Pukul
Dua
BelasKasurku selalu nyaman dengan cahaya remang
Kemudian angin kipas angin
belai kulitku
Cicak di dinding tidak lagi diam-diam merayap, lihat!
Itu empat kakinya menderap cepat
Aku pelototi ia cuek saja
Mungkin karma karna
Seseorang yang menanti di dermaga tadi
Tak kuberi waktu tuk pandangi
Antara aku atau matahari
Aku pergi
Lalu kau lari
Aku juga lari
Terus kau (mungkin) frustasiAku bilang,
"Sudah, sudah waktunya."
Kau jadi tuli, seperti yang laluAku bilang lagi,
"Biar aku cari kasur untuk tidur."Kau sudah dengar aku
Jadi aku di sini
dan kau pergiTerus aku di sini
Kasurku nyaman sekali
Dan cicak itu sudah pergi[]
Solo, 1/17
KAMU SEDANG MEMBACA
Mendulang Kata di Batas Senja
PoesíaKumpulan puisi iseng nan coba-coba yang berisi muntahan emosi, kadang juga buah pikiran dengan embel-embel nama rasionalitas, serta segudang absurditas polah tingkah lingkungan masyaraqat seqitar. CAUTION(!): Jangan berharap yang muluk-muluk di sini...