Just here me out before you run away***
Gue mengernyit, melihat justin yang ngeliat gue dengan tatapan marah,
"Gue benci sama elo!"
"Benci!"
Gue terdiam, badan gue kaku, semuanya sakit, gue memejamkan mata gue dengan keras,
"Dengerin sel, jangan muncul lagi di kehidupan gue!"
Air mata gue keluar, tapi mata gue masih ketutup,
Semuanya hening,
Gue membuka mata gue perlahan, gue mengkerut alis gue, cahaya terang, mata gue menyipit,
"Selena," gue ngeliat kedepan, tapi burem.
Gue mengerjap ngerjap mata gue berkali kali dengan perlahan, dan gue melihat justin dengan jelas,
"Selena, elo bangun?" Justin mengusap pipi gue,
"Yatuhan, makasih." Justin mengecup kening gue berkali kali lalu menunduk menatap gue,
Tangan justin mencet tombol merah pemanggil dokter, dan dia tersenyum menatap gue,
"Kenapa nangis?" Justin mengusap ujung mata gue,
Gue menggeleng karna gak tau, atau gue nangis gara gara mimpi gue yang kaya nyata? Gue membuka mulut gue, gue pengen ngomong tapi gak bisa,
"Bee," gue menatap mata justin, mata justin merah, dan ada genangan air di pelupuknya,
"I miss you." Bisik justin dan air mata nya yang dipelupuknya turun kepipinya.
Justin menghela nafas, punggung tangannya menghapus air matanya, dia mengusap rambut gue,
"Gak ada suara elo di sisi gue, gue serasa gak ada kehidupan, bee. Gue mohon, jangan kaya gini lagi ya? Ini nyiksa gue."
Air mata gue ngalir dari ujung mata dan gue mengangkat tangan kanan gue, menepelkan ke pipi justin yang hangat,
"Jangan nangis." Bisik gue.
Justin menggeleng dan air mata dia malah bertambah,
"Bee," justin terisak dan dia mengambil tangan gue, mengecup ngecup lalu dia menghambur kepelukan gue,
Gue memeluk lehernya dengan satu tangan, mengelus rambutnya pelan, gue terharu. Gue gak nyangka dia masih peduli sama gue, dikira gue, gue ada apa apa dia gak bakal khawatir lagi. Gue memejamkan mata gue, mengecup pipi justin dengan cepat lalu mempererat pelukan dia,
Justin melepas pelukan gue, tapi dia gak beranjak. Justin menatap gue, mengusap pelipis gue dengan lembut,
"Ada yang sakit?" Suara justin serak,
Gue menggeleng, dengan usaha gue buat ngangkat kedua tangan gue, lalu menempelkan di kedua pipi justin, menghapus air matanya. Justin tersenyum, dia memejamkan matanya, mengelus lengan kiri gue.
"Ekhem,"
Gue menengok, dan ngeliat bryan sama dokter berdiri engga jauh dari gue. Justin beranjak, dan kedua tangan gue terlepas di pipinya. Dia menghapus air matanya dengan lengannya, lalu tersenyum ke dokter dan bryan,
Mereka nyamperin gue, dokter itu memeriksa gue. Mencabut alat selang pernafasan gue, dan gue gak tau dia nyabut apa lagi. Karna pikiran sama tatapan gue masih tertuju sama justin. Justin disini berantakan, rambutnya kusut, matanya sembab, pipinya berminyak, dia ingusan dan ada lingkaran hitam di bawah matanya.
"Syukur, dia sedikit lebih baik dari sebelumnya, selena kamu jaga kondisi ya?" Gue ngangguk,
Dokter itu langsung permisi dan keluar. Bryan tersenyum ke gue,
"Gak ada yang sakit kan?" Gue menggeleng,
Bryan mengangguk dan dia mengecup kening gue, lalu mengusap rambut gue dengan singkat,
"Just, lo jagain selena, tadi gue dikasih tau momnya selena keluar kota karna ada urusan."
"Hem."
Justin menatap gue, dia nyamperin gue lagi, dan tangan kiri gue dipegang sama dia.
"Sel, elo laper gak?" Tanya justin.
"Sedikit."
"Bry, bilang ke susternya kolo selena pengen makan." Justin mengecup tangan gue.
"Okey." Dan bryan pun keluar.
Keadaan sekarang hening. Gue menatap justin yang lagi mainin tangan gue, bibirnya sembab tapi itu ngebuat dia lucu,
"Just," justin nengok cepat ke gue, dia menatap gue dengan lembut,
"Hem."
"Gue tidur berapa hari?" Cicit gue.
Justin menarik nafas, "8 hari."
Gue mengerjap, lama banget,
"Keadaan gue-"
"Buruk." Potong justin. Dia buang muka,
"Justin." Justin megenggam tangan gue dengan kencang, gue melipat bibir gue,
"Justin, tapi gue baik baik aja kan sekarang, lo gak usah-"
"Lo gak mau gue khawatir gitu?"
"Bukan gitu, maksud gue- uh. Justin, gue baik baik aja." Bisik gue.
"Gue takut, sel. Gue takut." Justin menunduk.
"Gue ngeliat elo kritis serasa gue kehilangan elo walaupun lo ada di hadapan gue. Tapi itu beda. Bee," justin menatap gue, mata nya merah lagi,
"Gue takut, elo jauh dari gue."
Gue terdiam.
Gue ngebuang muka, menahan tangisan gue. Dia gak mau jauh dari gue? Tapi kolo misalnya dia yang ninggalin gue gitu ya? Dia berarti bisa jauh dari gue. Justin selalu bikin gue terbang tapi nantinya dia ngingkarin omongannya dan ngebuat gue jatoh.
"Gue juga." Cicit gue.
Gue ngedenger hembusan nafas justin, dan gue ngerasa justin meluk gue. Air mata gue pecah, saat justin meluk gue gitu aja. Meramas baju justin dengan kencang,
"Gue juga gak mau jauh dari elo, justin. Gak mau." Isak gue.
Justin nyium pucuk kepala gue, mengelus rambut gue dengan lembut.
Gue seneng justin ngeperilakuin gue kaya gitu.
***
Fast update kan ya gua?
KAMU SEDANG MEMBACA
I can't take this pain // jb.sg
Fanfiction[bahasa Indonesia] I admit i'm in out of my head Don't listen to a single word i've said Just here me out before you run away 'Cause i can't take this pain. Jelena story