PROLOG

186 23 31
                                    

◆◆◆

16.00

Bel berbunyi. Semua murid berhamburan keluar kelas. Kebanyakan murid kini sedang melintas menuju parkiran. Ada pun murid yang menuju kantin. Dan sisanya, menuju lapangan untuk bermain bola -meski hujan. Namun, gadis ini lebih memilih berdiam diri di kelas, menatap keluar jendela. Menopangkan kepala pada tangannya. Sembari menikmati setiap gerak-gerik seorang pemain yang kini sedang menggiring bola menuju gawang. "Keren" batinnya. Inilah momen paling menyenangkan baginya. Saat-saat ia dapat merehatkan pikirannya dari semua masalah. Meski yang kini menjadi objek pandangnya, tak pernah meliriknya walau hanya sedetik.

Tanpa gadis itu sadari, sejak tadi seorang gadis lain sedang meniup-niupkan angin pada kupingnya. Geram karena aksinya yang tak mendapat respon, ia segera berteriak di telinga gadis itu. "WOOII!! ADIRA ASYAFIYA!! LU PATUNG APA BATU SIH?!!!"

"Njirr.. jebol telinga gue Liaa!!" Dira pun tersentak kaget dan segera menjitak puncak kepala Lia.

"Lagian elu, ngeliatin Leo terus... Zina mata, Dir.. gak bosen apa?!"

"Gak!!" bentak Dira sembari berdiri mengemasi buku-bukunya.

"Lu beneran suka sama Leo? Gue takut lo sakit hati..." kata-kata itu lagi. Entah untuk keberapa kalinya ia menyatakan hal itu. Setelah beberapa hari yang lalu Dira tertangkap basah oleh Lia sedang memotret Leo bermain futsal.

"Sekarang gue tanya... Lo kenapa yakin banget kalo perasaan gue ke Leo bakalan nyakitin perasaan gue?"

"Ya.. itu sih feeling seorang sahabat aja... Gue gak mau lo sakit hati untuk kesekian kalinya..."

"Makasih udah khawatir sama gue, Li.." Dira menepuk-nepuk bahu Lia dengan tersenyum. Bukan, ini senyuman yang tidak tulus. "Gue tau lo nggak mau gue gila kayak elo, kan?? Lo udah pernah dikhianatin dan itu membuat lo jadi gila gini..."

"Elaah lu mah parah... masa sahabat sendiri dikatain gila?? Ya udah gue bakal ngelakuin lebih dari lo!! WOI!! LAKI-LAKI YANG ADA DI LAPANGAN!!" teriakan Lia membuat permainan bola di lapangan terhenti.

"IYA ELO!!" teriak Lia dengan telunjuk mengarah ke Leo.

"JANGAN MAU SAMA DIRA!! WALAUPUN TAMPANGNYA ALIM, BERHIJAB, DIA ITU PETAKILAN!! SUKA MAIN KASAR!! JARANG MANDI!! NILAI JE- "

Dira segera membungkam mulut Lia dengan tangannya rapat-rapat. Memang gila sahabatnya yang satu ini. Bisa-bisanya Lia membuat semua orang di lapangan menoleh ke arah mereka. Membuat Dira hanya membalas tatapan mereka dengan cengiran malu.

"Drrt.. drrt" getaran ponsel Dira membuat bungkamannya pada Lia melemah. Menyadari hal itu, Lia segera melepaskan diri dan segera menjauh dari Dira. Ya, kali ini ia berhasil lepas dari malaikat maut jadi-jadiannya itu. Pasalnya, Dira akan mematahkan tulangnya jika ia berbuat jahil meski hanya sedikit. Sedikit.

Dilihatnya layar ponsel itu oleh Dira.

From : Nasya tengik

Dir... buruan ke mobil ama Lia kampret!! Lama amat sih?! Gue ama Tasya tompel nungguin di mobil nih dari tadii...

"Li... ke mobil yuk.. Tasya tompel ama Nasya tengik udah nungguin kita dari tadi.." Tasya dan Nasya adalah kembar identik. Seluruh fisik mereka hampir sama. Hanya saja... Tasya memiliki sebuah tahi lalat di sebelah mata kirinya. Hampir tak terlihat, namun tetap saja Nasya menganggap itu adalah tompel.

"Oh.. Ayuk deh cayang..." Lia merangkul Dira sembari mencium pipinya yang dibalas sikutan oleh Dira.

"MasyaAllah... Lu jomblo kelamaan jadi lesbong!! Macem-macem lu sama atlet bela diri??" Dira melengkuk baju lengannya dan menunjukkan kepalan tangannya pada Lia.

VERANDERING Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang