Twelve

285 33 9
                                    


I am terrified of you

***

Gue mengerjap ngerjap mata gue berkali kali, menggeliat sedikit karna badan gue serasa dipegang erat. Gue menengok kearah lain, justin tertidur disebelah gue, yang gue inget, tadi sore gue sama justin tidur. Oh astaga! Sekarang jam berapa?

Gue menatap jam dinding, mata gue membesar. Kalian harus tau, jam berapa sekarang! 8.45 a.m! Dan kalian tau kenapa gue panik? Ini hari senin! Senin! Berarti gue sama justin..

"Justin!" Gue menggoyang goyangkan badannya dengan kasar. Justin berdecak, matanya kebuka sedikit,

"Apaan sih." Dia nutup mata lagi,

"Justin! Bangun!" Teriak gue,

Dia malah ngambil boneka beruang gue, dan boneka itu dia taro di kupingnya. Gue berdecak, mengacak rambut gue dengan gemas.

"Kita telat! Ini hari senin, astaga. Justin! Gimana ini?" Gue merebut susah payah boneka gue dari eratan tangan justin,

"Ah, biarin. Gue ngantuk! Lo ganggu tidur gue sekali lagi, gue bakal marah."

Gue bungkam. Menutup mulut gue, meredakan kepanikan gue. Menghela nafas, terus gue beranjak dari kasur, berjalan kearah meja belajar gue, dan ngambil hp. Gue mengirim pesan singkat ke Ana, mintain izin gue sama justin ke kelas masing masing.

Gue menaruh hp gue lagi di tempat yang tadi. Berbalik menatap justin yang tidur ngehadep gue, astaga, mom kemana coba sampe sampe gak ngebangunin gue.

Gue ambil selimut yang udah ada di lantai, naik ke atas kasur dengan perlahan terus nyelimutin justin sampe bahunya, mengusap rambut justin dengan lembut, dan gue mengecup keningnya pelan. Gue menjauhkan tangan gue yang tadi ngelus rambut justin, kepala justin bergerak,

"Lagi, sel. Elus lagi." Ucap justin. Suaranya serak. Gue menghela nafas, dan mengelus rambutnya lagi.

Justin megang selimutnya, dan dia sedikit beranjak mendekat ke gue. Memeluk pinggang gue dengan erat, gue langsung ngubah posisi jadi yang nyaman. Gue mengelus rambutnya dan kadang kadang mengacaknya dengan sengaja, tapi justin gak protes. Gue ngedenger dengkuran justin. Ini anak kebo banget, belum apa apa udah ngedengkur lagi.

Gue merasakan kasur bergetar didaerah sisi pantat, gue menunduk, dan gue ngeliat hp justin nyala terus disitu tertera nama mom. Uh okey, gue mengangkatnya dengan cepat,

"Hall-"

"Justin! Astaga! Kamu dimana?"

"Em maaf mom-eh tante, ini selena. Justin lagi tidur." Suara gue kecil, karna takut. Tapi gue yakin mom pattie pasti ngedenger,

"Kamu yang nyuruh justin nginep kan!?" Gue mengerut alis,

"Engga, justin yang mau, ak-"

"Jangan bikin alesan kamu! Suruh justin pulang sekarang atau jesica bakal kerumah kamu!"

"Tap- mo-"

"Jangan panggil aku dengan sebutan itu lagi." Mata gue memanas. Rasanya sesak,

"Biar jesica kesini aja, tante. Aku gak enak ngebangunin justin."

Sambungan terputus.

Gue menghela nafas, menunduk melihat justin yang tertidur pulas, gue mengusap pipinya yang berminyak. Gue makin menunduk untuk mengecup keningnya,

Entah sampe kapan gue kaya gini, dan gue tau suatu saat nanti gue sama justin pisah. Gue tersenyum miris, gue pengen nangis, mendongak supaya air mata gue masuk lagi.

"Gue cinta sama elo." Bisik gue kecil.

Gue menutup mata, menahan tangisan gue. Kenapa hidup gue sesedih ini? Rasanya sakit, sesak, muak, dan marah. Sakit karna justin yang gak tau semuanya, sesak karna semua yang apa mereka lakuin ke gue, muak karna justin yang terlalu percaya sama mereka, marah karna kenapa gue harus bertahan?

Pintu gue kebuka, dan menampilkan jesica. Jesica menatap justin lalu gue, dia natap gue dengan tajam,

"Gue pengen elo mati, sumpah." Desis jesica.

"Minggir." Gue ngangguk,

Gue mengangkat perlahan kepala justin, menaruh kepala justin diatas bantal. Tapi kedua tangannya masih melingkar di pinggang gue. Gue memejamkan mata lalu membuka lagi, menatap justin yang masih dialam mimpinya. Mengambil kedua tangan justin dari pinggang gue, justin bergerak, gue langsung menggenggam tangan justin,

"Sstt," gue mengecup ngecup keningnya, gak merduliin jesica yang berdecak dibelakang gue,

"Bee." Bisik justin, gue tersentak, tapi gue liat justin masih tidur,

"Bee siapa?" Ucap jesica. Gue memutar bola mata gue tanpa dia tau,

"Gue, kenapa?"

"Boong lo."

"Yaudah kolo gak percaya."

Gue menahan nafas saat gue ngeliat justin meringis, terus matanya kebuka, dan sekarang dia menatap gue.

"Sel," justin meringis, tangan kanannya lepas dari genggaman gue dan dia memegangi kepalanya,

"Bee sakit banget." Cicit justin.

Gue menghela nafas, tangan gue memijat perlahan kepalanya, gue ngubah posisi jai tiduran disebelah justin, gue menatap justin yang memejamkan matanya dan mukannya kaya nahan sakit gitu. Gue mengecup keningnya, melanjutkan pijitan dan elusan di kepala justin.

"Jesica?" Gue menunduk menatap justin yang menatap kebelakang gue,

"Hei, kapan kamu disini?" Justin sedikit bangun, dan tangan gue yang ngelus kepalanya terlepas.

Gue manahan nafas, saat ngeliat justin melangkahi gue dan memeluk jesica.

Gue sedikit menjauh dari mereka, tanpa berniat ngedenger apa yang mereka bicarain. Yang terakhir gue liat, justin ngecup bibir jesica pake bibirnya yang baru kemaren sore nyium bibir gue.

Gue tersenyum miris.

***

Gimana?

Btw kolo ada yang nungguin cerita mark my words, gua lagi gak ada otak buat cerita itu hehe

I can't take this pain // jb.sgTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang