Hal aneh terjadi padaku dalam 3 hari ini.
Pertama, aku tertangkap basah sedang makan di kamar hotel ketika sedang bekerja sebagai cleaning service.
Kedua, yang menangkap basahku adalah direktur sekaligus pemilik hotel tempatku bekerja dan beliau malah menawariku persyaratan tak masuk akal agar aku tak dipecat.
Dan ketiga, kemarin aku baru tau kelakuan aneh sang direktur. Tampak perfect diluar tapi lumayan hancur didalam. Maksudku adalah, direktur mana yang ketahuan mencuri buffet di pesta yang diadakan di hotelnya sendiri, tapi yah karena dialah sang direktur, mana ada pegawai yang berani menegurnya, yang ada malah pegawai itu yang terancam dipecat.
Dan sekarang, tepatnya di sebuah foodmart, sang direktur berdiri disampingku dan asyik memilih daging. Apa benar dia direktur? Atau....dulunya pria ini pernah bekerja di peternakan atau tukang potong daging? Dia bahkan tau bedanya daging baru dan lama, daging paha dan daging dada, daging sapi dan daging domba yang murah dan yang paling murah dengan kualitas baik. Untuk hal ini aku lumayan salut padanya.
"Setelah ini kita pergi ke toko perlengkapan, aku membutuhkan beberapa barang baru." Pria itu berkata setelah puas memilih 5 kilo daging dengan teliti.
Di toko perlengkapan, pria itu membuat ku mengerutkan dahi dan terus bertanya dalam hati. Untuk apa pak direktur membeli barang yang serba sepasang. Tapi aku akhirnya ber "oo" ria setelah pria itu menjelaskan kalau ia belum lama ini membeli sebuah rumah yang sama sekali belum ada isinya bahkan furniture sekalipun.
Pak direktur menelpon pihak hotel dan membatalkan semua janji dan pekerjaannya hari ini khusus untuk membeli perlengkapan rumah barunya dan aku juga ikutan dibebas tugaskan dari pekerjaan bersih-bersih lantaran pria itu memintaku menemaninya belanja.
Sofa warna merah, tempat tidur warna merah, meja makan warna merah, bahkan lemari dan kulkaspun warna merah. "Mmm....pak? Apa...rumah anda juga di cat warna merah?"
"Iya. aku suka warna merah soalnya."
"...." Kesukaannya pada warna merah sungguh terlalu berlebihan.
"Kenapa? Apa kau tak suka warna merah?" Tanya pria itu. Aku menyunggingkan senyum canggung. "Sebenarnya....orang lain akan sedikit menganggap anda aneh karena terlalu....
"Aku tak terlalu peduli pendapat orang lain!"
Oh....Oke!
Karena terlalu canggung, aku akhirnya pura-pura menyibukkan diri melihat-lihat furniture dapur dan sempat melirik sekilas kearah perlengkapan dapur berwarna merah menyala didepanku. Sepertinya pria itu juga pasti memilih perlengkapan itu sebentar lagi.
Seharian penuh aku menemani pak direktur. Selain mengatakan 'bagus' dan mengangguk, aku tak memberikan komentar lain, toh komentar dariku tak akan didengarkan.
Setelah makan malam di restoran China yang juga penuh dengan ornamen warna merah, aku meminta izin untuk pulang dan pak direktur memaksa mengantarkanku kerumah. Sesampainya dirumah pria itu mulai mengeluhkan tempat tinggalku yang mungil ini.
"Apa kau tidak merasa sesak nafas tinggal ditempat sekecil ini? Dan, rumahmu juga di cat warna merah. Apa orang lain juga menyebutmu aneh?"
Aku bahkan tidak mengundangnya masuk, tapi pria ini malah nyelonong saja. "Apa gunanya rumah besar kalau kau hanya tinggal sendirian! Malah takutnya akan ada penghuni dari dunia lain yang numpang tinggal, dan pemilik rumah ini yang mengecat warna merah, saya hanya menumpang disini." Jawabku datar. Aku berjanji dalam hati akan mengganti cat rumahku dengan warna apapun selain warna merah. ahh, rasanya mataku sakit karena terlalu sering melihat warna itu hari ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
SWEET LOVE STORY (COMPLETE)
Romance"Pilih salah satu! Hanya kenalanku. Jadi pembantuku. Jadi temanku. Atau...pilihan lainnya."