Chapter 3 - Drunk

204 15 2
                                    

Apa yang salah dengan diriku hari ini? Kenapa Dewi Fortuna tidak berpihak padaku? Aku tahu itu hanyalah kesalahan kecil. Tetapi justru karena itu kesalahan kecil, semua orang akan menganggap ku tidak profesional.

Kesalahan seperti itu tidak bisa menghalangiku untuk mendapatkan wawancara dengan Ethan Holmes.

Aku terus mengucapkan kalimat itu didalam kepala sampai mataku mulai terasa sayup, aku menutup laptopku dan menaruhnya diatas meja kecil sebelum kulihat sepasang mata hijau di alam bawah sadarku. Ethan Holmes.

---

Semua orang berhenti dengan aktivitasnya masing-masing dan menatapku ketika ku langkahkan kaki ke dalam ruangan kerjaku yang sudah ramai dipagi hari ini.

"Kenapa kalian melihatku dengan tatapan seperti- Oh, kalian- Oh." celetuk Drew yang kemudian ikut menatapku. Disusul oleh Josh & Rosie yang menghampiriku.

"Apakah kau mendapatkannya?" mereka berbisik. Aku menundukkan kepalaku sembari memainkan jari-jariku.

"Jika kalian semua ingin mengetahui jawabannya, aku akan memberi tahu secepatnya. Tapi untuk saat ini, mereka belum menjawab e-mail yang kukirim." kemudian ruangan kembali gaduh lagi, Josh & Rosie juga kembali ke aktivitasnya masing-masing. Aku kembali ke meja kerjaku dan memuat beberapa artikel untuk edisi berikutnya.

Ketika jam menunjukkan pukul 12.00 siang kami semua berhamburan menuju lift, begitu juga dengan aku dan Drew. Drew sedang membicarakan apa yang harus ia pesan nanti di Hangawi —restoran favorit para karyawan disini— bersama dengan Rosie, Josh, Hugo, dan 2 orang lainnya. Setibanya kami di lobi, keadaannya sangat ramai karena semua karyawan saat ini sedang menuju restoran untuk makan siang, aku menarik tangan Drew dan kami terpisah dari kerumunan.

"Drew aku harus memberitahu mu seseuatu, bisakah kita pergi ke Maliboo Cafe saja? suasana disana pasti tidak seramai di Hangawi."

"Ya, tentu saja. Ayo." ia kemudian menggandeng tanganku menuju pintu keluar gedung Vogue.

Setibanya disana, kami memesan 1 porsi california & dragon roll serta 2 kaleng soda. Aku melahap sushi itu seperti orang yang belum pernah makan selama 3 bulan. Drew memperhatikan setiap gerakanku seperti elang.

"Apa?" mulutku masih mengunyah makanan ketika bertanya padanya.

"Aku kira kau akan memberitahukan seseuatu."

"Oh," aku mengunyah sushi dimulutku sampai habis dan meneguk soda secara perlahan. "Aku mungkin tidak akan bisa mendapatkan wawancaranya."

"Apa kau serius? Memangnya ia sudah menjawab?"

"Belum. Tetapi aku salah mengetik namaku tadi malam, dan e-mail nya sudah terkirim ketika aku menyadarinya." Drew tersedak saat mendengar ucapanku, kemudian ia hanya menatap kebawah, seakan tidak tahu apa yang harus dikatakan.

"Sudahlah, itu hanya kesalahan kecil, lagipula mana mungkin Ethan menghiraukannya."

"Drew! Justru karena itu kesalahan kecil jadi Ethan pasti menghiraukannya. Apakah kau bisa bayangkan apa yang dikatakan dunia jika mereka tahu seorang Fashion Editor dari Vogue melakukan kesalahan seperti itu? Semua orang pasti akan berpendapat bahwa aku tidak profesional." Drew kemudian tetap diam dan tidak melakukan apa-apa selain mengunyah makanan.

Keesokan paginya, alarmku berdering kencang pada pukul 5.00 pagi. Akupun bersiap-siap untuk menjemput Imogen dari bandara. Aroma lezat mentega dan kue yang tajam tercium oleh hidungku ketika aku memasuki dapur. Hmm, pancakes. Drew menyiapkan 2 porsi pancakes yang sudah dilapisi maple syrup dan buah-buahan. Senyuman diwajahku melebar ketika aku mencicipi pancakenya. Rasanya mengingatkanku pada masakan Ibu yang selalu terasa seperti surga.

DesireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang