Bagian 3

34 11 6
                                    

Suatu saat hembusan angin pasti memberitahu pada dirimu,bahwa diri ini menyukaimu dari kejauhan.

•••

Sepulang sekolah aku langsung mendaratkan tubuhku ke atas kasur. Aku tidak perduli dengan kalimat yang tertulis di tissue tadi. Lagi pula,di mataku siswa kelas 11 dan 12 itu tidak memiliki sesuatu yang istimewa. Semuanya biasa saja. Mungkin lelaki yang tampan,pandai bermain gitar,memiliki suara yang bagus,dan perhatian itu sudah paket lengkap plus hemat. Sebenarnya itu bukan tipe lelaki yang idaman. Tapi masih 1 diantara 1000 lelaki yang begitu penyayang,perhatian,dan yang paling penting yaitu setia.

Yang perhatian dan penyayang itu banyak diluar sana,tapi yang setia masih jarang ditemukan,itu menurutku. Jadi,buat apa sekarang aku berpacaran? Pendekatan,pacaran,putus. Ujung-ujungnya juga akan berakhir dengan sakit hati kan? Tidak ada perasaan wanita yang tidak pernah sakit karena lekaki.

Walaupun wanita diciptakan dari tulang rusuk adam,tapi wanita juga tidak bisa dianggap lemah. Bahkan,wanita adalah manusia yang paling kuat.

Oh ya, aku belum menceritakan tentang bagaimana ayahku bisa tertipu setelah kakak meninggal.

Waktu itu,sahabat ayah menawarkan pekerjaan yang begitu mewah. Jelas saja,ayah ditawarkan bekerja di proyek pertambangan batu bara. Tapi,kata sahabat ayah,ayahku diharuskan menanam modal dahulu baru bisa menanda tangani kontrak pekerja.

Ayah telah mengirim sejumlah uang untuk menanam modal,agar bisa menyetujui kontrak pekerja. Beberapa hari kemudian,sahabat ayahku menghubungi ayah diwaktu siang. Ia bilang bahwa lusa ayah harus pergi bersamanya ke Kalimantan untuk melihat lokasi pertambangan.

Sesampainya ayah disana,sahabat ayahku bilang bahwa ia akan check in hotel. Dan meninggalkan ayah ku di suatu tempat yang tidak diketahui. Sudah berjam-jam ayah menunggu sahabatnya itu,tapi tak kunjung datang. Entah kemana perginya.

Matahari kembali ke peraduan,tetapi ayah masih duduk di tempat yang tak dikenal. Ayah sudah curiga bahwa ia sedang tidak ditinggalkan untuk check in hotel. Sampai waktu maghrib tiba,ayah diam. Ayah menangis sendiri. Ayah menyesal mengapa ia begitu percaya dengan sahabatnya itu. Nyatanya sekarang ia ditipu. Ditipu oleh sahabat terdekatnya.

"Astagfirullah."  Gumam ayah saat itu.

Ayah menelfon bunda,ayah sudah putus asa. Ia sudah tak tahu lagi mau kemana dan berbuat apa. Fikirannya sedang melayang. Dan akhirnya,ayah kembali ke rumah. Namun,dalam beberapa hari,ayah lebih sering diam dan berdiam diri di teras. Entah apa yang ada difikirannya. Jujur,jika aku di posisikan seperti ayah,entah bagaimana diriku sekarang. Mungkin diriku telah meregang nyawa.

●●●

Pagi ini,aku bangun terlambat. Kenapa? Karena jam bekker ku tak berbunyi. Rupanya baterainya telah habis. Ini merupakan hal tersial yang tidak bisa ku pungkiri. Jika saja aku memeriksa baterainya pasti tidak seperti ini. Kata bunda,ayah sudah berangkat sewaktu aku masih mengorok tadi. Aku cepat bersiap karena jam sudah menunjukan pukul 6.30 pagi. Aku melewatkan sarapan pagi yang harusnya menjadi prioritas utama saat aku bangun.

Dua puluh menit berada diperjalanan dengan begitu tergesa-gesa adalah hal yang begitu melelahkan. Huh,jika saja aku tidak terlambat maka aku tidak akan berangkat seperti orang yang dikejar setan. Kakiku terus melangkah menuju kelas. Rambut yang ku kuncir asal ini bergoyang ke kanan dan kiri. Peluh ku menetes di dahi. Hancur sudah penampilan ku pagi ini.

Aku baru ingat bahwa sekarang ada mata pelajaran bahasa Inggris yang mengharuskan membawa kamus lengkap. Seingatku,telah ku masukan kedalam tas bersama buku yang lainnya. Namun,mengapa sekarang tidak ada? Harus bagaimana nanti. Sambil berjalan cepat,aku terus mencari keberadaan kamus itu. Namun seketika aku menabrak tubuh seseorang. Dan saat itu lah isi tas ku keluar semua.

Ternyata yang ku tabrak adalah seorang cowok,ia menatap ku bingung. "Eh hai,nih tissue keringat lo dimana-mana."

"Makasih." Jawabku singkat. Tanpa menunda waktu,aku langsung memasukan kembali isi tas ku yanh sudah terombang-ambing di lantai lorong sekolah. Saat aku memasukan salah satu buku ke tas,aku teringat bahwa wajah cowok itu seperti pernah ku lihat. Ah ya, kakak kelas yang diceritakan oleh Mega waktu itu. Yang menurut Via menjadi impian para siswi SHS. Kalau tidak salah Arya namanya. Siswa kelas 12.

Tanpa sadar aku melamun begitu lama mengingat-ngingat siapa orang ini. "Areta kan? Kelas 10 F?" Tanya nya sambil memegang bahuku.

"Iya." Jawabku lagi singkat.

Cowok itu menatapku heran. Seperti banyak tanda tanya yang ada di matanya. Aku hanya diam dan beranjak menuju kelas. Ia menahan tanganku. "Gausa takut gue cuman minta id line lo." Katanya sambil tersenyum manis.

Aku menatapnya heran dan penuh tatapan sinis, "Gaada."

Ia hanya tersenyum miring, "Ok kalo lo gamau ngasih tau,gue bisa nyari tahu sendiri." Jawabnya sambil membalikan badannya dari hadapanku.

"Enyah lo kecoak." Gumamku pelan sambil berlari kecil ke kelas. Baru menginjakan kaki di ambang pintu,sorot mataku melihat dia sudah berada di kelasku, bahkan dia duduk tepat dikursiku. Dia tersenyum begitu manis kepada temanku Via. Saat aku mulai berjalan ke arah kursi, dia langsung berdiri dan memberi lambaian tangan pada Via.

Tapi padaku,dia malah membuang mukanya dengan seringainya yang sama sekali tidak menggoda. "Dasar cowok aneh." Diriku bergumam pelan. Namun sepertinya,dia mendengar ucapanku.

Dia membalikan badannya, lalu berkata. "Heh gadis idiot,gue itu ga aneh. Lo nya aja yang belum kenal gue. Dasar gadis idiot." Entah mengapa ucapannya berakhir di kata idiot seraya ia berjalan keluar kelas. Ucapannya semakin membuatku bingung. Di kurai sebelahku,Mega hanya tersenyum menahan tawa melihatku.

"Ada yang aneh dari gue?" Tanya ku penuh pinta jawaban. Namun mereka hanya tertawa lepas.

Via angkat suara,"Haduh Ret,tanggepin aja sih dulu."

______________

It's enough.
Dont be a silent reader :)

10+ Vote for next chapter hehe

Love,
Jodoh Mas Manu 💘

KenaryanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang