"Jadi kalau aku tak menelpon atau mengirimi mu pesan, kau berhenti mengantarkan bekal makanan ke kamarku begitu maksudmu? Apa kau tau aku menunggu sampai maagku kambuh? gara-gara kau....Benar-benar keterlaluan!"
Aku menunduk lesu. Apa ini menu sarapan pagiku hari ini. Aku bahkan tak datang terlambat meski lupa sarapan pagi, tapi begitu masuk pintu hotel aku langsung di panggil ke ruangan pria ini dan dimarahi persoal bekal makanan.
"Aku bahkan menggajimu 4 kali lipat, aku bahkan menyediakan banyak daging di kulkas, aku bahkan memberikan pasword rumahku padamu. Tapi kau malah tak mengunjungiku 1 bulan ini. Teganya kau...
"...." Aku bahkan tak tau harus menjawab apa. Bukankah selama 1 bulan ini pria itu juga mengabaikanku. Jadi tak mungkin aku menelpon atau mengirim pesan. Aku terlalu takut mengingat kejadian 1 bulan yang lalu.
"Apa maksudnya surat ini?" Akhirnya pria itu mengeluarkan amplop putih dari dalam laci mejanya. Aku menelan ludah ketika melihat amplop itu. Jelas sekali kalau itu adalah surat permintaan berhenti bekerja milikku. "Jadi setelah mendapatkan gajimu, kau berhenti begitu? Kau pikir kau bisa seenaknya seperti itu!"
Benar! Aku jelas tau kalau aku tak bisa seenaknya seperti itu. Apalagi selama 2 bulan ini aku dapat gaji besar berkat pria ini. Makanya aku sudah menyiapkan amplop lain di dalam tasku. "Saya hanya mengambil gaji pegawai normal pada umumnya, dan ini sisa gaji yang harus saya kembalikan lantaran tak bekerja sesuai permintaan Bapak." Aku meletakkan amplop berisi uang itu di atas meja.
"Apa maksudmu mengembalikannya?"
"...karena saya tak bekerja sesuai permintaan Bapak." Bukankah itu sudah jelas.
"Apa aku memintamu untuk mengembalikannya?"
"...tapi saya kan tidak bekerja sesuai permintaan Bapak, jadi...
"Jadi kenapa kau berhenti hanya karena kau tidak bekerja sesuai dengan apa yang kuperintahkan? Aku tak memintamu berhenti dan aku tak meminta uangku kembali."
Lalu kenapa aku dimarahi? Aku menatap pria itu nanar, tak berani bertanya seperti yang terlintas dipikiranku tadi.
Pria itu menarik nafas kesal. Ia berjalan mendekatiku dan aku tanpa sadar mundur secara berlahan. "Aku marah padamu karena kau tak pernah menghubungiku." Pernyataan pria itu membuatku berhenti melangkah mundur.
"Aku pikir kau membenciku."
...?? Pernyataan itu membuat ku bingung.
"Kau salah paham padaku karena gosip-gosip menyebalkan seputar hubunganku dengan Han So Hee." Pria itu menghapus air mataku yang entah sudah tumpah sejak kapan.
Jadi apa kalian tidak bertunangan? Tanyaku dalam hati.
"Tidak!"
"!!!"
"Bapak...bisa baca pikiran orang ya?" Tanyaku bingung sambil sesegukan. Pria itu malah menatapku, bingung.
"Mmm...jadi maksud saya, Bapak tidak....
"Bisa tidak kalau kau tidak menyebutku bapak?"
Ha?
"Aku jadi benar-benar merasa tua. Padahal aku hanya lebih tua 1 tahun darimu." Aku mengerutkan dahi bingung. Selama ini pria itu tak pernah marah ketika aku memanggilnya bapak, dia kan memang pak direktur. Jadi aku harus memanggilnya apa? Aku melirik ke arah meja direktur tapi mendadak pria itu melempar papan nama yang tertulis di mejanya ke kotak sampah, lalu kembali menatapku kesal.
"Ma'af." Aku akhirnya kembali menunduk pasrah, aku akan dimarahi lagi. "Aku...tidak tau nama...
"Jadi kau bahkan tak tau nama direktur mu sendiri. Sampai detik ini, bahkan ketika kupikir kita sudah cukup dekat seperti ini."
"Ma'af." Ucap lagi. Kali ini aku benar- benar merasa bersalah karena selama ini tak begitu peduli siapa nama pria di depanku itu.
"Silahkan keluar!"
Aku mendongkak dan melihat pria itu kembali ke duduk di kursi direktur tanpa menatapku. Jadi...mungkin seperti inilah ending dari status kepegawaian ku di hotel dreamland. Aku menatap pria itu sekali lagi sebelum membuka pintu, sempat berharap kalau pria itu juga menatapku. Tapi akhirnya aku keluar dari ruangan itu dengan perasaan bersalah.
☹️☹️
KAMU SEDANG MEMBACA
SWEET LOVE STORY (COMPLETE)
Romance"Pilih salah satu! Hanya kenalanku. Jadi pembantuku. Jadi temanku. Atau...pilihan lainnya."