Belakangan ini bisa dibilang aku sudah mulai ikhlas dengan hal yang menimpaku dan Justin, aku mulai berpikir bahwa sampai kapan aku harus menyakiti diriku sendiri dengan hal yang sama?
Selama beberapa bulan kebelakang Brooklyn selalu membuat aku menjadi lebih baik, walaupun ia pernah menyatakan perasaannya kepadaku tapi aku menolaknya karena aku memang belum siap untuk menjalin hubungan dengan siapapun dan aku pikir hubungan aku dan Brooklyn tidak bisa lebih dari seorang sahabat karena kita memang sudah saling mengenal sejak kecil yang sepertinya mustahil untuk kita menjalin hubungan spesial, untung saja Brooklyn mengerti. Sejak saat itu aku sangat merasa beruntung memiliki sahabat yang sangat mengerti keadaanku seperti Brooklyn. Setiap hari Brooklyn selalu menyempatkan untuk menelponku sekedar menanyakan keadaanku, lalu kita pun sering video call, dan tak jarang pula Brooklyn datang ke rumahku membawa makanan dan menghiburku dengan leluconnya yang (lagi-lagi) garing itu.
Hari ini ia bilang bahwa ia sedang tidak sibuk dan berencana menjemputku saat aku pulang bekerja, Brooklyn bilang ia ingin mengajakku ke mall.
*Handphoneku berdering*
"Kate, udah selesai? Gue udah didepan kantor lo""Udah kok, okay gue kesana sekarang"
"Loh mom, ko ada disini?"
"Tadi gue yang jemput, gpp kan kita jalan bertiga?"
"Ya gpp sih cuma kaget aja gue, btw kita mau kemana sih?"
"Kata Brooklyn sih tadinya mau ke mall cuma mom pengen ketemu mamanya Brooklyn, kebetulan lagi disini. Gpp kan?"
"Iya Kate lo udah lama juga kan ga ketemu nyokap gue?"
"Serius lagi disini? Ayo ayo gue kangen bangettttt, Romeo, Cruz sama Harper juga ada kan?"
"Ada, semuanya lagi pada disini kebetulan"
"Eh kita beli makanan dulu kali buat dirumah lo ya?"
"Gausah, dirumah gue lagi banyak makanan ko ahahaaa"
Setelah itu kami langsung berangkat menuju apartement dimana Brooklyn tinggal, aku sangat tidak sabar untuk bertemu dengan keluarga Brooklyn, sebenarnya aku belum pernah bertemu dengan Harper karena saat terakhir kali aku bertemu dengan Brooklyn, ia belum lahir.
Saat kami semua sampai di apartement Brooklyn, mommy Vic langsung memelukku dan mom. Ya aku menyebutnya mommy Vic karena ia sudah aku anggap seperti ibu keduaku.
"Kate ya ampun mommy Vic kangen banget sama kamu, apa kabar?"
"Kate juga kangennnn banget, baik kokk, mommy Vic gimana?"
"Baik juga, udah berapa taun ya kita ga ketemu? Oh iya pacarnya mana nih?"
"Kate lagi jomblo, jodohin aja kali ya sama Brooklyn" ucap mom
"Mommmm!"
"Hahahaaaa bisa di atur itu sih"
"Romeo, Cruz sama Harper kemana mom?"
"Bentar Kate gue panggilin dulu" ucap Brooklyn
"Kate, Christy, bentar ya ambil minum dulu"
*Christy nama nyokap gue okay
Tidak lama Brooklyn datang membawa adik-adiknya.
"Romeo, Cruz, masih inget ga ini siapa?"
"Kate!" Ucap Romeo
Cruz terlihat bingung
"Ya ampun kalian udah pada gede gede jadi makin ganteng ya, Romeo masih inget aku!?!?!" Aku memeluk Romeo, Cruz dan Harper.
"Cruz ini Kate, waktu kecil kita suka main bareng, berenang bareng, kamu masih kecil banget sih ga akan inget, kalo Harper udah pasti gatau orang kamu masih didalem perut ahhahahaa"
"Hallo Kate" Ucap Cruz dan Harper
Lalu mom dan mommy Vic berbincang-bincang sedangkan aku dan adik-adiknya Brooklyn bercanda tawa dan sedikit bernostalgia saat kami bermain bersama dulu. Aku juga bercerita bahwa aku memiliki banyak boneka barbie di rumah dan Harper terlihat sangat excited, dia sangat ingin main ke rumahku untuk melihat boneka barbie yang aku koleksi sejak kecil.
Aku melihat Brooklyn bermain dengan adik-adiknya, aku tersenyum, aku senang dia terlihat sangat menyayangi adik-adiknya itu, saat Harper menangis Brooklyn dengan sigap menggendongnya dan menenangkannya hingga ia berhenti menangis. Mereka sudah aku anggap seperti keluarga keduaku.
***
Setelah hari itu, aku semakin merasa bersyukur dengan hidupku. Aku merasa Tuhan mengatur rencana hidupku dengan sangat baik. Perlahan aku mulai melupakan Justin, aku menyibukan diri dengan cara fokus bekerja dan berusaha mencintai Brooklyn. Ya, setelah Brooklyn menyatakan perasaannya kepadaku aku merasa sangat jahat karena menolaknya, aku bisa merasakan sakitnya jika orang yang kita cintai tidak mencintai kita. Dari situ aku mulai membuka hati untuk Brooklyn, ya apa salahnya, ia baik, ia selalu ada untukku, ia selalu membuatku tertawa.
Seiring berjalannya waktu, aku semakin merasa nyaman jika bersama Brooklyn. Aku tidak tahu apakah aku mencintainya sebagai sahabat atau lebih? Sunggu aku tidak tahu.
*Brooklyn menelpon*
"Kate pulang kerja gue ke rumah lo ya, gue bawa pizza!"
"MAUUUUUU, kebeneran banget gue lagi ngidam pizza"
"Kaya orang hamil aja lo, eh mom ada?"
"Ga ada, lagi ke rumah sepupunya, nginep pula, gue sendirian"
"Kode ya lo"
"Yee gue curhat doang kali"
"Yaudah deh, sampai ketemu babe"
"Kebiasaan"
Kira-kira pukul 7 malam Brooklyn datang ke rumahku, ia membawa pizza yang ia janjikan.
"Makasih ya my chicken nugget buat pizzanya!!"
"Dikasih pizza aja baru manggilnya kaya gitu"
"Heheheee" aku memeluk Brooklyn
"Kate gue mau ngomong serius sama lo"
DEG, sepertinya aku tahu apa yang akan Brooklyn bilang padaku.
"Hmm, ya? Bilang aja"
"Kate gue tau gue udah pernah bilang kaya gini sebelumnya, tapi.... Gue mau bilang kalo semakin hari perasaan gue ke lo semakin besar, gue tau lo ga akan.."
"Gue juga"
"????? Maksud lo????"
"Ya setelah selama ini, gue juga ngerasain hal yang sama, dan gue gaboleh egois cuma gara-gara gue pernah sakit hati dan gue perlakuin orang lain kaya gini"
Brooklyn langsung memeluk dan menciumku.
"Brooklyn, gue sayang sama lo. Lo jangan tinggalin gue ya. Sebenernya gue takut kalo kita pacaran terus putus lo bakal ninggalin gue, gue gamau kehilangan lo, cuma lo yang gue punya"
"Gue janji gue ga bakal ninggalin lo sekalipun kalo kita putus"
Aku akan coba, walaupun belum sepenuhnya aku bisa melupakan Justin.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Feeling 2 (Bieber Love Story)
FanfictionPastikan kamu sudah membaca The Feeling sebelum baca chapter 2 ini.