Saat ini pukul setengah 7 malam, aku sedang menonton film favoritku sepanjang masa "The Notebook", ditemani oleh pop corn, segelas soda, dan tentunya manusia terfavoritku saat ini; Brooklyn.
"Babeee, udah ke berapa kalinya kita nonton film ini tapi kamu masih nangis aja!?"
"Sssttttt!" aku menutup mulutnya menggunakan tanganku.
Setelah filmnya hampir selesai, Brooklyn berpamitan pulang karena ia masih urusan pekerjaan yang belum selesai. Saat ia berjalan menuju mobil, tiba tiba sebuah mobil parkir tepat di belakang mobil Brooklyn.
"Justin?" kataku heran
Aku bisa melihat Justin sedang dalam keadaan hancur, terlihat jelas dari raut mukanya. Mungkin ini sangat darurat sehingga Justin nekad datang ke rumahku selarut ini. Dan Brooklyn, aku lihat ia kebingungan, aku tau ia tidak ingin meninggalkan kami berdua saja tapi disisi lain ia masih ada urusan penting.
"Brooklyn, gue butuh Kate sebentar. Gue gatau harus ceritain ini ke siapa, sahabat gue ga ada yang bisa dihubungin. Gue janji gue ga bakal-"
"Iya, gue percaya sama Kate kok. Silahkan, gue harus pergi karena ada urusan penting."
Brooklyn senyum kearahku sebelum akhirnya masuk ke dalam mobil.
Sebenarnya aku merasa tidak enak, tapi aku kasihan melihat Justin seperti ini. Tapi sebaiknya aku ajak Justin mengobrol diluar saja, jangan di dalam rumah!
"Justin lo kenapa? Duduk dulu!" aku mempersilahkan Justin untuk duduk di kursi teras rumahku
Lalu Justin menceritakan apa yang ia dan Kenny alami saat ini. Ia hancur, ia tidak bisa memaafkan Kenny karena ia telah mengkhianati Justin. Justin bersikeras untuk tetap meninggalkan Kenny, dan ia berkata apabila bayi yang dikandung Kenny adalah bayi darinya, Justin akan mengambil hak asuhnya.
Melihat Justin seperti ini, rasanya hatiku ikut hancur dan aku dapat dengan jelas merasakan sakitnya.
"Justin lo tenangin diri dulu, lo gabisa ngambil keputusan disaat pikiran lo lagi kacau. Lo udah omongin ini sama Kenny?"
"Belum, gue bahkan gamau liat muka dia lagi. Sekarang gue tinggal di apart nyokap gue Kate."
"Sebaiknya lo bicarain dulu sama Kenny, kan kasian dia lagi hamil, dia pasti khawatir banget sama lo yang ilang tanpa kabar."
"Iya Kate, besok gue coba buat ngobrolin ini. Makasih ya Kate udah mau dengerin gue, maaf gue dateng tiba-tiba dan malem-malem gini. Gue emang egois-"
"Udah, lo kan sahabat gue dan gue ga merasa keberatan dengan ini semua. Soal Brooklyn, lo tadi denger sendiri kan kalo dia ga keberatan juga? Yaudah sekarang lo tenangin diri aja dulu, kalo udah siap lo langsung bicarain sama Kenny."
"Iya Kate, gue pamit pulang ya!"
Justin memelukku, dan entah kenapa aku merasa sedih, mungkin aku sangat merindukan pelukan ini sejak lama. Ah stop Kate!!!!!
***
Keesokan harinya Brooklyn menjemputku di kantor saat makan siang, ia bilang ada yang ingin dibicarakan. Aku sedikit gugup, kurasa ia akan berbicara soal Justin kemarin.
"Kita makan sekitar sini aja ya?"
"Iya, aku juga gaboleh telat masuknya."
Setelah memesan makanan, Brooklyn pun mulai membuka pembicaraan.
"Kate, did you know that i love you right?"
Aku mengangguk
"Aku gatau harus mulai darimana, i reallyyyyyy love you that much. But idk why i feel like i'm not the only one, i feel like you're still into 'him'. Dan aku belum yakin kalo harus ngejalanin ini semua sama kamu-"
KAMU SEDANG MEMBACA
The Feeling 2 (Bieber Love Story)
FanfictionPastikan kamu sudah membaca The Feeling sebelum baca chapter 2 ini.