Title : Dot
Kim Taehyung
Jeon JungkookTaetaevya
___°~°___Sebuah kalimat akan selalu diakhiri oleh sebuah punctuation, apapun itu. Bisa koma atau titik. Tanda seperti tanya dan seru juga dapat mengakhiri sebuah kalimat. Tanda baca tersebut mempunyai arti masing-masing.
Ada satu yang spesial dari titik. Punctuation berbentuk bulat kecil, itulah titik. Tidak, bukan karena bentuknya. Melainkan makna dari titik itu.
Sebuah titik, memberi arti pada kalimat untuk berhenti. Menandakan akhir dari rangkaian kata sebuah kalimat. Tidak seperti koma, yang membutuhkan lanjutan pernyataan. Tidak seperti tanda tanya, yang memerlukan sebuah jawaban. Atau tidak seperti tanda seru, yang walaupun berakhir tapi memerlukan tindakan. Kalimat akan berakhir pada sebuah titik, tanpa perlu tambahan atau jawaban.
Sebuah titik yang mempunyai arti akhir. Bagi Kim Taehyung, titik hidupnya juga telah berakhir, seiring dengan titik hatinya yang telah hilang.
Hidupnya datar dan tak berwarna, atau itu anggapan Taehyung sendiri. Tapi sungguh, bagi pemuda dengan surai coklat tua ini, hidupnya sudah abu-abu. Mengikuti alur, begitulah Taehyung menjalani hidupnya. Hanya ikuti alur dan diam untuk lihat dimana akhir aliran hidupnya. Atau dengan kata lain, mari lihat dimana dan bagaimana dirinya berakhir.
Kim Taehyung, hanya seorang pemuda dua puluh dua tahun. Hidup seorang diri sebagai perantau di kota Seoul. Berkuliah sambil bekerja, adalah rutinitasnya.
Seingat Taehyung, terakhir dirinya merasa bahagia adalah saat bersama kekasihnya, Park Jimin.
Dan setelah Jimin, titik hatinya pergi, Taehyung kehilangan arah katanya, kehilangan titik hidupnya dan tak bisa menemukan akhir jalan takdirnya.
Sudah berulangkali Taehyung mencoba untuk menyusul sang terkasih. Namun takdir berkata lain. Hingga dalam suatu malam berhujan yang begitu dingin menyengat, malam yang harusnya menjadi saat terakhir dirinya menghembuskan nafas, Taehyung bertemu dengannya. Jeon Jungkook.
. . .
Seharusnya, Taehyung tetap di ranjangnya yang hangat saat pagi menjelang. Namun dirinya malah duduk diam memperhatikan Jungkook, yang tengah sibuk mondar-mandir di dapurnya. Pemuda itu mengenakan kemeja merah bercorak kotak, celana jeans yang membungkus kaki kuat itu dengan sempurna, nike hitam sebagai pelengkap, dan terakhir adalah sebuah apron biru.
Taehyung memandang malas Jungkook yang terlihat riang menyiapkan sarapan. Menata piring, membawa dua piring nasi goreng yang mengepulkan aroma gurih menggugah. Terlihat lezat, namun tidak cukup untuk membuat seorang Taehyung bersemangat menyantapnya.
"Jungkook, sudah kubilang jangan datang pagi-pagi sekali." Jungkook mendengus mendengar nada pernyataan Taehyung yang kentara sekali menahan kesal.
"Dan sudah kubilang," Jungkook mengulum senyum. "Aku akan tetap datang walaupun kau melarangku, hyung."
Taehyung mendengus, meraih sendok dan mulai menyantap makanannya. Tanpa sedikitpun menoleh atau sekedar membalas ucapan Jungkook.
Jungkook hanya tersenyum melihat tingkah pemuda surai coklat itu. Jujur saja, itu terlihat menggemaskan di matanya. Taehyung yang diam adalah hal manis bagi Jungkook.
Kenapa tidak saat tersenyum? Karena Jungkook belum pernah melihat Taehyung tersenyum atau tertawa. Sekalipun. Mungkin Taehyung tersenyum, tapi itu palsu. Jungkook ingin senyuman tulus Taehyung. Satu hal yang selalu ia harapkan dapat terjadi.