THREE

74 12 14
                                    

Maaf banget telat updatee!!!!! Sumpil!!!
Salahkan wattpad yang error!!! Jadi gk bisa update kan....
Tapi untungnya setelah kuisi kuotaku wattpadnya dah gak error!!!

Sekali lagi maaf karena tuelaaat update!! Jangan pernah bosen baca dan nunggu ceritanya yyy.... sayang readers!!

****

"Aku tak pernah menyangka bahwa kau menganggapku hidup. Tak pernah berkhayal kau masuk dalam duniaku. Tak pernah menginginkan kau 'tuk mengusap peluhku. Namun, pada akhirnya pun kau datang. Mengubah kata "tak pernah" itu menjadi kenyataan. Dan hal itu sudah cukup menjadi alasanku untuk mencintaimu."

~VERANDERING

Happy Reading ♥¤♥

◆◆◆

"Leo?"

"Angkot jam segini udah gak ada... Bareng sama gue aja... Toh elo juga gak punya uang kan?" jawab Leo sembari menebarkan senyum memesonanya.

"K.. Kk... Kamu kok tau aku gak punya uang??"

"Ng... tadi itu... udah ah buruan naik..." Leo memalingkan wajahnya dari Dira. Dan segera menstater motor gedenya.

"Lo kenapa ngeliatin gue sambil senyam senyum gitu, Dir?"

"Eh? Nggak kok... entah kenapa ngeliat kamu bikin deg-degan..."

"Kenapa?"

"Nggaaak... gak pa-pa kok..."

"Ya udah... buruan naik.. "

Dira pun mengangguk patuh mengingat bahwa sudah jarang sekali angkutan yang lewat di hadapannya. Dan melihat anggukan Dira itu, membuat Leo sumringah lantas memberikan sebuah helm pada Dira. Dengan jemari lentiknya, Dira  meraih serta memakaikan helm itu di kepalanya. Barulah ia naik ke jok belakang motor gede Leo.

"Yakin duduknya miring begitu? Gak takut jatoh?"

"Ng.. Nggak pa-pa kok..."

Leo pun mengegas motornya yang tak lama kemudian sudah melesat di tengah licinnya jalanan kota yang sepi bekas hujan.

.

"Makasih udah nganterin aku.. Gak mampir dulu?" tawar Dira pada Leo. Berharap bahwa ia bisa lebih dekat dengannya.

"Nggak deh... lain kali aja... Gue cabut dulu ya, Dir...," ujar Leo yang tak lama kemudian segera hilang dari hadapan Dira. Hari ini sungguh berkesan bagi Dira. Ternyata rencana inilah yang telah Arkan siapkan untuknya.

"Assalamualaikum.." Dira mulai memasuki rumahnya. Sepi. Tak ada seorang pun yang membalas salamnya.

"Bundaaaaa.... Bunda Ambar cayang.. Dira pulang.." teriak Dira sembari menaruh sepatunya di rak.

"Bundaaaa!!!!" Dira kembali berteriak karena tak kunjung mendapat balasan dari ibunya.

"Mungkin lagi rumpi ke rumah tetangga.." batin Dira.

Dira hanya tinggal bersama ibu dan ayahnya. Dan pada jam-jam seperti saat ini, adalah jadwal ibunya untuk pergi ke rumah tetangga. Ibunya itu, biasanya akan mengajari ibu-ibu komplek untuk merajut. Sedangkan ayahnya, akan pulang larut malam.

VERANDERING Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang