3 ▪ Pagi Suram

96 20 0
                                    

"Lo nggak bawa Sella, Ka?"tanya Karina kepada Raka yang sedang mengobrol dengan Ado.

"Enggak, dia lagi rapat OSIS."jawab Raka dengan ekspresi muka yang tidak suka saat mengucapkan OSIS.

Well, geng motor D' Royal memang menjadi musuh terbesar OSIS ataupun aparat hukum seperti polisi, karena geng motor satu ini sering membuat kerusuhan dengan balapan liar seperti malam ini. Geng yang anggotanya terdiri dari sebagian besar remaja SMA ini merupakan geng motor terbesar ketiga yang ada di Jakarta.

"Rin!"panggil Noval di belakangnya.

"Iya?"sahut Karina kemudian menoleh belakang.

"Lo gapapa kalau pulang dini hari?"tanya Noval dengan tatapan mata ragu.

Karina diam sebentar sambil menimang-nimang ajakan Noval, ia tersenyum ke arah Noval lalu meletakkan jari telunjuk kanannya di depan bibirnya sambil menyerukan 'Shtt!' tanpa bersuara.

Karina segera menarik tangan Noval ke arah sepeda motor Noval.

"Olan lo?"tanya Noval

"Udah gue suruh orang buat nganterin ke rumah dengan selamat sentosa. Mau kemana, Val?"tanya Karina saat Noval memberikannya helm.

"Kemana gitu buat berduaan."jawab Noval dan tersenyum manis.

Karina tersenyum meledek, "Motor lo payah ah! Masa lawan cewe aja kalah."ucapnya tetapi masih tetap menaiki motor Noval.

"Tapi kalo bonceng cewek gue yakin nggak bakal payah, sayang."ujar Noval dengan pede.

Karina menabok bahu Noval yang ada di hadapannya, "Jijik ah pake sayang-sayangan gitu."

Kemudian mereka berdua tawa sebelum Noval mulai menjalankan sepeda motornya membelah jalanan ibu kota yang tak pernah sepi.

•••

"Lo jadian sama Noval anak SMA Putra Bangsa?"tanya Sella yang tadi ada di parkiran saat Noval menurunkan Karina di depan gerbang sekolah.

"Lo tau dari Raka?"tanya Karina sambil membalasi sapaan yang ditujukan untuknya.

"Karina, gue sahabatan sama lo dari kapan sih? Kalau lo dianter cowok selain abang lo, berarti itu pacar lo."jawab Sella memutar bola mata. "Bahkan gue nggak pernah liat lo deket sama Noval. Lo baru kenal kemarin dan langsung jadian?"tanya Sella lagi menatap Karina penuh selidik.

Karina tersenyum lalu mengangguk malu-malu kucing. Sella menggeram kesal, sudah capek dengan sahabatnya satu itu yang terlalu mudah menaruh hati pada lelaki yang mengatakan cinta kepadanya. Lalu berakhir dengan Karina yang menangis dan curhat semalaman karena pacarnya berkhianat.

"Lo beneran yakin kalau tuh cowok nggak main-main doang?"tanya Sella lagi.

"Minggir! Kalau mau ngegosip jangan di pintu."ucap seorang lelaki di belakang mereka.

Memang mereka sekarang sedang berdiri di tengah-tengah pintu yang menghambat masuk ataupun keluar. Karina segera masuk ke dalam kelas, berbeda dengan Sella yang menatap bingung ke arah Leo yang menggertak mereka tadi.

Masih pagi dan sepertinya wajah Leo sudah kusut seperti habis pelajaran seharian ditambah rambutnya yang acak-acakan membuatnya terlihat seperti orang yang tidak mempunyai semangat hidup sama sekali.

"Eh lo siapa?!"tanya Sella dengan raut wajah bingung bercampur marah karena lelaki yang tidak ia kenal itu baru menggertaknya.

"Kenalin, dia cowo nyebelin yang ada di kelas."ucap Karina melirik Leo yang bahkan tak merespon mereka berdua sama sekali. Tatapannya kosong kedepan.

"Sell!"panggil sesorang yang ada di depan pintu. Si ketua OSIS.

Sella berbalik badan dan segera menemui si cowok yang katanya paling sempurna satu sekolahan itu. Karina mendengus kesal saat pandangan mata Karina dan si ketua OSIS itu bertemu, Karina sangat tidak suka dengan organisasi yang membenci geng motornya itu.

"Rin temenin gue, please."ajak Sella setengah berteriak.

Karina menggeleng, tidak mau jika nanti mengantarnya di ruang OSIS, dalam kamus hidup Karina, OSIS itu bersih dari tujuan hidupnya, bahkan saat MPLS dulu, ia rela membolos agar tidak bertemu pengurus-pengurus OSIS. Dulu saat tahu Sella juga pengurus OSIS membuat ia menjauhi Sella selama 1 minggu lamanya.

"Ke kelas bahasa bentar kali, ayolah!"ajak Sella lagi dengan nada merengek. Persis seperti anak tetangganya yang masih berumur 3 tahun jika permintaannya tidak dituruti.

"Gue mau ngomong sama lo, disini aja, jangan ngikut."ucap Leo tanpa menatap Karina, dan entah kenapa Karina segera menggeleng ke arah Sella, menuruti permintaan Leo meskipun ia sangat kesal kepada lelaki itu.

"10 menit. Cepet ngomong!"pinta Karina.

"Kenapa sih wajah lo kalau liat gue sebel terus?"tanya Leo sembari mengacak rambutnya. Karina tak sengaja menganga sedikit, pertanyaan macam apa itu?!

"Jangan bilang gue sebab penampilan lo jelek kayak gini."ucap Karina tak mau disalahkan.

"Enggak, ini bukan karena lo sama sekali."jawab Leo memutar bola mata. Sekarang kedua mata itu menatap Karina lagi yang sedang berfikir.

"Pertama, karena lo sksd sejak pertama kali dan gue nggak suka orang kayak gitu, kedua, wajah lo itu selalu kelihatan nyebelin, ketiga, panggilan cantik lo ke gue itu lebay dan gue bener-bener sebel waktu lo manggil itu. Udah."jawab Karina panjang lebar dengan lipatan kedua tangan di depan dada di akhir.

Leo berdiri, ia meninggalkan Karina begitu saja, tanpa ada lontaran kalimat jahil bernada menyebalkan untuk Karina, beruntung bagi Karina karena memang ia tidak suka saat Leo berkelakuan manis-manis jahil seperti pertama kali bertemu.

Rasa bersalah mulai menghantui diri Karina, bagaimana jika nanti Leo benci sebenci-bencinya karena masalah-masalah sepele yang membuat Karina tak suka pada Leo? Atau paling parahnya, Leo jadi bunuh diri karena alasan-alasan receh Karina yang mungkin bisa membuat Leo stres, tapi memang Karina tadi jujur kok, tidak ada karangan atau pembohongan. Karina mengacak-acak rambutnya frustasi, tatapannya terfokus ke arah pintu kelas yang baru saja tertutup karena guru yang baru masuk, hingga selesai jam pembelajaran pertama pun Leo belum juga kembali ke kelas.
.
.
.
Ini part paling ganyambungg dan paling anehh astagaa😖😖

Radio SMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang