Chapter 5 - Followed

164 13 3
                                    

The pic above is Claire, if you're wondering x

Enjoy the chapter and please leave vomments, thank you babes!! <3

---

Hari ini adalah hari paling penting dalam hidupku. Hari ini adalah hari dimana aku akan mewawancarai Ethan Holmes. Drew mengantarku ke kantor HEM dengan CR-V nya.

Wear your best smile. He said.

Dan aku tersenyum seperti orang bodoh sampai saat ini. Aku bertemu dengan Wesley -pengawal yang tiga hari lalu kutemui di penthouse Ethan- di lobi utama, ia membawaku ke lantai 40 kemudian memberikanku sebuah kartu berwarna hitam dengan tulisan GUEST tercetak tebal diatasnya. Ketika pintu lift bergeser terbuka, aku disambut oleh seorang perempuan yang mengenakan dress formal bernuansa hitam dan putih. Rambutnya yang sewarna dengan tembaga mencuat dari kepalanya. Ia melepaskan mantelku dan menggantungnya di pengait. Mataku sibuk menjelajahi ruangan ini.

Jadi seperti ini penampakan kantor seorang CEO terkenal.

Ruangan ini dikelilingi oleh jendela besar dari lantai sampai ke atap, membuatnya terkesan modern. Di sebelah kananku, terdapat meja marmer dengan dua buah komputer diatasnya, dibalik meja marmer itu, seorang perempuan yang juga berpakaian formal hitam putih terlihat sibuk dengan komputer dihadapannya. Di bagian kiri, ada empat buah kursi kulit berwaran hitam yang saling berhadapan, dilengkapi dengan meja kaca ditengahnya. Beberapa lukisan bercorak abstrak menghiasi dinding, salah satunya adalah No. 5, 1948 karya Jason Pollock, salah satu lukisan paling mahal di dunia —aku pernah menulis artikel tentang lukisan ini musim semi kemarin— dan harganya sangat fantastis. Di hadapanku, sebuah pintu kayu bercat putih berdiri kokoh dan tertutup rapat.

"Silahkan duduk di sini, Ms. Klum." ujar si rambut tembaga, raut panik terukir di wajahnya. Aku menyandarkan tubuhku ke kursi kulit itu kemudian mengeluarkan secarik kertas yang berisi pertanyaan untuk wawancara dengan Ethan. Si rambut tembaga berjalan menuju meja marmer, ia membisikan seseuatu kepada perempuan yang satunya lagi. Mereka terlihat sangat takut dan panik. Aku kembali menatap kertasku, mencoba untuk membacanya dalam hati namun suara jantungku yang berdegup kencang mengganggu konsentrasiku. Aku menggigit-gigit jariku karena grogi.

Apa yang salah denganku?

Tidak biasanya aku seperti ini jika ingin mewawancarai seseorang. Mungkin karena kali ini aku mewawancarai seorang Ethan Holmes. Tidak, tidak, bisa jadi ini semua karena aku mempermalukan diriku didepannya & Jesse pada hari minggu. Tubuhku bergerak-gerak gelisah di atas kursi, tidak memperdulikan kalau ada tiga orang lain di ruangan ini yang memperhatikanku.

"Ms. Klum, maafkan kami atas ketidak nyaman ini. Tetapi sepertinya Mr. Holmes masih mengurus beberapa hal yang-" kalimatnya terpotong oleh suara pintu yang terbuka, di susul oleh Ethan yang keluar dari ruangan itu, bersama seorang perempuan berambut pirang. Tubuhnya dibalut dress berwarna biru tua, dipadukan dengan sepatu bertumit tinggi Manolo Blahnik yang menopang kaki jenjangnya. Ethan langsung melepaskan tangan kekarnya dari pinggang perempuan itu setelah ia melihatku. Kancing kemejanya yang paling atas terbuka lebar, dasinya dibiarkan menggantung dilehernya begitu saja dan rambutnya terlihat sangat berantakan. He's hot.

"A- Alex? Aku kira kau-"

"Ms. Klum." Ethan memotong kalimat perempuan pirang itu. Siapa Alex? Aku menolehkan kepalaku ke belakang, namun tidak ada siapa-siapa kecuali Wesley. Ah, mungkin ia memanggil si rambut tembaga, atau perempuan yang satu lagi. Aku mengangguk dan tersenyum lebar kepada Ethan. Wajah si pirang masih terlihat terkejut, ia masih tidak bisa melepaskan tatapannya kepadaku. Ethan membisikan seseuatu kepadanya, membuat raut muka perempuan itu menjadi kecut.

DesireTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang