PART 9 (REVISI SESUAI NOVEL A&A))

4.6K 442 26
                                    

Follow me on
IG: @rachmafadil

Vote & komen please!
Jangan jadi silent readers!

Happy reading... 😊

Kau mengembalikan detak jantungku yang telah lama berhenti. Kau menumbuhkan lagi perasaanku yang telah lama mati. Kau memberikanku sercercah harapan akan sebuah kepastian. Bahwa kau satu-satunya orang yang mampu menjamah hatiku tanpa alasan.

---

Dekapanmu menghantarkan rasa nyaman. Dekapanmu memberikan rasa aman. Dekapanmu menumbuhkan perasaanku yang terpendam dan tak pernah padam.

A&A by Rachma

"Kyaaaaa!!!" Pekikan kencang tiba-tiba terdengar dari belakang. Pekikan melengking yang tak lain milik Ratna. Gadis itu menangkup kedua tangannya di depan dada. "Adiiis!!! Ya Allah. Sumpah, gue melting, Dis, liat sikap Kak Adit ke elo. So sweet, anjir!" seru Ratna, kelewat semangat. Tapi mendadak dia diam. "Eh, tapi lo yang dimanis-manisin, kok gue yang heboh ya?" Lalu dikibaskannya tangan di depan muka. "Lah, bodo amat. Yang penting Kak Adit sweet bingits. Ya nggak, Dis?" Kedua alisnya naik-turun.

Adis tersipu. "Kamu ngomong apaan sih, Na?" Malu, dia langsung melesat masuk ke dalam kelas.

"Cieee..., pagi-pagi udah blushing aja. Emangnya tadi abis diapain sama Bang Didit, Dis?" goda Ratna yang membuat Adis mual mendengarnya.

Di tempat yang sama tapi dalam ruangan yang berbeda, seperti biasa, Adit duduk di bangkunya dengan mata terpejam dan kedua telinga tertutup headset. Alunan elegi yang terangkai dalam gubahan Yiruma menciptakan suasana sendu namun hikmat. Cewek-cewek yang membentuk beberapa gerombolan menatapnya dengan binar-binar kekaguman yang tampak di mata mereka. Beberapa bahkan ada yang senyum-senyum nggak jelas.

"Anjrit, ternyata lo gas pol juga ya sama Adis." Marcel yang baru datang menepuk bahu kanan Adit. "Gue pikir lo bakalan pasif terus sama cewek-cewek sampe lo jadi perjaka tua. Yah, itu pun kalo lo sekarang masih perjaka."

Tawanya seketika meledak. Anak-anak yang sudah ada di dalam kelas refleks menoleh dan menatapnya dengan heran. Adit bergeming, tak mengacuhkan gurauan temannya yang terkenal sedeng itu. Marcel kemudian mendekatkan kepalanya ke Adit.

"Heh, Dit, lo ati-ati kalo deketin Adis! Tu cewek masih polos banget," ujarnya agak pelan. "Denger-denger waktu SMP dia juga masuk akselerasi. Jadi sekarang umurnya masih sekitar empat belas taun. Masih kecil. Apalagi anaknya keliatan pemalu gitu. So, deketinnya jangan terlalu ngegas! Ntar yang ada dia malah takut sama lo."

"Udah ngocehnya?" tanya Adit tanpa membuka mata sama sekali.

"Yeee, dikasih tau, juga. Bilang makasih kek."

"Berisik!"

"Ck. Nggak asyik lo, Dit," cibir Marcel, kesal.

Bertepatan dengan bunyi bel tanda pelajaran akan dimulai, mata Adit terbuka. Dimatikannya musik dan dilepasnya headset dari telinga. Sejenak dia menatap lurus ke depan, ke arah whiteboard yang perlahan membuat pandangannya mengelam. Menganulir waktu yang untuk sepersekian detik melemparkan ingatannya kembali ke masa lalu. Masa lalu yang membelenggu dan menenggelamnya ke dalam pekatnya tubir yang nyaris membunuhnya hingga memaksanya mematikan seluruh rasa. Sampai beberapa waktu yang lalu, rasa itu datang kembali.

Adit mengangkat salah satu tangannya lalu menempelkan di dada sebelah kiri. Degup jantungnya berdetak dua kali lebih cepat. Degup yang dulu pernah dia rasakan kini muncul lagi.

Adista & AdityaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang