Jealous

2K 273 18
                                    

°°°

Sudah sekitar 6 hari sejak kejadian Hanbin merasakan hal yang sama seperti Jinhwan.

Sejak itu juga, Hanbin mencoba lebih banyak menghabiskan waktu di toko furniturenya guna menghindari sang anak. Well, dia bahkan tak habis pikir dengan dirinya sendiri, kenapa bisa-bisanya ia berdebar saat menatap dua bola mata Jinhwan yang-di anggapnya- rapuh itu.

Hanbin mengacak rambutnya frustasi, bahkan debaran itu masih ada sampai sekarang.

Sial. Umpat Hanbin dalam hati

Ia mencoba menenangkan pikirannya, menghela napas panjang dan meminum air putih. Mencoba menghilangkan wajah dan bibir Jinhwan yang ingin ia terkam.

Andai saja hormonnya tidak terkontrol, sudah dipastikan Hanbin 'kecil' dibawah sudah menegang. Untungnya ia masih waras.

Kalian pasti sudah tau bagaimana frustasinya Hanbin sekarang.

Tok tok tok.

Namja pemilik toko furniture ini langsung mengangkat kepalanya ke arah pintu-yang memang terbuka dari tadi- menampakan namja berumur,tak kalah tampan,sedang berdiri dengan senyum manisnya.

"Sepertinya Tuan Kim sedang tidak ingin diganggu." Sedih Song mino berniat meninggalkan sahabat lamanya.

"Hei! Kau sudah mempunyai 3 anak masih saja sensitif." Hanbin berjalan mendekat kemudian memeluk singkat namja itu. "Lama tak jumpa."

Mino terkekeh."Lihat lah, kau masih tetap tampan, bukan main, jika begini bentukmu, rasanya aku ingin menikahkan putriku denganmu."

"Jangan berbicara sembarangan." Hanbin menonjok pelan lengan Mino. "Bagaimana kabar istri dan anakmu?" Lanjutnya sambil mempersilahkan Mino duduk.

Sedikit cerita, Mino dan Hanbin adalah teman satu SMA yang sangat akrab, mereka sama-sama menikah muda, bahkan pernikahan mereka hanya selang seminggu. Itu adalah perjanjian mereka sejak dibangku kelas 2 SMA. Mereka berjanji akan satu kuliah dan menikah muda. Urusan pekerjaan, dulu, mereka mengembangkan Bisnis bersama yang sekarang ditinggalkan oleh Hanbin karena ia ingin mengurus toko kayu miliknya. Dan Secara tidak langsung Mino lah pemilik Bisnis itu. Mino mempunyai istri dan 3 anak, ia tinggal di Busan, namun cukup jauh dari rumah Hanbin, sehingga sulit untuk bertemu, di tambah jam kosobg Mino lebih sedikit dibanding Hanbin yang santai. Dan sekarang, ia punya waktu luang untuk mengunjungi Hanbin.

"Istriku baik-baik saja, anak pertamaku sudah skripsi, anak keduaku baru masuk kuliah, dan yang terakhir ia baru lulus SD." Seketika, Mino merasa sangat bersalah. "Kim, maafkan aku tidak datang ke pemakaman Jennie."

Hanbin tertawa ringan."Itu sudah 10 tahun lalu, lupakan lah. Aku juga paham, waktu itu kalian kedatangan manusia baru yang baru lahir."

Ah, Mino tak mengerti dengan temannya ini, Ia sudah cukup menderita dengan kehilangan istrinya, dan Mino tau dibalik senyum itu ada kepedihan yang mendalam.

"Bagaimana dengan 2 anakmu?" Kali ini Mino yang bertanya.

"Si bungsu Donghyuk sekarang sedang di Seoul, ia menjadi seorang pattisiere, kau tau kan dia sangat suka membuaat kue." Jawab Hanbin bangga.

"Ah jinjja? Woaah daebak! Aku ingin segera mencicipi kue buatannya, pasti sangat enak." Mino tersenyum tak percaya, "Dan Artinya sekarang kalian hanya berdua dirumah tanpa Donghyuk? aish, aku tidak bisa membayangkan dua orang keras kepala disatukan."

Well, sahabat Hanbin satu ini tahu betul bagaimana Jinhwan, karena sebelum ia benar-benar sibuk, dengan pekerjaan dan keluarganya, ia sempat sering berkunjung ke rumah Hanbin, sering kali ia menonton kejadian Hanbin dan Jinhwan yang tak mau kalah dan sama-saama keras kepala. Dua makhluk itu, sangat tidak bisa disatukan. Begitu kira-kira menurut Mino.

I know its Wrong (Binhwan)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang