Part 12 - Caca Hilang

4.4K 711 100
                                    

Dua minggu berlalu semenjak Kirana dan Caca mengalami hari-hari yang seru. Hingga pagi itu, setelah mandi dan  sarapan, Kirana tampak kebingungan. Dicarinya Caca ke bagian depan dan belakang rumah seraya memanggil-manggil nama kucing kesayangannya.

“Cacatu! Cacatu!” Kirana berseru.

Namun Caca tak kunjung terlihat.
Kendra juga jadi cemas. Caca ke mana? Biasanya Caca hanya bermain di sekeliling rumah. Caca tidak pernah berada di luar rumah, sekalipun hanya di halaman belakang. Alasannya sederhana, Kendra takut Caca keluar dari halaman dan tidak bisa pulang.

Caca baru sebentar tinggal bersama mereka dan usianya juga masih kecil. Kendra ingin Caca terbiasa dan hafal bau rumah mereka sebelum Caca diijinkan bermain di halaman. Dengan demikian, jika pun Caca keluar dari halaman, ia akan bisa menemukan jalan pulang. Agaknya hari ini kekhawatiran Kendra terbukti. Caca pergi dan sepertinya kucing kecil itu sulit menemukan jalan untuk kembali.

Yang jadi pertanyaan, kapan dan bagaimana Caca bisa keluar dari rumah?

“Bubutu, Cacatu tak da,” Kirana berkata sambil mulai berurai air mata.

Kendra segera memeluk Kirana dan mencoba menenangkan putri kecilnya.

“Cacanya mungkin lagi main sebentar ke rumah tetangga. Kita tungguin, ya?”

“Tak, tak!” Kirana menolak. “Put Cacatu ayang.” Kirana meminta agar Caca dijemput sekarang.

Kendra paham, Kirana sangat kehilangan Caca. Jangankan tak melihat Caca seperti sekarang, saat akan tidur saja, Kirana ingin Caca berada di sampingnya.

“Mbak Tini,” panggil Kendra.

Mbak Tini datang menghampiri.

“Ya, Bu?”

“Lihat kucingnya Kirana nggak?”

“Wah, saya nggak perhatiin tuh. Tapi tadi pagi waktu saya datang masih ada kok, Bu.”

“Tadi pagi masih ada?”

Kendra ingat, Caca masih ada waktu ia hendak memandikan Kirana. Kucing itu tadi meringkuk sambil mendengkur di bawah meja di ruang keluarga. Berarti Caca tidak ada setelah Andre berangkat bekerja.

“Cacatu!” Kirana menangis pilu.

“Ya udah, kita cari Caca keliling ke rumah tetangga, ya.”

Kirana menganggukkan kepala.

Maka sesaat kemudian, Kendra mendorong kereta bayi dengan Kirana yang duduk di dalamnya berkeliling kompleks seraya memanggil-manggil nama Caca. Sekarang pukul 09.00. Berdasarkan pengalaman Kendra, kurang efektif mencari kucing yang hilang pada jam seperti ini. Jam 09.00 adalah saat bagi kucing untuk tidur. Apalagi Caca masih kecil. Ia akan dengan mudah bersembunyi di bawah tanaman atau di bawah benda-benda yang berada di sepanjang jalan.

Mencari kucing yang hilang sebaiknya dilakukan saat malam. Mata kucing yang berkilat di kegelapan membantu untuk memudahkan pencarian. Kendra sendiri pernah beberapa kali mencari kucingnya yang hilang, jadi ia mengerti sesedih apa perasaan Kirana saat ini. Tidak hanya pemilik yang merasa kehilangan, tetapi binatang yang hilang juga kasihan. Ia pasti kebingungan dan ingin pulang tetapi tidak bisa menemukan jalan.

“Cari apa, Bu?” sapa seorang tetangga.

“Cari kucing yang hilang.”

“Cing tatak iyang,” Kirana ikut berkata dari dalam kereta. Kirana mengatakan bahwa kucingnya hilang.

"Ini fotonya, barangkali pernah lihat.” Kendra menunjukkan foto Caca yang ada di handphone miliknya.

“Wah, nggak lihat tuh. Emang kapan hilangnya?”

“Tadi pagi.”

“Mungkin keluar sebentar. Nanti juga balik lagi.”

“Iya juga, ya.”

Mungkin Kirana dan dirinya terlalu khawatir. Mungkin Caca hanya ingin keluar sebentar dan nanti siang kucing itu sudah pulang. Maka Kendra memutuskan untuk memutar arah dan berkeliling sebentar lagi sebelum akhirnya ia dan Kirana kembali ke rumah.

“Kita cari lagi nanti, ya? Caca mungkin lagi main sebentar. Nanti Caca pulang,” bujuk Kendra.

Tapi rupanya Kirana tidak sependapat dengan ibunya. Ia menggelengkan kepala seraya berurai air mata.

“Yi Cacatu, Bubutu.” Kirana meminta agar mereka mencari kucingnya.

“Nanti siang Caca pulang. Caca masih main sebentar. Kita tungguin Caca pulang,” Kendra mencoba menenangkan.

Akhirnya Kirana diam. Tapi si cilik itu jadi tak mau tidur siang. Ia minta duduk di ruang tamu sambil tak henti menatap ke arah pintu. Ia juga terus menerus bertanya kapan Caca akan kembali ke rumah. Melihat wajah sedih Kirana, Kendra juga merasa hatinya terluka.

Kendra jadi berpikir bagaimana bisa Caca keluar dari rumah. Caca sudah pasti ada di luar rumah sebab Mbak Tini sudah mencari Caca ke seluruh ruangan tetapi Caca tetap tak ada. Apakah tadi Caca menyelinap keluar saat pintu terbuka? Tubuh Caca sangat mungil. Ia bisa saja menyelinap pergi saat tak ada yang memperhatikan. Bisa saja Caca keluar saat Andre hendak berangkat kerja. Saat itu pasti tak ada orang yang menyadari kepergian Caca.

Begitulah sifat seekor kucing. Kucing adalah binatang yang mudah merasa penasaran. Itulah salah satu penyebab kucing acapkali hilang. Mereka selalu tertarik dengan hal-hal yang baru mereka lihat dan cenderung mengikutinya untuk memuaskan rasa penasaran. Sejuta teori kemungkinan tentang hilangnya Caca memenuhi kepala Kendra.

Lelah menunggu Caca, akhirnya Kirana tertidur dalam posisi duduk di sofa. Hati Kendra terenyuh melihatnya. Ia lalu memindahkan tubuh Kirana ke kamar.

*****

Kirana terbangun dari tidurnya dengan wajah kaget. Sepertinya Kirana tidak sadar bahwa ia tadi ketiduran. Dengan wajah cemas Kirana langsung memanggil-manggil nama Caca.

“Cacatu! Cacatu!” Kirana berseru.

Kendra yang sedang membereskan mainan Kirana yang  berserakan di kamar sebelah, segera datang menghampiri si kecil kesayangannya.

“Anak ibu udah bangun?”

“Cacatu, Bubutu!”

Melihat wajah Kirana yang gelisah, Kendra kembali merasa terluka. Hingga sore ini, Caca belum juga kembali ke rumah. Entah Caca berada di mana.

Kendra segera mendekap Kirana dalam pelukannya.

“Caca belum pulang, Nak. Besok kita cari lagi, ya?”

“Ayang, Bubutu.” Kirana meminta untuk mencari Caca sekarang.

Tetapi sepertinya tidak mungkin mereka mencari Caca karena saat ini hujan deras sedang mengguyur Jakarta. Kendra juga sedih mengingat Caca. Kucing kecil itu pasti sedang merasa kedinginan dan kelaparan di luar sana.
Seolah mengerti apa yang dipikirkan ibunya, Kirana berkata, “Cacatu yum nanan, Bubutu.”

Kirana saja tahu bahwa Caca belum makan. Kirana sepertinya sangat mengkhawatirkan sang binatang kesayangan.

“Kita belum bisa cari Caca sekarang, Kak. Di luar lagi hujan.”

Kendra menggendong Kirana dan membawanya ke ruang tamu. Dari jendela, Kendra dan Kirana melihat tetesan air yang membasahi jalan di depan rumah mereka. Suasana sendu semakin terasa di hati keduanya.

“Cacatu ininan,” Kirana bergumam.
Kirana tahu saat ini Caca pasti sedang merasa kedinginan, sama persis dengan apa yang Kendra pikirkan.

“Kita berdoa buat Caca, yuk, Kak. Kita doain Caca nemuin tempat buat berteduh, ada yang kasih makan, dan bisa nemuin jalan pulang.”

“Min,” ucap Kirana sambil meneteskan air mata.

Kendra memeluk erat Kirana. Ia juga tahu bagaimana sedihnya kehilangan binatang peliharaan, terlebih jika hewan kesayangan bukan hanya dianggap sebagai peliharaan tetapi sudah menjadi bagian dari keluarga. Perasaan ini hanya bisa dimengerti oleh orang-orang yang benar-benar mencintai binatang dengan sepenuh hati, seperti dirinya dan sang putri.

*****
😿😿😿

Ketika Kakak Kehilangan KucingnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang