#14

1.8K 115 1
                                    

Selamat membaca, semoga suka.😘

"My baby Ali, ngapain sih deket-deket cewek cupu ini?" Felly mendorong keras tubuh Prilly membuatnya sedikit terjungkal ke belakang.

"Gue bilang, jangan-sentuh-dia lagi! Ngerti?" ucap Ali penuh penekanan. Felly menatapnya tidak percaya.

"Prill, lo gak apa-apa kan?" Ali menatap Prilly yang menunduk memilin ujung pakaiannya.

"Lo denger ya cewek cupu, lo itu gak pantes sama My baby Ali! Harusnya lo itu ngaca! Secara gue lebih cocok sama Ali, karena kita berdua famous gak kayak lo cupu!" sentak Felly, buliran air itu mulai jatuh membasahi pipi nya.

Seluruh mata tertuju pada mereka. Ada yang menatapnya iba, dan ada yang menatap Prilly jijik seolah gadis itu adalah sampah. Ali tidak tinggal diam, baru saja dia ingin membuka suara. Namun suara lain menghentikannya.

"Dengar-" ucap Ali terpotong, Naura tiba-tiba datang dan menerobos kerumunan itu, mengajak Prilly untuk menjauh.

"Perpus yuk Prill. Jangan dengerin dia." ucap Naura, Felly menatapnya tajam.

"Udah Prill, lo ikut Naura aja biar gue yang ngurus Felly." kata Ali sedikit berbisik.

Prilly mengangguk kecil, memegang lengan Naura dan pergi di iringi sorak ramai dari anak-anak lain.

"Sana pergi yang jauh! Cewek cupu, sama cewek culun emang klop banget." Felly mengibaskan rambutnya, dan tertawa puas.

"Yuk honey, kita makan, aku traktir deh." Felly menggenggam tangan Ali. Dan dengan cepat di tepisnya.

"Gak! Sana makan aja sendiri." tandas Ali, pergi dari tempat itu. Meninggalkan Fely yang meneriaki namanya, dan menyusulnya dengan langkah yang cepat.

"Tunggu aku dong!" Fely membenarkan rambut hitamnya yang tergerai, berantakan.

"Bodo." kata Ali ketus.

Felly berhenti mengikuti langkah panjang Ali di lorong kelas, Ali tersenyum puas perempuan itu tidak membuntutinya lagi.

"Kenapa bro? Kusut amat itu muka," Ali mengambil soft drink yang setengah terbuka dari tangan Kevin dan menenggaknya sampai habis.

"Abis dikejar setan Vin." kata Ali melempar kaleng itu, ke tempat sampah dan mendapat sumpah serapah dari Kevin.

"Felly?" tanya nya, Ali mengangguk singkat, duduk di tepi lapangan basket. Kevin mengikutinya.

"Kadang gue mikir, cewek itu susah banget di dapetin di awal. Pada akhirnya, dia sendiri yang berjuang di akhir. Apa semua karena cinta? Ah sudahlah," kata Kevin, sok puitis.

"Alah bucin lo!" Ali mencibir, Kevin terkekeh pelan.

"Serius Li, kayak lo sama Felly. Apa lo lupa. Lo sendiri kan yang ngejar dia, minta bantuin gue, supaya dia mau sama lo. Setelah jadian, lo malah ninggalin dia demi Prilly."

Ali menatapnya tidak suka.

"Maksud lo apa bawa-bawa Prilly?" Ali berdiri, badan tegapnya menutupi cahaya matahari yang menyinari wajah Kevin.

"Calm bro!" Kevin ikut berdiri.

"Gue ngomong gini bukan tanpa sebab. Harusnya lo selesaiin dulu masalah lo sama Felly. Supaya dia ngerti, dan bener-bener nerima kenyataan, kalau hubungan kalian udah berakhir. Good luck." Kevin menepuk pundak Ali yang mematung.

"Oh iya-" Ali menoleh Kevin membalikan badannya.

"Nanti malem dateng ya ke rumah gue, kita party nyokap ultah. Lo boleh kok bawa Prilly, asal lo inget kata-kata gue tadi." Ali mengangguk kecil, memandang satu titik tidak menentu di depannya. Dan berpikir apakah dia sudah bersikap tidak gentle?

***

"Prill!" pekik Mila dan Itte secara bersamaan. Mereka berlari menghampiri Prilly.

"Lo kenapa Prill lesu banget?" tanya Itte. Prilly menggeleng lemah.

"Gue ke perpus dulu ya." Prilly berjalan mendahuluinya.

"Eh tunggu Prill! Lo kenapa sih? Lo marah sama kita?" Kata Milla menahan pergelangan tangannya.

"Enggak kok. Kalian mau ikut?" tawar Prilly, mereka menggeleng. Jawaban yang sudah pasti dia dapat dari kedua sahabatnya itu yang anti terhadap ruangan kecil pengap, konon katanya horor pernah ada yang tewas akibat kelelahan saat membaca di sana.

"Enggak ah. Gue parno. Lo disini aja Mil. Temenin gue." Milla mengangguk setuju.

"Yaudah kita duluan ya." ucap Prilly, bergegas pergi dari tempat itu.

"Prill tunggu! Buru-buru banget sih." kata Milla yang mulai merasa jengah.

"Apa?" Prilly menatap keduanya bergantian.

"Nanti malem, ada acara di rumah Kevin. Nyokap nya ultah, jangan lupa dateng ya!" Kata Milla, yang sejak dua hari lalu sudah meluruskan kesalahpahaman nya bersama Kevin.

Prilly berpikir sejenak, namun suara Itte membuatnya tersentak.

"Disana juga ada Ali kok." ujar Milla.

"Pastilah." Itte menimpali, Prilly tersenyum kecil.

"Boleh deh."

"Yuk ah Prill, lama banget." Naura menarik tangan Prilly cukup keras.

"Yaudah guys, gue duluan ya!" tandas Prilly pergi dari tempat itu.

"Jam 7 Prill! Kerumah gue!" pekik Itte, saat punggung Prilly menjauh.

***

"Emang ada acara apa Prill?" tanya Naura memecah keheningan, membuat Prilly yang sedang membaca buku biologi menoleh kearahnya.

"Ibu nya Kevin ultah," jawab Prilly sekenanya. Naura mengangguk paham.

"Terus lo ikut?" tanya nya lagi. Prilly memutar matanya.

"Ya iyalah, kapan lagi party sama mereka. Apalagi ada Ali." ucap Prilly spontan. Dia menoleh ke arah Naura, merutuki kebodohannya yang terang-terangan menyebut nama Ali didepannya.

"Lo suka sama Ali ya? Cerita aja, santai sih." Prilly terkekeh pelan. Pipinya bersemu mengingat tentang Ali.

"Enggak kok Ra, biasa aja." Prilly membaca bukunya lagi. Mengacuhkan Naura yang terus bertanya tentang Ali.

***

To be continue.

Pacarku PsikopatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang