Rafa menatap gadis yang di depannya itu. mata lembab, rambut berantakan, wajah dan hidung yang merah, dan yang paling parah lagi gadis itu terlihat rapuh.
hanya dengan menatapnya, gadis itu sudah ketakutan. namun ia tau gadis itu, dia gadis yang dimarahi Bu Esti tadi dan gadis yang ia tabrak. namun, gadis itu sangat berbeda sekarang. ia terlihat sangat rapuh dan ketakutan.
"lo kenapa?" tanya Rafa memberanikan diri. ia bangkit dari tidurnya dan duduk di samping tempat tidur yang sudah ia baringi lama. ketika ditanya, tangis gadis itu malah semakin menjadi-jadi dan dadanya naik turunbc.
"udah,jangan nangis. duh ini gue harus ngapain?" tanya Rafa kepada gadis itu. ia berdiri dan menghampiri gadis itu.
"diem disitu."ujar gadis itu sambil mengancungkan jarinya ke kaki Rafa. Rafa diam di tempatnya dan gadis itu masih menangis keras. matanya semakin sembab. Rafa membaca nama yang tertera di nametagnya. oh namanya Clara, ujar Rafa dalam hati.
"udah jangan nangis. keinget emak dirumah gue jadinya. udah ah."ujar Rafa sambil menyerahkan sapu tangan yang dia ambil dari saku celananya. Clara meraih sapu tangan itu dan menghapus air matanya. ia kemudian mengelap ingus dan seketika alis Clara mengkerut.
"kok bau sih?"ujarnya dan mengendus sapu tangan itu. "mana sini mana." ujar Rafa sebari merebut sapu tangan miliknya dan langsung mengendus benda itu."eh jangan."cegah Clara. "udah gue pake lap ingus." lanjutnya.
Rafa refleks membuang sapu tangan itu ke lantai dan memasang wajah jijik. "lo bilangnya telat banget." ujar Rafa dan membersihkan hidungnya dengan tangan. "lebay banget sih." balas Clara. "kalo gitu gue simpulin bau apek sapu tangan gue sumbernya dari ingus lo."jelas Rafa. "dih enak aja simpulin kaya gitu. kalo emang bau ya bau."ujar Clara.
"nih cium wangi baju gue." Rafa mau beberapa langka namun tetap menjaga jarak. Clara mengendus bagian baju yang ditunjukan Rafa. "wangi kan?" tanya Rafa. "wangi apek."balas Clara meledek. "apaan wangi kok."ujar Rafa dan mencium bau badannya. "gue bau ya?" tanya Rafa kemudian.
Clara tertawa melihat kelakuan Rafa. orang yang sedari tadi percaya kalau dirinya wangi tiba-tiba berkata demikian. "gak kok. lo wangi." jawab Clara setelah tawanya mereda. ia memegang perutnya yang sakit karena tertawa tadi.
"nah gitu dong ketawa, jadi gak takut kan gue liatnya." ujar Rafa. Clara yang mendengar ucapan Rafa tadi hanya tersenyum. "emang kenapa dah lo nangisnya sampe kejer gitu?" tanya Rafa. senyum Clara tiba-tiba memudar. ia menundukan kepalanya dan menghembuskan nafas berat.
tiba-tiba datang empat orang gadis dari arah pintu dan menghambur ke Clara. Rafa tidak tau sapa mereka namun mereka tak kalah cantik dari gadis yang didepannya ini.
salah satu dari mereka memeluk Clara dan satu lagi memutar badan Clara seolah mencari apakah ada yang lecet dari badan mulus itu.
"Clara lo kenapa?" tanya temannya yang berambut sebahu yang duduk disebelah Clara. "gapapa, Zar. gue cuman butuh istirahat aja." ujar Clara. "terus mata lo kok bengkak gini sih?" tanya salah satu temennya. "lo abis nangis?"lanjutnya sambil memegang wajah Clara dengan kedua tangannya. "iya Sa."jawab Clara dan memaksakan senyumnya yang rapuh.
"oh gue tau." ujar temannya yang bernama Sa itu. Rafa tidak tau pasti siapa nama cewek itu."pasti gara-gara dia kan?" kata Sa dan menunjuk ke arah Rafa. alis rafa naik ketika 5 gadis disana sedang memperhatikannya.
satu gadis yang Rafa tidak tau namanya maju mendekati Rafa. Maudy, ujar Rafa dalam hati sebari mengeja nama yang tertera di nametagnya. "lo apain temen gue?"tanyanya dingin dengan tatapan membunuh. maudy melipat tangan di dadanya tambah memberi kesan Antagonis seperti sinetron di TV.
YOU ARE READING
Mine
Teen FictionPutri Clara Anissa adalah gadis cantik yang dapat membius pria dengan sekali melihatnya. disamping kecantikannya yang sempurna, Clara kaku dan bahkan bersikap dingin dengan cowok manapun. disamping itu, Armando- pentolan sekolah yang dingin dan badb...