kutahan. Lalu, bagaimana langkahku menuju sekolah? Sakit, ini memang benar-benar sakit.
***
KAMU SEDANG MEMBACA
a Wish for Love
RomanceAbaikan saja, jika kau tak tertarik pada cinta. Kau harus benahi hatimu terlebih dulu jika kau menginginkan cinta. Karna layaknya pisau, ia akan menyakitimu jika kau tak berhati-hati dalam penggunaannya. Jika memang sejati, relakan ia. Karna sejauh...