7 ▪ Cuitan Tengah Malam

49 8 1
                                    

Kata orang, nikmati masa mudamu sepuasnya, karena hidup itu singkat dan hanya sekali.

Malam ini, mereka bersebelas membuat kenangan tentang masa muda, bercerita, saling menjahili satu sama lain, makan-makan, dan segala hal yang mampu membunuh waktu dengan bersenang-senang.

Tak terasa malam menunjukkan pukul 12, udara tak terasa sangat dingin saat berkumpul bersama untuk bersenang-senang seperti ini, petikan gitar dari Genta membuat semuanya mengikuti alunan musik dari gitar berwarna hitam tersebut.

"Bersenang-senanglah
Karna hari ini yang akan kita rindukan
Di hari nanti sebuah kisah klasik untuk masa depan
Bersenang-senanglah
Karna waktu ini yang akan kita banggakan di hari tuaaa

Sampai jumpa kawankuuu
Semoga kita selaluuu
Menjadi sebuah kisah klasik untuk masa depan
Sampai jumpa kawankuuu
Semoga kita selaluuu
Menjadi sebuah kisah klasik untuk masa depan"

Angin malam, api unggun, jagung bakar, dan langit malam menjadi saksi mereka dalam merajut kisah-kisah remaja. Semuanya terlihat indah saat bersama, semua emosi berbaur menjadi satu, menciptakan suasana hangat yang menyenangkan hati.

"Bahagia emang sederhana ya?"celetuk Ado, yang lain hanya mengangguk menyetujui.

"Pernah nggak sih lo semua nyadar kalau waktu berjalan cepat, terus lo ngerasa suatu saat waktu dewasa, lo semua sulit buat kumpul kayak gini lagi?"perkataan dari Romeo nyatanya menyadarkan mereka semua tentang waktu yang harus dihargai karena berjalan dengan cepat.

Karina menatap satu-persatu orang-orang yang mengelilingi api unggun itu, mulai dari abangnya, temannya, hingga berakhir untuk tetap melihat Leo, sampai keduanya saling berpandangan dan berakhir dengan Leo yang menaikkan sebelah alisnya bertanya.

Pukul 1 pagi, mereka baru kembali ke kamar masing-masing, berbeda dengan Karina, ia memilih untuk pergi ke gazebo belakang sambil berusaha mencari sinyal untuk menghubungi pacarnya. Dengan memakai sweater super tebal hasil pinjaman ke Shella, ia  masih menikmati udara dingin di perbukitan saat matahari belum tampak.

"Sendirian aja lo."celetukan dari orang di belakangnya membuat Karina langsung menoleh.

"Berisik, onta."sahut Karina tak suka.

Leo segera mengambil duduk di samping Karina kemudian memfokuskan kameranya ke arah pemandangan perbukitan saat malam.

"Sinyalnya jelek banget, sih!"gumam Karina kesal kemudian segera menyimpan ponselnya ke dalam saku. Berganti menjadi memperhatikan Leo yang fokus membidikkan lensanya ke spot-spot bagus untuk difoto.

"Mau gue foto?"tanya Leo dan mengalihkan pandangan dari kamera kepada Karina sepenuhnya.

"Tumben-tumbenan. Bentar."setelah itu, Karina segera merapikan rambutnya dan tersenyum semanis mungkin hingga gula kalah sepertinya.

"Orang jelek di foto tetep jelek."ucap Leo setelah melihat hasil jepretannya dan memfokuskan untuk menjepret pemandangan kembali.

Karina memberikan raut kesal kepada Leo meskipun pemuda itu tak melihatnya, entah kenapa saat berbicara dengan Leo, kepalanya mendidih dan ingin memarahi lelaki itu terus.

"Kalau lo di alam, jangan keluarin hape lo buat ngehubungin orang di luar sana, sekali-kali lo harus keluar dari zona nyaman buat nikmatin buatan Tuhan yang nggak ada duanya ini."ucap Leo tiba-tiba. Keduanya berpandangan cukup lama hingga Karina tersadar ingin membahas sesuatu dengan Leo.

"Gue mau tanya sesuatu sama lo, seminggu lalu lo pms ya?"tanya Karina dengan watadosnya.

Leo tertawa kecil, lantas ia mengambil sesuatu dari saku celananya, "Ini nih yang ngerubah mood gue seminggu lalu."

Karina memperhatikan selembar kertas foto berisi foto dua orang yang terlihat seperti pasangan suami istri di sebuah restoran sedang tertawa. Tidak ada yang aneh.

"Emang kenapa?"tanya Karina.

Leo menghela nafas berat, "Yang cewek itu nyokap gue, yang cowok, selingkuhannya."

Baru setelah Leo mengatakan demikian, Karina menutup mulutnya dengan kedua tangan karena terkejut, pantas saja Leo waktu itu moodnya sangat rusak.

"Muka lo jangan berlebihan, nggak pantes."canda Leo dengan tertawa geli. "Jadi, bokap jadi Chief Officer di salah satu kapal pesiar yang sekarang masih keliling dunia."ucap Leo. "Tapi, akhir-akhir ini, gue sering nangkep nyokap sama selingkuhannya jalan bareng, kadang telfonan sampai larut banget."ucap Leo diakhiri dengan dengusan.

Karina menatap iba kepada Leo, ternyata orang yang senang mencari perhatiannya ini memiliki masalah kehidupan keluarga yang besar.

"Temennya kali."asumsi Karina.

"Temen apa kalau cewek cowok yang manggil sayang-sayangan? Udah ah ngomongin dua orang itu pingin mukul orang gue."dengus Leo.

Keduanya sama-sama diam saja, Karina sibuk melihat hasil jepretan Leo di kamera dan Leo masih sibuk menikmati pemandangan jam 1 pagi di perbukitan.

"Lo udah dapet pemberitahuan nggak?"tanya Karina tanpa menoleh ke Leo.

"Pemberitahuan?"tanya Leo.

"Audisi radio di sekolah."jawab Karina menoleh sebentar ke Leo lalu melihat jepretan di kamera lagi.

Leo manggut-manggut, "Biarin, gue audisi juga nggak niat, pingin ganggu lo doang."jawab Leo dengan tertawa.

"Sialan lo!"Karina memukul punggung Leo keras tanpa memikirkan apa nanti yang Leo rasakan.

Leo mengusap punggungnya akibat pukulan Karina tadi, ternyata pukulan Karina tadi cukup keras dan meninggalkan rasa berdenyut.

"Cie..pacar lo nih?"tanya Karina memperlihatkan jepretan gadis yang terlihat seumuran dengan mereka dan menggunakan pakaian adat Bali.

"Sial!"Leo segera merebut kamera yang ada di cekalan tangan Karina lalu menyimpannya dengan aman.

Karina tertawa puas sedangkan Leo merengut kesal. Tawa puas Karina setelah mengejeknya menjadi ke dalam daftar 3 besar dalam hal-hal yang paling ia benci di dunia setelah samudera dan bangunan-bangunan tinggi. Jika boleh, Leo ingin mendorong Karina dari atas bukit tempat dimana vila keluarga Ricky berada ini.

"Gue mau masuk ah, dingin."sebelum Karina masuk ke dalam vila, Leo memanggilnya membuat ia menghentikan langkahnya.

"Kalau misalkan dia bukan pacar gue, dan Noval bukan pacar lo, boleh nggak gue deketin lo?"tanya Leo.

Karina menoleh, mata tajamnya menatap Leo yang masih menunggu jawaban. Tanpa berkata apapun, Karina segera meninggalkan Leo saat itu dengan muka kesal.

"It's okay, I'll try."
.
.
.
Tidak memaksa, kalau suka dilike, kalau enggak ya nggak usahh. Oke? Oke.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jul 08, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Radio SMATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang