"Cha Hakyeon, 29 tahun. Direktur dreamland hotel, pemilik tunggal dreamland company. Single. Sedang sangat membutuhkan seorang tukang masak, bersih-bersih dan teman mengobrol sepanjang malam. Pekerjaan ini tak dibuka untuk umum, tapi kau diperbolehkan melamar."
"...."
Setelah pernyataan mengejutkannya tadi. Tiba-tiba saja pria itu memperkenalkan dirinya dan menawarkan pekerjaan.
"Pilih salah satu! Hanya kenalanku. Jadi pembantuku. Jadi temanku. Atau...pilihan lainnya."
"....Ma'af ?" Aku menatapnya dengan pandangan bingung, sama sekali tak mengerti dengan perkataan pria itu.
"Oke! Kau memilih pilihan lainnya."
"Apa??!!"
"Makan bersamaku." Jawab pria itu sambil menatapku dingin.
Pria itu beranjak ke dapur lalu kembali sambil membawa piring dan sendok. Ia menyuruhku duduk dan malah bertingkah bak pelayan karena sekarang malah dia yang melayaniku.
"Aku sudah menyebutkan namaku." Ucap pria itu ketika kembali duduk dikursinya.
Oh, oke. Hahaha~ sepertinya aku harus behenti menyebutnya hanya sebagai pria itu sekarang.
Kami makan dalam diam, aku larut dalam pikiranku sendiri dan pria itu... ah! maksudku Bapak Cha Hakyeon, dia juga sepertinya sibuk dengan makanan...
"Apa Bapak...
"Aku bukan Bapak mu!" Cha Hakyeon memotong ucapanku dan hal itu membuatku tak bisa menahan senyum.
"...." Oke! Aku berusaha untuk tidak takut pada tatapan seram itu.
"Jadi...kau orang yang selalu memesan makanan ini?" Aku bertanya karena karyawan yang biasanya makan di restoran ini selalu meminta di bungkuskan menu buatanku dan mengatakan kalau itu jadi makanan favorit orang penting di dreamland hotel. Menu ini tidak tertulis di buku menu, dan hanya beberapa orang yang pernah mencicipi makanan ini di hotel, termasuk bapak...e...maksudku, kau."
"Sekarang bukan aku satu-satunya yang memesan makanan itu." Jawaban pria itu jelas tidak sesuai dengan pertanyaanku, tapi juga membuktikan bahwa pernyataanku benar.
"Ngomong-ngomong pak direktur tidak jadi menikah? Gosip tentang bapak sering muncul di tv loh!" Aku sampai hapal.
Pria itu tak menjawab, tapi jelas terlihat kalau dia kembali kesal.
"Jadi siapa sebenarnya gadis yang berhasil mencuri hati Bapak? Pertanyaan itu juga sering muncul di tivi."
"..."
"Pak Direk...
"CHA HAKYEON!" Pria itu menatapku marah dan akhirnya aku menutup mulutku.
Makan malam yang sunyi serta mencekampun akhirnya usai. Tapi si Cha Hakyeon ini dengan pandangan intimidasinya memaksaku masuk ke mobilnya dan membiarkan pria itu mengantarku pulang.
Aku baru akan membukakan pintu rumahku ketika mendadak pria itu menahannya dan berdiri tepat disampingku.
"Aku ingin menelponmu. Aku ingin kau mengangkat telponku atau menelponku. Aku ingin kau membalas pesanku dan juga mengirimiku pesan. Apa kau dan aku bisa melakukannya setiap saat lagi?"
Aku menatapnya, pria itu terlihat begitu serius menunggu jawaban dariku.
"...tentu.""Aku ingin kau sering-sering menemuiku atau aku yang menemuimu. Makan bekal buatanmu atau aku yang mentraktirmu makan. Aku juga ingin menjemputmu pulang atau kau yang menungguku untuk pulang bersama. Bisakah kita melakukannya setiap hari lagi?"
"...tent...kenapa kita harus melakukannya?" Aku mulai bingung dengan permintaan pria ini dan jujur saja, aku mulai gugup di tatap dalam jarak dekat seperti ini.
"Tadinya aku hanya ingin menemui mu. Setelah bertemu aku ingin makan bersamamu dan juga mengobrol tentang ini dan itu, atau bertanya kenapa kau mengganti warna cat tembokmu jadi abu-abu. Tapi tadi...aku mendadak benci mengantarmu pulang. Menurutmu kenapa aku bisa seperti itu?"
Aku mengerutkan dahi bingung. "Mungkin....tidak mungkin!" Kau rindu masakan ku atau...
"Ha? Apanya yang tidak mungkin?"
Aku menggelengkan kepala menepis pemikiran gila yang terlintas di kepalaku. Jangan bilang kalau kau jatuh cinta pada ku! Itu pasti gila.
"Tadinya aku hanya sekedar ingin menggengam tanganmu." Lanjut pria itu lagi.
Wuaahh!!
Aku merinding ketika tiba-tiba saja sadar kalau aku sudah terapit di antara pintu dan pria itu.
"Sekarang aku ingin lebih dari sekedar memelukmu."
Oke! Sekarang aku ketakutan setengah mati.
"Kalau kau ingin melakukan pelecehan seksual, aku bisa berteriak sekuat tenaga." Aku menatap pria itu takut, berharap dia menjauhiku. Tapi detik berikutnya dia hanya menatapku kecewa.
"Cih! Ternyata kau bisa membaca pikiranku."
What?!!Jadi dia benar-benar ingin melakukannya? Aku sudah siap-siap berteriak ketika tiba-tiba saja pria itu memasangkan cincin di jari manisku.
"Aku tau ini sama sekali tidak romantis dan ma'af karena membuatmu ketakutan. Tapi karena kau tak kunjung sadar dengan perasaanku atau kau memang sengaja mengabaikan fakta bahwa kau tau perasaanku, jadi sebaiknya kau pilih jawabanmu sekarang!"
"...."
"Jwabannya, 'ya' 'ok' 'tentu' atau untuk lebih romantis, kau diperbolehkan menciumku sebagai tanda setuju."
"Ha?"
Pria itu mendadak menyunggingkan senyum yang makin membuat jantungku berdetak cepat.
"Pertanyaannya...Apa kau bersedia menjadi pendamping hidupku?"
"What?!!"
😘😘
KAMU SEDANG MEMBACA
SWEET LOVE STORY (COMPLETE)
Romance"Pilih salah satu! Hanya kenalanku. Jadi pembantuku. Jadi temanku. Atau...pilihan lainnya."