Rosa mencibikan bibirnya kesal. Apa yang ada di hadapannya ini, seseorang yang sedang melakukan hal yang sangat tidak mungkin.
Prilly belajar.
Dan belajar MATEMATIKA.
Prilly, Oca mengenal Prilly sudah sejak lahir dan Oca tau sekali bahwa orang yang bernama Prilly sangat anti dengan - Matematika.
"Prill? Lo se-niat ini untuk masuk kekelas-A."
Prilly yang sedari tadi berkutat dengan pensil dan buku - bukunya itu mendongah menatap Oca.
"Minggu depan itu adalah kesempatan terakhir gue sekelas sama Ali. Gue gak maulah nyia- nyiain kesempatan terakhir gue."
Prilly tersenyum dengan mata bebinar. Sementara Oca menatapnya dengan tatapan lelah.
"Udah ke empat kalinya lo ikut Test rolling kelas dan hasilnya, lo selalu gagal. Apa itu gak cukup buka mata hati lo Prill??"
Kali ini Prilly menghentikan aktifitasnya. Ia menatap dalam sahabatnya.
"Lo tau Prill, lo bahkan paham. Satu kelas dengan Ali bukan hanya ada Ali. Lo harus siap liat Nisa yang akan ada di sampinga Ali setiap saat, lo juga bakalan sekelas dengan Gera yang akan semakin mudah bully lo karena lo sekelas. Dan lo, Lo harus ningkatin nilai lo. Supaya lo gak diremehin sama mereka. Lo sanggup??"
Ok. Oca benar. Prilly? Bahkan semua orang hanya tau dia anak Panti Asuhan yang memiliki pekerjaan paruh waktu disebuah mini market dan selebihnya, Prilly hanyalah bahan bullyan teman sekolahnya Gera.
"Tapi, gue ngelakuin ini juga semata- mata bukan hanya gue ingin sekelas dengan Ali. Gue pengen mereka tau, gue punya kelebihan."
"Kelebihan lo, merangkai puisi yang selalu lo kirim-kan ke loker Ali. Itu kelebihan-lo!"
Prilly tersenyum. Prilly tau Oca sedang khawatir dengannya.
"Lo gak perlu cemas Ca!!" ucap Prilly sambil mengusap tangan Oca.
"Oh iya, gimana Bunda Fia? Udah lahiran??"
Prilly teringat akan ibu angkat Oca yang bernama Fiadira atau lebih sering dipanggil Fia.
"Udah, bunda udah lahiran. Dan lo tau apa??"
Prilly menggeleng menunggu kabar apa yang akan Oca berikan.
"Adek gue itu cowok, lo taukan gue sangat pengen punya saudara cowok. Ahhh Prill gue seneng!!''
Prilly sangat - sangat faham apa yang di maksud Oca. Ya, kalian juga pasti faham, ketika kalian hanya anak angkat cewek, dari keluarga yang belum memiliki anak selama 10 tahun. Hal yang kalian harapkan adalah orang tua angkat kalian memiliki anak yang berlainan jenis. Jahatkah?. Mungkin, Oca hanya ingin lebih lama disayang dan benar- benar merasakan hangatnya keluarga.
"Selamat ya Ca."
Oca tersenyum senang dan mengangguk, lalu ia melirik keluar. Mungkin ada kesempatan baginya untuk istirahat sebentar.
"Ok, jadi lo gak mau kelantin?"
Prilly menggeleng pasti.
"Yaudah, gue ke kantin dulu ya. Laper."
Setelah itu Oca keluar dari kelas yang sepi, meninggalkan Prilly sendiri.
****
Tanpa Prilly sadari, Oca meninggalkannya bukan untuk kekantin melainkan menemui seseorang yang sedari tadi didepan kelas mereka.
"Hai Li!" sapa Oca canggung.
Ali tersenyum. "Gue masuk ya. Ada yang mau gue omongin ke Prilly."
"Oh, iya. Masuk aja, lagian gue juga mau ke-perpus kok."
Ali mengangguk. Dan setelahnya ia masuk kekelas itu dengan senyuman diwajahnya.
Prilly terkejut mendengar tarikan kursi dihadapannya dan lebih terkejut lagi saat yang menariknya adalah- Ali.
"A- Ali?"
Ali melebarkan senyumannya, kemudian mengambil buku dan pensil yang sedari tadi Prilly pegang.
"Belajar hem??"
Prilly masih setia menatap Ali.
"Hey, kok bengong. Gue tau gue cakep, pinter. Tapi gak usah setiap liat gue lo terpukau gitu deh. Gue jadi ngerasa aneh!"
Ini pertama kalinya Prilly mendapati sifat lain Ali yang Pede-Fakta. Ali kepedean tapi itu fakta.
"Ye, apaan sih Ali. Udah aha, siniin buku aku."
Ketika Prilly hendak mengambil bujunya, Ali langsung mengangkatnya keudara.
"Ehhh.. Nanti dulu. Gue mau ngasih tau sesuatu sama Lo!."
"Apaan??" mata Prilly menyempit curiga.
"Gue akan ngajarin lo. Gue akan bantu lo belajar."
Tentu saja ucapan Ali membuat Prilly terkejut.
"A-Apa??"
Ali terkekeh geli. "Iya, gue denger - denger lo udah sering ikut tes rolling kelas. Ya walaupun gak pernah lolos."
Prilly yang mendengarnya mencibikan bibirnya kesal. Sifat lain dari Ali yang tidak ia suka. Tapi biarlah.
"Dan gue akan bantu lo untuk masuk di Kelas gue. Kelas A."
***
Prilly memasuki kelasnya setelah bel masuk berbunyi. Ia masih teringat akan ucapan Ali untuk membantunya lulus tes. Prilly bahagia, bahkan pipi gadis itu menghangat.
Pertama, ia bisa melihat Ali dengan jarak dekat yang sama saya kali belum pernah Prilly lakukan. Dan yang kedua Ali berbicara panjang dengannya dan di dekatnya membuat Prilly tau dengan pasti aroma tubuh Ali yang wangi.
Sangking asik-nya Prilly dengan pemikirannya terhadap Ali, ia sampai menabrak seseorang dan yang membuat Prilly membeku dan sedikit takut dengan seseorang di hadapannya.
Gera tersenyum licik kearah Prilly.
"Ohhh. Disini rupanya? Mencoba menghindar?"
Prilly tetap beku ditempat. Ia menundukan kepalanya. Prilly saya makin terpejam kala tangan Gera siap menjambak rambutnya. Entah darimana keberanian itu, dengan sekejap mata Prilly mendongak-kan kepalanya.
"Mau apa Lo."
Suara lantang itu. Suara yang membuat Prilly dan Gera menoleh secara bersamaan.
"Gue harap tangan lo ini gak salah mendarat. Karena gue pastiin lo akan dapat hal yang sama dari gue."
Setelah itu ia menarik tangan Prilly pergi.
"Makasih Ali"
Dengan senyuman mengembang Prilly membalas genggaman Ali yang berjalan memunggunginya sambil menarik tangannya.
Bersamaan dengan balasan Prilly, Ali juga ikut tersenyum.
Vote and coment...
Senengin hati Author lah.. 😙
KAMU SEDANG MEMBACA
My Love My Captain 2
Romancemengagumi dalam diam, hanya itu yang mampu Prilly lakukan. hanya untuk melihat sang captain basket, ia harus bersembunyi. pada kenyataannya banyak orang yang terang - terangan meneriakkan namanya atau bertemu, menyapa langsung. tapi bagi prilly ia t...