Even If I Die, I Can't Let You Go (Mingyu) Part 2

386 30 2
                                    

Even If I Die, I Can't Let You Go - Part 2

.

.

.

.

.

JUNG EUNBI P.O.V

"Gomawoyo, Eunwoo-ya..."

Eunwoo tersenyum dan kemudian membelai kepalaku. "Jangan bersedih lagi... telepon aku jika kau merasa kesepian..."

"Eung..."

Eunwoo melambaikan tangan padaku dan masuk kembali ke dalam mobilnya. Aku menarik nafasku panjang. Kurasakan mataku yang membengkak karena menangis selama berjam-jam. Benar, aku bisa menghubunginya jika aku merasa kesepian. Tapi, bagaimanapun, sampai kapanpun, tanpa Kim Mingyu aku tetap akan kesepian.

Aku melangkah masuk ke dalam lorong apartmentku dengan lunglai. Tanpa aku sadari seseorang sedang melirikku dari ujung lorong. Sekilas, aku melihat wajah seorang anak muda yang mungkin masih berstatus seorang pelajar sedang memandangiku. Siapa dia? Sungguh aku tidak peduli. Karena sekarang yang aku inginkan hanyalah segera kembali ke kamar.

"Neo gwaencanha?"

Aku mengangguk. Eunhyuk-oppa memelukku dan di saat inilah rasanya aku ingin kembali menangis.

"Kim Mingyu tidak akan bisa pergi dengan tenang jika kau menangis seperti ini, Eunbi-ya..."

Aku mengangguk lagi. Oppa memberikan senyuman kepadaku lalu membiarkan aku melangkah masuk ke dalam kamar.

Saat aku tiba di dalam kamar, tiba-tiba aku melihat sosok Mingyu sedang berbaring di tempat tidur. Di sampingnya, ada aku yang sedang sibuk mengerjakan tugas sekolah. Aku ingat betul, itu adalah saat aku dan Mingyu masih berada di bangku SMA.

"Ya! Apa kau akan terus tidur, Kim! Cepat bantu aku atau aku tidak akan memasukkan namamu ke daftar nama kelompok kita!"

"Aigoo... sudah kukatakan kalau aku tidak bisa mengerjakan kimia. Kau cari saja jawabannya, lalu aku yang mengetiknya!"

BUKK! Eunbi melempar bukunya tepat ke kepala Mingyu. Membuat pemuda bertubuh cokelat itu beranjak bangun dan meraih tangan gadis yang memukulnya barusan.

"Yaa! Lepaskan!!" teriak Eunbi setengah tertawa.

"Kali ini aku akan membalasmu, Eunbi-ya!"

Bayangan itu pun menghilang. Aku menyadari diriku sekarang sedang sendirian di dalam kamar. Aku mengelap airmataku yang kembali membasahi pipiku. Kulangkahkan kaki mendekati meja belajar, membuka laci, dan meraih sebuah kotak kecil di sana. Aku membuka kotak tersebut, sebuah fotoku bersama Kim Mingyu saat kami baru saja merayakan kelulusan kami di bangku SMA. Kim Mingyu merangkulku saat itu, dan kami tampak bahagia.

Aku meraba wajah Mingyu, bagaimana senyumannya, matanya, dan ekspresi wajahnya yang begitu membuat hatiku nyaman. Tapi sekarang, aku tidak bisa lagi melihat senyuman itu selain daripada lewat foto ini. Kim Mingyu, dia sudah meninggalkanku.

.

.

.

.

.

.

Pagi ini seperti biasa, walaupun dengan suasana hati yang masih sama seperti kemarin, aku tidak bisa melupakan tugasku untuk menyiapkan makanan untuk oppa. Sekitar pukul sembilan pagi, aku melangkah keluar apartment, menuju supermarket yang terletak tepat di samping apartmentku. Di sebrang jalan, aku melirik ke arah seorang anak laki-laki bertopi yang sedang memperhatikanku sejak tadi. Jjankamman, aku seperti pernah melihat wajah anak itu. Bukankah dia anak yang berada di lorong apartmentku semalam? Kuputuskan untuk tidak memperdulikannya dan meneruskan perjalananku menuju supermarket.

13 Shapes of LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang