#7

3.7K 205 1
                                    

"Ali." Felly melangkah mendekat, meninggalkan Prilly yang masih dengan isak kecilnya.

"Sayang, kamu belum pulang? Kamu nungguin aku ya? Perhatian banget sih." rengek Felly manja bergelayut di lengan kekar Ali.

Ali menatap Felly dengan tatapan yang sulit diartikan.

"Oh jadi maksud anak-anak ada siswi yang meninggal sampai gantung diri, itu bener gara-gara lo?"

Felly membulatkan matanya.

"Gak nyangka selama ini gue tutup telinga dengan omongan orang, gue menyangkal semua tuduhan itu dan gue percaya kalau lo itu emang baik, ternyata gue salah."

"Ali sayang, duduk dulu yuk pasti kamu capek." Felly menarik lengan Ali namun di tepis oleh lelaki itu.

Ali menghampiri Prilly yang terisak melipat kedua tangannya di depan dada.

Dia berlutut merapikan rambut Prilly yang terlihat kusut, dan mengeluarkan sebuah jepit rambut ukuran kecil milik ponakannya yang kemarin bermain dan tertinggal di saku kemejanya.

"Hai." Prilly mendongak mata nya berkaca-kaca.

"Ayo pulang." Ali mengulurkan tangannya Prilly menggeleng pelan.

"Gak usah takut sama Felly, ada gue." Ucap Ali mengulurkan tangannya yang tidak kunjung di balas oleh Prilly.

"Ini udah hampir malam, lo mau di sini terus?" Tanyanya, Prilly yang masih dalam posisinya membuat Ali menghela napas.

"Lo pakai jaket gue."

Ali memakaikan jaket itu ke bahu Prilly, yang masih tetap menunduk.

"Awas lo ya. Gue bakal bikin perhitungan sama lo!" Maki Felly mendorong kasar bahu Prilly membuatnya terhuyung, dengan sigap Ali menahannya.

Mereka keluar dengan segala macam umpatan sedangkan Prilly masih mata sembabnya.

Ali menatap keduanya bergantian.

"Mereka udah pergi, sekarang kita pulang, gue anter." Prilly mengangguk pelan dan menghapus jejak air matanya.

***

Angin sore menerpa wajah cantik Prilly sesekali Ali melirik wajahnya dari pantulan kaca spion motor yang sedang di kendarainya.

"Rumah lo dimana?" Tanya Ali, memecah keheningan di antara mereka.

"Simpang tiga depan."

Ali menarik gasnya lebih cepat tidak melihat tanjakan yang sudah dekat. Refleks dia menarik rem dengan kuat membuat Prilly terlonjak  melingkarkan tangannya di pinggang Ali.

"Modus ih."

Ali terkekeh pelan.

"Mau makan dulu atau langsung pulang? Muka lo masih sembab gitu."

"Gak apa-apa langsung pulang aja. Makasih ya Li."

Ali melajukan motornya dengan kecepatan sedang, berhenti saat Prilly menunjuk letak tempat tinggalnya.

"Mau mampir?" Tawar Prilly Ali menggeleng kecil.

"Lain kali deh Prill mau langsung balik."

Prilly mengangguk paham.

"Ya udah gue masuk dulu ya."

"Prill!" Panggil Ali. Gadis itu menoleh.

"Sini sebentar."

Dengan gontai dia menghampiri Ali yang mengeluarkan ponsel dari saku seragamnya.

"Minta nomor WA lo supaya gue bisa jagain lo dari Felly, keliatannya dia belum puas sama tadi apa yang dia lakuin ke lo. Gue takut lo kenapa-napa." Ali menggaruk tengkuknya yang tidak gatal.

"Kalau gue gak mau kasih gimana?" Tanya Prilly, dia menahan senyumnya.

"Ya gak apa-apa sih." Ali menarik kembali ponsel miliknya ke kantong seragamnya, sebelum benar-benar masuk saku Prilly menyambar ponsel itu.

"Pin." Ucapnya, menyerahkan benda itu kembali. Ali tersenyum puas mengetik kombinasi angka di layar pipih itu.

"Jangan di sebar." Ucapnya. Ali mengangguk pelan.

"Gue jalan ya."

"Hati-hati."

***

To Be Continue.

Maaf pendek.

Jangan lupa vote dan komentar nya ya, part-part ini sedang di revisi mohon kesabarannya menunggu part berikutnya.

Thank you.

Pacarku PsikopatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang