PART 6 (REVISI SESUAI NOVEL A&A)

4.8K 398 23
                                    

Follow me on
IG: @rachmafadil

Vote & komen please!
Jangan jadi silent readers!

Happy reading... 😊

Pemilik hatiku adalah pemicu detak jantungku. Kaulah si pemilik itu. Bahkan detak ini juga milikmu. Karena kau adalah satu-satunya orang yang berhasil menerobos dinding hatiku dan menempati tempat paling spesial di dalamnya.

A&A by Rachma

Setelah mendapat bujukan setengah memaksa dari Adit, Adis akhirnya pulang bersama cowok itu. Duduk di jok belakang motor Ninja hitam dengan jaket kulit milik Adit yang menyelubungi badannya, Adis menoleh ke belakang. Motor itu ternyata tidak ada besi yang biasa ada di motor bebek. Makanya dia jadi bingung mau pegangan apa.

"Pegangan gue aja. Di pinggang ya, jangan di bahu!" perintah Adit. Adis kelihatan ragu. "Bukannya apa-apa, Dis. Tapi kalo lo pegangan di bahu gue, gue berasa kayak tukang ojek. Eh, enggak deng. Gue berasa kayak boncengin nyokap gue. Lo mau dicap emak-emak?" Dilihatnya cewek itu menggeleng. "Nah, makanya."

Adis akhirnya berpegangan pada pinggang Adit, lebih tepatnya pada kemeja cowok itu.

"Kak," panggilnya pelan.

Adit menengok sedikit ke belakang. "Apa?"

"Pelan-pelan ya bawa motornya!" pintanya sembari menunduk. "Aku... takut."

Dahi Adit mengernyit. "Lo baru pertama kali naik motor?" Yang ditanya mengangguk malu. Satu senyum penuh arti terulas di bibir cowok itu. "Berarti gue cowok pertama yang boncengin lo dong?" Adis mengangguk lagi. "Ya udah, kalo lo takut, megangnya jangan gini!"

Adit mengambil kedua tangan Adis dan menariknya ke depan. Cewek itu terkesiap kaget. Sebuah lingkaran lengan terbentuk di pinggang Adit begitu tangannya bertaut di perut cowok di depannya. Muka Adis seketika berubah warna seperti kepiting rebus. Diikuti degup jantungnya yang berdetak dua kali lebih cepat.

Adis akui, selama ini dia memang ingin bisa dekat dengan Adit seperti cewek-cewek lain. Tapi dia nggak menyangka sebelumnya kalau rasanya berdekatan sama cowok itu malah bikin kesadarannya melayang entah ke mana. Terlebih kedekatan tak berjarak di antara mereka sekarang membuat Adis seakan berada di dalam mimpi. Mimpi semu yang selama ini menghantui malam-malamnya. Mimpi semu yang kini menjadi realita.

"Nah, kalo gini kan aman." Senyum Adit melebar.

Akhirnya motor hitam itu pun bergerak keluar dari tempat parkir sekolah. Adit berusaha membawa motornya dalam kecepatan sedang. Meskipun ini termasuk sangat pelan baginya, tapi dia tidak mau gambling. Adis sekarang bersamanya. Kalau dia menambah kecepatan motor, bisa dipastikan cewek itu akan menjerit ketakutan. Dan dirinya mungkin akan dianggap sedang berbuat macam-macam.

Setelah sebelumnya menanyakan alamat cewek itu, akhirnya mereka sampai di depan rumah berlantai dua yang ada di dalam sebuah kompleks perumahan di daerah Jakarta Pusat. Adit menghentikan motor dan mematikan mesinnya di depan pintu gerbang berwarna hitam. Kemudian dibantunya Adis turun dari jok.

"Kak," panggil Adis setelah kakinya menjejak aspal. Tatapan Adit yang langsung terarah padanya membuat cewek itu sontak menunduk.

"Apa?"

"Emm... anu."

Adit menahan tawa. "Anu?"

"Emm... itu..., ma-makasih udah nganterin," ucap Adis gugup. Dilepasnya jaket kulit yang dikenakannya lalu dikembalikan ke sang pemilik.

Adista & AdityaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang