Seven

304 37 2
                                    


But i can't back down

***

Makin hari gue sama bryan makin akrab, kaya gue dulu sama justin, dan dia BAIK! Oh my god gue menyanginya sebagai abang. Bukan gue geer, tapi justin selalu nyuri pandang ke gue saat gue sama bryan. Yang kata bryan itu tanda tanda dia juga ngebales perasaan gue or cemburu. Tapi sumpah gue gak percaya sama itu semua.

Gue menengok kearah justin, menatap dia yang lagi main hp dan disebelahnya tentu ada jesica. Gue berdecak, gue kesel ngeliat justin akrab sama orang busuk kaya gitu. Uh.

"Makanannya dateng!"

Gue mengalihkan pandangan dan melihat bryan membawa nampan yang isinya adalah makanan gue dan dia. Gue ketawa karna dia memasang muka sok sokan kaya pelayan.

"Dasar jelek." Bryan melotot ke gue, dia yang baru duduk beranjak dan menghampiri gue,

Dia memegang kedua pipi gue dengan gemes,

"Bilang apa tadi?" Bryan memasang muka marah.

Gue ketawa, menepis kedua tangan bryan. Tangan bryan jatoh tapi dia mengangkat lagi dan mencubit pipi gue gak kenceng,

"Bilang apa tad-"

"BRYAN JELEK!" Teriak gue, gue ketawa keras,

Gue gak peduli semua yang ada dikantin melihat ke arah gue,

Gue menepis tangannya terus berdiri, berlari menjauh dari bryan.

"Hei!" Gue ketawa dan menengok kebelakang, ngeliat bryan ngejar gue,

Bruk!

"Oh god, i'm sorry, uh you okey?" Gue dengan cepat mengusap dadanya yang kena minuman yang dia pegang.

Wait,

Kaya kenal.

Gue mendongak, dan,

Justin.

Dia menatap gue lembut gak ada tatapan tajam dari dia kolo dia lagi marah, gue menghela nafas gue yang mulai sesak.

Gue mengelus baju bagian dadanya yang basah,

"Maafin gue, justin." Bisik gue.

Justin masih natap gue, seakan akan gue ini apaan dan dia terus natap gue. Gue risih, tapi gue nyaman karna tatapannya bukan tajam lagi. Gue menepuk pipinya menyadarkan dia dari lamunannya, gue ketawa kecil ngeliat mukanya yang lucu,

"Maaf y-"

"Sel, gue capek."

Gue dan justin langsung mengalihkan pandangan ke belakang, ngeliat bryan yang memegangi lututnya dan nafasnya yang tersenggal senggal.

Gue melipat bibir gue menahan tawa. Gue menengok ke justin lagi dan tatapan dia berubah jadi tajam lagi. Senyum gue luntur. Gue dengan cepat berjinjit memeluk justin dengan erat,

"Bry, jangan ganggu gue dulu!" Teriak gue. Bryan mendesah dan gue gak denger dia lagi.

Gue mendorong justin, kita berjalan tapi gue masih meluk, gue berjalan kearah taman belakang sekolah. Gue menatap luna yang ngelewat, gue tersenyum tipis saat ngeliat muka luna yang kaget. Justin cuman diem, ngebales pelukan aja engga.

Gue berhenti menggerakan kaki, berhenti di tengah tengah taman dan depan kita adalah pohon besar. Gue makin berjinjit memeluk leher justin dengan erat,

"I miss you." Bisik gue. Gue menyelipkan jari jari gue di sela sela rambutnya.

"Too." Gue tersenyum lebar dan makin mengeratkan pelukan.

"Lo masih marah?" Cicit gue.

Gue memejamkan mata gue, gak ada balesan dari justin. Tapi tangannya mulai meluk pinggang gue,

"Gapapa kok." Ucap gue.

Gue dan dia diem. Menghayati setiap detik dalam pelukan, saling mengeratkan yang selalu memiliki makna 'jangan pergi'. Gue pengen nangis, gue pengen teriak kolo gue gak salah, kolo gue cinta sama justin dan jangan pergi. Tapi semuanya gak bisa, mulut gue seakan akan bisu untuk mengatakan semuanya.

Gue menghela nafas dan melepas sedikit pelukan buat ngeliat muka justin, gue memindahkan tangan gue yang semua di lehernya jadi dikedua pipinya, menatap bibir nya lalu mendongak ngeliat mata justin yang menatap gue,

Kedua tangan justin masih dipinggang gue bahkan dia mendorong pinggang gue buat ngedeket. Gue mencubit pipi nya pelan dan ketawa kecil.

"Makin ganteng ya." Canda gue.

Gue ngeliat bibir justin yang bergerak, dan gue yakin dia lagi nahan senyum. Gue senyum lebar,

"Kolo mau senyum, senyum dong. Senyum itu bisa dapet pahala tau." Gue menarik sudut bibir justin ke atas,

Justin ketawa kecil, dan suara ketawanya merdu banget, gue kangen.

"Justin.." Gue dan justin menatap ke suara.

Gue ngeliat jesica dan air matanya di pipinya. Terus tangan kirinya merah,

"Justin, hiks. Tadi bryan sengaja siram tangan aku pake air panas, katanya itu buat ngebales perbuatan aku ke selena. Aku gak tau apa apa, ini sakit."

Mulut gue kebuka. Gue menatap justin yang justin juga langsung menatap gue, dia menatap gue dengan tajam dan dia seakan akan menyadari sesuatu jadi dia ngedorong gue.

Gue ngeliat justin berjalan kearah jesica, dia memegangi tangan jesica yang merah.

"Lo suruh cowok itu nyiram jesica kan?"

Gue membulat mata gue dan menggeleng dengan keras.

"Lo boong, gue tau lo gak suka sama jesica, tapi gak gini caranya. Kolo lo ngelakuin sesuatu elo bakal gue sakitin."

"Gue emang gak suka jesica dari pertama kali gue ngeliat. Tapi gue gak akan pernah ngelakuin sesuatu ke jesica karna cewek itu kebahagiaan elo nantikan." Ucap gue.

Dada gue sesak. Sakit.

Justin menatap gue, gue tersenyum paksa.

"Gue gak mau ngerusak kebahagian elo. Tapi gue gak akan pernah mau ngeliat elo bersanding sama cewek yang gak pantes buat elo, just. Gue gak akan terima." Gue mengusap air mata gue yang entah dari kapan jatohnya.

"Gue rela lo sakitin gue karna gue nyakitin jesica."

"Okey. Liat nanti." Gue menatap justin, lalu mengangguk.

"Coba gue ngomong yang pasti bikin elo nyakitin gue," gue ngeliat justin yang natap gue lalu membuang muka.

"Dia jalang, keluarga dia cuman mau harta elo doang dan keluarga elo hancur." Ucap gue.

Gur ngeliat tangan justin mengepal.

"Sakitin gue justin, dia emang jalang!"

"DIA JALANG!" Teriak gue.

PLAK!

Tamparannya lebih keras dari yang dulu dia pernah. Gue terisak, dan menatap justin yang udah ada dihadapan gue.

"Mau elo nyakitin gue sampe gue mati. Gue gak akan pernah nyerah sampe rahasia itu kebongkar just." Bisik gue,

Gue menghapus air mata gue dan berlari ninggalin justin, tangisan gue makin menjadi jadi.

Gue gak akan nyerah.

I can't take this pain // jb.sgTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang