Apologize (?)

16 3 0
                                    

Sudah dua hari. Malam ini masih nampak biru jempol kakiku. Sakit sekali memang.

Huft...
"Obatnya masih utuh. "

Memang aku tak suka obat. Terlebih obat yang diberikan dokter untukku pahit. Ihhh rasanya ingin mual.

Message :
       
          Pr Geo hal. 37-41

Singkat saja, pesan dari Hani biar saja kubaca tanpa kujawab. Dua hari aku tidak masuk sekolah. Resiko, tugas menumpuk dan ketinggalan pelajaran. Ah sudahlah,, aku lelah

24 menit kemudian..

Drrrrttt drrrrt

Dering ponselku menggetarkan kasurku. Kubiarkan saja. Toh, mungkin itu Hani. Aku kembali tidur.

Arrgghh...
Deringnya membuatku kesal. Aku menengok layar hp dengan pandangan samar. Kututup kembali. Hah?? Aku kaget seketika. Ets, aku menengok lagi.

Nomor tidak dikenal

"Hallo??????"
Tak ada jawaban.

"Halloo??dengan siapa ini??"
Tak ada jawaban. Hanya suara gesekan yang kudengar.

"Halo,"

Suara pria mengagetkanku --suaranya basah dan menakutkan, seperti peneror film horor-- Setengah kaget dan terkejut.

"Ini dengan Arum kah?"

Hmm...
Hmm...
Hmm...

Kenapa dia tahu namaku?? Aneh sekali. Apa jangan-jangan ini penculikan berencana.

"Hm..iy-- "

"Sebelumnya, aku.." ia mulai angkat bicara yang tadinya memotong jawabanku.

"Oh,,,ini pengantar pizza ya? Ohya mas, pencet saja bel di sisi kanan tembok nanti pembantu saya pasti akan datang. Ohya, uangnya menyusul ya mas.. Nanti pembantu saya datang bawa uang kok. Kalau kelamaan nunggu, taruh saja pizzanya di depan pintu uangnya nanti saya kirim. " sontak saja aku mengalihkan topik pembicaraan karna ku tahu ia akan membicarakan sesuatu.

"Bu..bukan!!! Aku bukan tukang pengantar pizza. Aku Renaldi, kakak kelasmu."

Haaaaah?? Sial!!! Ternyata pria brengsek itu lagi. Jaringan ponsel yang tadinya akan segera kuputus kini ku batalkan karna ini adalah kesempatanku untuk memakinya kembali.

"Hehh!! Elo baru minta maaf sekarang? Kemana aja lo selama ini? Lo kira dunia ini sempit? "

"Udah ngomelnya? Gua bukan mau cari gara-gara ya, gua cuma mau minta maaf. Udah itu aja. "

"Apah lo bilang? M.I.N.T.A M.A.A.F? kuburan masih luas, sini kalo berani. "

Aku memakinya sepuas-puasnya. Namun dia tetap tenang, walau terkadang dia juga terpancing emosi.

"Gua minta maaf si, "

(Aku terdiam)

"Aih, nggak usah memelas gitu si ah. Najis. Iya, gua maafin."

Renaldi girang sekali. Ternyata dia selama ini mencemaskanku. Benar saja, Aldi merasa bersalah setelah dia mengetahui bahwa karnanya aku tidak masuk kelas dua hari.

Hampir setengah jam kita bercengkrama melalui via telepon. Haduh.. Kenapa jadi keterusan begini sih

Tawanya lepas sekali. Akupun begitu. Entah apa yang kita perbincangkan, yang jelas tak ada habisnya.

"Dari mana lo dapet no hp gua? "

Hahahahha.. (Aldi tertawa)

"Lo nggak perlu jawab! Gua uda tau dari mana. "

Pasti Hani yang memberi nomorku. Sempat kesal, tapi bagaimana lagi. Takdir memaksaku untuk menerima apa yang sudah terjadi.

(Tiba-tiba tak ada suara)

Ah, ternyata Aldi mematikan via telepon. Loh, kenapa aku jadi sedih begini?? Tidak tidak tidak.. Jangan sampai aku nyaman dengannya.

                        ***

a Wish for LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang