Lima

133 3 0
                                    

___Wajahnya tepat berhadapan dengan wajahku. Wajah perempuan yang tidak proporsional. Dahi dan dagunya tiga kali lebih panjang dari manusia pada umumnya, sehingga wajahnya terlihat seperti papan seluncur. Matanya hitam total, mulutnya vertikal dengan gigi-gigi tajam yang menonjol keluar tidak beraturan.

Aku tidak bisa bergerak, berkedip pun susah. Tiba-tiba ia mengeluarkan suara seperti suara jangkrik namun sepuluh kali lebih keras, membuat telingaku berdengung. Sedetik kemudian, ia menghilang.

Tak lama, aku merasakan hembusan angin kencang menerpa tendaku. Tidak mungkin jika terus-menerus diam di dalam tenda. Aku berlari terbirit-birit keluar tenda, tanpa tujuan yang jelas, meninggalkan semua barang yang kubawa sebelumnya.

Lari..... lari.... dan lari, gelap gulita hutan dan sura-suara binatang liar tidak ku pedulikan. Sampai akhirnya, aku merasakan sesuatu mencengkeram pergelangan kakiku dan "bruk" aku tumbang tak sadarkan diri.

__________________Hitam_________________

"Bu, hari ini aku mau mendaki dan berkemah sama temen-temenku".

"Gak boleh! ngapain tidur di tengah hutan! lebih baik tidur saja di kamarmu yang sudah pasti aman dan nyaman".

"Ah ibu mah kaya gak pernah muda aja".

"Kalo ibu bilang gak boleh ya gak boleh".

Suara Ibu semakin lama semakin samar, aku coba membuka mata, ternyata tidak ada ibu di sampingku. Penyesalan selalu datang di akhir, aku menyesal karena tidak mendengarkan perkataan Ibu. Jika saja aku menurut, pasti saat ini aku sedang tertidur lelap di kamarku, di kasur yang empuk.

Masih terjebak di gunung yang kejam, aku berdiri dan melihat sekeliling. Ternyata kini aku berada tepat di depan pohon keramat.

"krikkkkk.....krikkkkk".

Suara mahluk tadi, ku rasa kini dia di belakangku. Dengan perlahan aku menoleh, dan benar saja, kini ia berdiri teoat di belakangku. Mahluk ini sangat menyeramkan, kini aku dapat melihatnya dengan jelas. Tinggi badannya sekitar empat meter dengan tangan panjang yang menjuntai ke tanah.

Sontak aku lari ke arah pohon keramat dan masuk ke dalam cekungan batangnya. Aku kira pohon ini tidak bolong, ternyata aku bisa menembus begitu saja. Aku begegas melanjutkan pelarianku. Namun, ada yang aneh, sekarang langit seperti siang hari tapi kelabu nan mendung. Padahal sedetik lalu langit malam tentu saja sangat gelap. Apa mungkin subuh mulai tiba?

Bersambung......

ManglayangTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang