[2] Dimas jahat!

45 11 0
                                    

05:30

Rindu bangkit dari tempat tidurnya. Merenggangkan otot-ototnya. Kemudian berjalan membuka jendela kamarnya yang langsung menghadap ke tumbuh-tumbuhan hijau depan rumahnya.

Rindu menarik nafas dalam-dalam. Kemudian ia hembuskan perlahan. Ia melakukan itu berulang-ulang.

Daerah rumah Rindu memang sangat bebas dari polusi. Rumah Rindu berada di daerah pegunungan. Banyak warga yang menggunakan sepeda atau berjalan kaki dalam beraktivitas. Jarang dari mereka yang menggunakan motor atau mobil keluar rumah, kalau bukan ada urusan penting dan mendesak.

"Rindu?" Panggil Andien, Bunda Rindu yang tersayang.

"Eh, bunda? Ada apa?"

"Ngga apa-apa. Kamu baru bangun ya? Buruan gih siap-siap, nanti Dimas sama Abel kelamaan nunggu kamu," Andien menghampiri putrinya.

"Biarin aja, Bun"

"Ih, kamu ini. Ayo buruan mandi. Bunda mau  kedapur, ngelanjuti buat sarapan. Bunda tunggu dibawah ya,"

Andien keluar kamar Rindu.
Rindu membereskan tempat tidur, kemudian berjalan kekamar mandi. Siap-siap mau sekolah.

***

"Pagi, Bun" sapa Rindu.

"Pagi sayang. Sarapan dulu gih,"

Andien memberikan nasi beserta lauknya dipiring Rindu.

"Rinduuu!!" Suara itu berasal dari luar. Rindu dan Andien sudah tahu siapa yang datang.

"Masuk aja. Gak dikunci" jerit Andien.

"Pagi, tanteee" ucap dua remaja yang tak lain tak bukan adalah Abel dan Dimas.

"Pagi. Kalian udah sarapan?"

"Belum, tan"

"Udah, tan"

Andien memberhentikan aktivitasnya. Kemudian menatap Abel dan Dimas bergantian.

"Kaliankan satu rumah, masa satu udah sarapan, satunya belum?" Tanya Andien.

"Biasa, tan. Dimas mah gitu. Kebo"

"Enak aja lo bilangi gue kebo! Kalo gak lo minta gue untuk nemeni lo nonton drama korea menye-menye itu sampe jam 1 malem gak bakal gue kesiangan" bela Dimas.

"Kalian ini, berantem mulu. Gak capek apa?" Tanya Andien dengan bercanda.

"Dimas tuh, tante"

"Lah, kok gue? Lu!"

"Lu!!"

"Lu!!"

"Sttt. Berisik banget sih kalian?!" Kini giliran Rindu yang angkat bicara, karena sudah tak tahan lagi melihat keributan antara dua saudara itu. Ya, Abel dan Dimas itu sepupuan.

"Yaudah, Dimas sarapan dulu ya. Ntar sakit perut" Andien ngambil piring bersih untuk memberikannya kepada Dimas, namun-

"Udah jam 7 nih, kita berangkat yuk. Nanti telat" ucap Abel.

"Ih, lu mah jahat banget sama gue. Gue mau sarapan belbeell" ucap Dimas dengan nada kekanak-kanakan.

"Bawa bekal aja deh lo Dim. Nanti kita telat" ucap Rindu.

RinduTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang