Part 1 - Si Kecil Jagoan Ayah

14.6K 1.1K 220
                                    

Pengalaman naik sisingaan untuk pertama kalinya rupanya sangat berkesan bagi si kecil Kirana. Satu hari setelah acara ulang tahunnya yang pertama, kenangan tentang sisingaan masih sangat membekas dalam ingatan Kirana.

Memang begitulah anak kecil. Apa-apa yang berkesan akan mengendap dalam ingatan. Sama halnya dengan Kirana. Saat ini gadis kecil itu sedang duduk di tempat tidur sambil diapit ayah dan ibunya.

Itulah kebiasan keluarga kecil Andre dan Kendra setiap malam. Jika bukan Andre yang duduk di sofa sambil ngobrol dengan anak gadisnya, maka Andre dan Kendra duduk di tempat tidur mendengarkan celotehan Kirana. Lebih tepatnya, Andre yang mendengarkan kemudian menerjemahkan bahasa ajaib Kirana kepada Kendra.

Kirana duduk sambil bersandar pada ibunya. Dipeluknya ibunya erat-erat seolah hendak mengungkapkan rasa cinta.

“Bubutu…” panggil Kirana dengan suara merdu.

“Ya anakku?” sahut Kendra sambil tertawa.

Suara Kirana saat mengucapkan bubutu dan tatatu sungguh mendayu-dayu, mengingatkan Kendra pada Andre jika sedang berusaha untuk merayu. Si kecil ini banyak mewarisi sifat ayahnya. Sepertinya, saat nanti dewasa, kakak akan mejadi perayu ulung seperti ayahnya. Kendra sudah dapat membayangkan berapa banyak pemuda yang akan tergila-gila.

“Tatak tuta nganga,” ujar Kirana.

“Kakak suka singa, nak?”

“Tuta,” sahut Kirana sambil menganggukkan kepala. Lengan kecilnya semakin erat mendekap ibunya.

“Tatak tak tutut nganga.”

“Wah, hebat ya anak ibu yang cantik ini nggak takut singa,” puji Kendra sambil menjentik ujung hidung Kirana.

Andre hanya tertawa-tawa mendengar celotehan putri kesayangannya.

“Tatak tak tutut nganga bubutu,” ulang Kirana sambil tertawa gembira. “Bubutu tutut nganga?”

“Nggak dong, masa ibu takut singa," sahut Kendra.

Kirana diam seolah tak percaya dengan ucapan ibunya. Ia lalu mengalihkan pandangan kepada ayahnya.

“Tatatu tutut nganga? Tatak tak tutut nganga.”

“Ya nggak lha. Masa ayah badannya gede gini takut singa,” sahut Andre sambil mengacak rambut Kirana.

Kirana diam lalu menatap ayah dan ibunya bergantian. Sejenak kemudian ia berdiri lalu menghadap ayah dan ibunya.

“Bubutu tutut nganga!” teriak Kirana sambil menunjuk ibunya dengan tangan kanan. “Tatatu tutut nganga!” teriak Kirana sambil menunjuk ayahnya dengan tangan kiri. “Tatak nana tak tutut nganga,” ujarnya kemudian sambil menunjuk dirinya sendiri.

Kirana lalu menggumamkan sesuatu yang membuat Andre tertawa terpingkal-pingkal.

“Apa katanya?” tanya Kendra.

“Hahaha… Kata kakak, kita berdua takut singa karena nggak naik sisingaan, yang berani cuma dia katanya hahaha…”

Kendra tertawa lalu meraih tubuh mungil Kirana.

“Anak ibu jagoan, ya?” Kendra berkata sambil mencium pipi Kirana dengan gemas.

“Sini anak ayah,” Andre mengambil alih Kirana. “Ini nih jagoan ayah yang nggak takut singa.” Andre menggelitiki perut Kirana dengan cara menciuminya hingga Kirana kegelian dan tertawa-tawa.

“Pupun tatatu! Pupun tatatu!” teriak Kirana sambil tertawa-tawa.

Maksud Kirana adalah meminta ampun kepada ayahnya agar berhenti menggelitikinya.

Ketika Kakak Kehilangan KucingnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang