“Why am I so afraid to lose you, when you are not even mine?” —Ali
***
"Minum?"
Ali mengangguk lalu meneguk minuman isotonik itu dengan cepat. Latihan nya hari ini sangat berat membuat Ali benar-benar kelelahan. Semua tim inti sudah duduk di pinggir lapangan kecuali para junior yang masih sibuk dengan latihan mereka.
Prilly hanya tersenyum memperhatikan sahabat nya itu kelelahan. Kadang, Prilly merasa geli sendiri karena Ali terlalu jaim untuk tidak meminta minum padanya. Kalo Prilly nggak inisiatif ya Ali juga nggak akan minum.
"Makasih, gue latihan lagi ya?"
"Ett bentar!" Tahan Prilly, "Istirahat aja napa. Gue tau lo capek banget, Li."
"Seneng deh peka." Ali langsung membaringkan kepalanya di paha Prilly. Membaringkan tubuh nya di pinggir lapangan, hal itu sontak membuat seluruh pasang mata yang ada di lapangan langsung terpekik sendiri.
Ini adalah 2 minggu setelah Prilly kembali masuk sekolah, semua nya berjalan baik-baik saja, walaupun Prilly merasa ada sesuatu yang hilang dari dalam dirinya.
"Heh, usapin rambut gue gitu. Biar kita di cap jadi relationship goals gitu."
"Ogah, gak mau gue kalo pasangan nya sama lo."
Ali terkekeh sendiri. Hidupnya akhir-akhir ini benar-benar tentram, Prilly semakin mendekatkan diri padanya dan Ali merasa ini sangat menyenangkan.
"Li, malu gue." ujar Prilly sambil memperhatikan orang-orang yang juga sedang memperhatikan mereka.
"Kenapa harus malu? Orang gue capek, wajar dong istirahat gini."
"Ya, tapi gak di pinggir lapangan juga sih."
"Bodo amat." Ali kembali memejamkan matanya. Prilly mendengus kesal kemudian berdiri dengan sekali hentakan, membuat kepala Ali mendarat sempurna di lantai.
"Anjing." Pekik Ali. "Jahat ah elah."
"Kepentok, kepentok deh. Bodo amat." Prilly menjulurkan lidah nya lalu berlari menghindar dari Ali.
"Awas ya anjir." Teriak Ali. Prilly mengacungkan jari tengah nya lalu kembali berlari. Ali tersenyum, setidaknya Prilly kembali seperti semula.
***
Prilly dan Michelle duduk di meja kantin sambil memakan cemilan mereka. Hari ini free class jadi mereka memutuskan untuk menghabiskan waktu nya di kantin. Beberapa pasang mata juga menatap mereka, terutama Prilly.
"Prill, si Reza—"
"Reza mana? Reza ketos?" Potong Prilly sambil menelan snack nya.
"Iya, si Reza ketos ketauan bolos sama bk."
"Lah terus kenapa? Kita juga sering bolos kan?"
Michelle memutar bola matanya kesal, "Kita kan murid biasa, lah Reza ketos. Secara gitu ya dia gimana."
"Oh heeh." Prilly mengangguk, "Terus gimana lagi?"
"Ya gak gimana-gimana cuma mau nyampein gosip terhangat aja gitu." Jelas Michelle.
"PENTING ANJIR." Prilly langsung melempari Michelle dengan snack nya, "Gue baru tau berita penting itu kaya gitu."
"Emang penting lah" Keduanya tertawa, mungkin ini lah hal yang mereka berdua rindukan, tertawa bebas tanpa ada masalah,—Masalah Rizky dan Rakha.—
"Kak Prilly, Kak Michelle!" Prilly dan Michelle menoleh, keduanya langsung tersenyum saat melihat orang ganteng ini berdiri di hadapan meja mereka.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dangerous Woman
Fanfiction"Boleh nakal asal jangan bego" -Prilly. "Lo boleh nakal, tapi harus sama gue" -Ali