Pertengkaran pertama

3.8K 339 29
                                    

°°°

Hhh..

Sudah berapa kali seorang Jinhwan menghela napasnya. Ia hanya memandang jalanan dari jendela kamarnya.

Ia rindu dengan sesosok Ibu yang selalu memberinya makanan dan minuman hangat jika sedang musim dingin seperti ini.

Ia sekarang hidup tanpa ada malaikat di keluarga mereka. Hanya seorang Dongsaeng dan Appanya.

Itu juga dirumah hanya ada Appa dan dia. Sang Dongsaeng - Kim Donghyuk - sedang merantau ke Seoul untuk mengejar cita-citanya sebagai Pattisier.

Jinhwan tersenyum miris, hanya dongsaengnya itu yang menuruni sifat ibunya, senyum manis, suka membuat kue, cara bicaranya lembut dan manja.

Bahkan di umur Jinhwan yang masih 11 tahun, terkadang sang eomma bermanja kepada anaknya yang paling tua, dirinya sendiri. Jika melihat itu, sang adik -Donghyuk- pun akan merajuk ingin di manja juga.

Indahnya 11 tahun lalu. Masih tercetak jelas di kepala Jinhwan.

"Jinan.." Suara berat menginterupsinya untuk berhenti mengenang masa lalu.

Jinhwan berbalik badan."Ne Appa?"

"Kau sedang apa?" Hanbin -sang Appa- berjalan ke arahnya kemudian duduk di pinggir tempat tidur, tepat di depan Jinhwan. "Mengingat eomma hm?"

Tepat.

Tanpa jawaban, Jinhwan langsung melemparkan senyum pahit dan menatap ke luar lagi.

Hanbin mendesis sedih."Bukan hanya kau, Appa juga merasa kesepian, tapi tidak baik jika kau bersedih terus seperti ini, Eomma tidak akan tenang disana."

"Aku tidak sedih," Bohongnya "Aku hanya mengingat masa dimana Eomma masih ada. Tidak salahkan?"

Kali ini Hanbin yang menghela napas berat. Ia tau persis bagaimana anaknya, Kim Jinhwan dan Kim Donghyuk tidak bisa berbohong kepada ayahnya Kim Hanbin.

Walaupun Jinhwan berkata seperti itu, tapi kesedihan tersirat di wajahnya, apalagi ia sekarang sedang memandang keluarga ceria di pinggir jalan yang sedari tadi bermain-main gembira.

Well, semenjak Donghyuk merantau, di rumah ini sudah tidak ada lagi keceriaan, Jinhwan dan Sang Appa sama-sama segan untuk membuka mulut.

Kalaupun ada pembicaraan itu tidak akan terjadi sampai 5 menit. Setelah itu mereka akan tutup mulut kembali.

Seperti sekarang,

Hanbin bangkit kemudian pergi meninggalkan Jinhwan masih pada posisi semula. Ia berpikir bahwa sangat susah untuk membuka mulut seorang Jinhwan, karena pada dasarnya Jinhwan menuruni sifat dia, cuek dan tak ingin terbuka.

Sebenarnya Jinhwan berharap Appanya lebih giat lagi mengajaknya bicara, setiap kali Appanya mengajak bicara Jinhwan selalu membalas cuek, itu bermaksud untuk menarik perhatian sang Appa. Dia ingin tau seberapa pentingnya Jinhwan untuk sang Appa, seberapa pedulinya sang Appa.

Tapi lihat sekarang? Lagi-lagi Hanbin menyerah setelah mendapat balasan dingin dari sang Anak.

"Appa...bogoshippeo"
.
.
.

Kriiingg!

"Ukhh," lenguhan dari Namja kecil ini terdengar merana karena alarm dari handphonenya mengusik jam tidur.

Ia membuka matanya satu dan menggapai benda berwarna hitam miliknya.

Klik.

Ketenangan pun muncul. Tapi Ia harus tetap berjalan -malas- ke kamar mandi.

I know its Wrong (Binhwan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang