One

735 58 7
                                    


I hate you, don't leave me

***

Gue merasakan rasa sakit di kedua pipi gue. Oh tuhan, siapa yang ganggu tidur nyenyak gue? Rasa sakit diganti lagi jadi gue yang gak bisa nafas. Gue membuka mata gue dengan cepat dan memukul tangan yang menjepit hidung gue.

"Bangun, dasar kebo."

Gue mengedip ngedipkan mata sekaligus mengusap kedua mata gue. Bibir gue kedepan alias cemberut.

"Lo siapa?" Gue berbisik dengan kecil.

Gue ngedenger dia sipengganggu tidur nyenyak gue ketawa kecil dan juga tangan yang mengusap kedua mata gue diambil sama dia. Setelah itu kedua tangannya melepas tangan gue dan beralih mencubit pipi gue.

"Aw, hey sakit!"

"Lucu banget si."

Gue membuka mata dan melihat muka cowok yang nyebelin, tapi gue sayang.

"Justin!" Teriak gue. Gue langsung jambak rambut dia dengan gemas.

Dia meringis meminta ampun sambil memukul pelan tangan gue yang menarik rambutnya itu.

"Sel, aduh. Iya iya maaf se-aww, selena stop, sakit."

Gue melepas kedua tangan gue dan meletakan kedua tangan didepan dada gue. Memasang muka marah, dengan dagu terangkat dan membuang muka.

Gue melihat dari ujung mata gue, justin masih memegang rambutnya yang abis ditarik oleh gue. Muka kesakitannya lucu banget. Saat dia selesai sama masalah rambutnya, dia mendongak menatap gue. Dengan cepat gue memandang pintu kamar mandi gue.

"Ngambek terus," gue merasakan kasur ini bergerak dan abis itu gak ada gerakan lagi. "Masa dibangunin aja ngambek, harusnya makasih ke gue karna udah ngebangunin elo. Liat sekarang udah jam sebelas, ah gimana sih." Ucap justin dan ada decakan kesal disela sela ngomongnya.

"Selenanya gue, maunya apa si? Mau gue kasih kecupan selamat siang?"

"No." Ketus gue.

Pipi gue ditarik sama kedua tangan justin dan gue dengan langsung menatapnya. Dia memajukan mukanya,

"Gue bilang engga mau! Ih, jauh jauh sana." Gue mendorong bahunya sebelum bibirnya nempel dikening gue.

Justin mendengus, dan setelah itu dia tiduran dengan seenak jidatnya dikasur gue. Memeluk boneka yang sering gue peluk kolo tidur dan memejamkan matanya gitu aja.

"Kenapa jadi tidur? Bangun!" Gue merebut boneka gue lalu gue taro di atas bantal gue dan jauh dari jangkauan justin.

Justin membuka sebelah matanya, dia menatap gue lalu menutup kembali matanya. 

"Gue ngebangunin lo pake tenaga dan tenaga gue sekarang habis cuman gegara ngebangunin kebo kek elo. Jadi gue butuh istirahat." Ucap justin, dia menarik bantal yang didudukin boneka beruang gue dan alhasil boneka gue jatoh ke lantai. Justin memeluk bantal itu.

"Justin! Lo jatohin boneka gue!" Teriak gue. Gue dengan langsung mengambil boneka beruang gue dan memeluknya.

"Cuma boneka." Gumam justin yang berhasil bikin darah gue mendidih.

Gue dengan cepat mengambil guling gue dan menghampiri justin. Gue merangkak keatas perut justin. Sebelum matanya kebuka, gue dengan langsung menutup muka justin dengan cepat, paksa. Gue ngedenger justin teriak, kedua tangan dia berusaha ngelepas tangan gue yang menekan guling. Dia memukul tangan gue dengan kencang, tapi gak sakit. Tangan dia yang tadinya gak bisa diem buat ngambil guling, jatoh ke paha gue dan kepalanya berenti berontak.

"Justin?" Panggil gue. Jantung gue berdetak lebih kenceng dari biasanya.

Gue dengan cepat melempar guling kesembarang arah. Gue melihat justin yang memejamkan matanya. Gue dengan cepat menangkup kedua pipinya dan menepuk dengan kasar.

"Justin? Ih bangun." Gue merubah posisi badan gue jadi tiduran dibadannya.

Gue menepuk pipinya. Menggerakan pipinya dengan cepat. Tapi gak ada respon.

"Justin! Jangan bercanda, bangun ih. Just? Justin maafin gue, jangan mati. Justin." Mata gue perih.

"Mom!" Teriak gue. Gue lupa kolo kamar gue kedap suara.

Air mata gue turun, dan jatoh ke bibir justin. "Justin jangan tinggalin gue." Bisik gue lalu memeluk leher justin dengan erat.

Gue terisak dileher justin dan gue mengguncang badan justin dengan badan gue. Gue merasakan pinggang gue dipeluk, dan gue ngedenger tawa sibrengsek itu. Gue mendongak sedikit menatap justin yang langsung natap gue. Gue memukul bahunya, bibir justin yang dekat dengan hidung gue langsung nyium hidung gue dua kali.

"Dikira gue, elo mati. Lo bakal ninggalin gue gitu aja." Bisik gue. Justin menggeleng, dia ngehapus air mata dipipi gue.

"Lebay banget sih, gue cuman bercanda." Gue dengan langsung mengecup pipi justin dan memeluk lehernya lagi.

Gue memejamkan mata, merasakan kehangatan. Justin memeluk gue lebih erat. Gue pengen kaya gini selama lamanya, tapi semuanya gak mungkin. Justin menempelkan kepalanya ke kepala gue.

"Jangan nangis." Bisik justin.

"Hem." Gue berdehem.

Beberapa detiknya,

"Mandi sono. Badan elo bau. Gak betah gue meluknya, sel." Justin mendorong badan gue dengan pelan tapi bikin badan gue jatoh kekasur.

"Justin!" Teriak gue. Gue menatap justin yang beranjak dari kasur dengan cepat dan menjulur lidahnya ke gue, setelah itu dia keluar dari kamar gue.

Gue menghela nafas, sampe kapan dia bikin gue terbang kaya gini?

Kenyataan pahit adalah,

Dia menyayangi gue.

Berbeda dengan gue yang mencintainya.

I can't take this pain // jb.sgTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang