Part 10 - Anak Ayah Ada Dua

6K 821 90
                                    

Hari masih pagi buta ketika si kecil yang cantik itu membuka mata.

“Bubutu!”

Teriakan Kirana terdengar oleh Kendra yang sedang menyiapkan secangkir kopi untuk sang suami. Setelah meletakkan kopi di atas meja makan, Kendra segera menuju ke kamar dan menemukan Kirana yang duduk di atas ranjang dengan wajah yang masih tampak kebingungan.

Kirana selalu seperti itu. Setiap bangun pagi, ia akan memanggil ibunya lalu ayahnya. Namun kali ini tidak. Setelah melihat wajah sang ibu, ia bukan mencari ayah tercinta, melainkan Caca, kucing kecil kesayangannya.

“Cacatu,” ujar Kirana dengan mimik lucu.

“Eh anak ibu pagi-pagi kok udah bangun?” Kendra meraih Kirana dan mencium pipi gadis kecilnya.

“Cacatu,” ulang Kirana.

Kendra tersenyum mendengar celotehan Kirana. Dengan gemas dicubitnya pipi si kecil.

“Caca belum bangun, Kak. Ini ‘kan masih pagi. Kakak kok udah bangun sih?”

“Cacatu yum anun?”

“Iya, Caca belum bangun. Kakak kenapa udah bangun?”

“Tatak anun, Bubutu,” sahut Kirana sambil mengucek matanya. Tampak sekali gadis kecil itu masih mengantuk tapi ia memaksa bangun karena pikirannya tertuju ke Caca. Kirana rupanya sudah tak sabar untuk bermain bersama kucing kesayangannya.

“Lho, Kakak udah bangun?” Andre yang baru selesai mandi masuk ke dalam kamar. Diraihnya Kirana dari pelukan Kendra. “Kenapa udah bangun anak ayah? Tuh matanya masih merah. Kakak masih ngantuk, ya?”

“Tak, tak antuk.”

“Kakak mau main sama Caca, Ayah,” ujar Kendra.

“Cacanya aja masih bobok, Kak. Kakak bobok lagi, ya?” bujuk Andre.

“Tak, tak,” Kirana menolak. Dipeluknya leher sang ayah yang masih sedikit basah.

Kirana boleh saja berkata bahwa ia tidak mengantuk meskipun bangun lebih awal, tapi matanya tak dapat berbohong. Begitu menyandarkan kepala di bahu kokoh ayahnya, tak lama kemudian Kirana kembali memejamkan mata.

“Anak ibunya banget, pelor, begitu nempel langsung molor,” Andre berkata sambil tertawa.

“Huh, enak aja,” balas Kendra. "Anaknya ayah, banyak omongnya."

****

Kirana bangun ketika ayahnya sudah berangkat kerja. Setelah mandi, anak sulung Andre dan Kendra itu sarapan dengan ditemani si kucing kesayangan. Kirana sepertinya menganggap Caca bukan sekedar teman bermain, tetapi adiknya.

Kirana memberikan makanan yang ia makan kepada Caca, sekalipun sudah dilarang oleh Kendra. Ia bahkan mengejar Caca dan membuka paksa mulut kucing kecil itu hanya agar Caca mau memakan wortel rebus. Untung Caca tidak marah dan berbalik menggigit Kirana.

“Kak, Caca nggak suka makan wortel.” Kendra mengangkat tubuh Kirana yang berusaha menjejalkan sepotong kecil wortel ke dalam mulut Caca, sementara Caca hanya bisa mengeong pelan.

“Nak, Bubutu, nak,” ucap Kirana sambil berusaha turun dari gendongan ibunya.

“Iya, ibu tahu wortelnya enak. Tapi kucing nggak makan wortel, Kak. Makanan Caca yang kita beli kemarin sama ayah. Kakak ingat?”

“Cacatu tak tuta?”

“Iya, Caca nggak suka.”

“Tatak Nana tuta ote.”

“Tapi Caca nggak suka wortel. Kucing nggak makan sayuran, Kak.”

Kirana menatap ibunya dengan pandangan bingung. Mungkin terdengar aneh bagi Kirana kenapa Caca tidak suka wortel padahal dirinya suka. Kirana ingin agar Caca juga menikmati makanan yang disukainya.

Ketika Kakak Kehilangan KucingnyaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang