Haaai maaf ya dipostnya lama! Maaf juga kalau chapter kali ini bosenin. Kemarin-kemarin otak mentok gak ada ide hihihi, enjoy the story!
Jangan lupa vote + commentnya. <3
---
"Drew! Oh My God! Seseorang membuntuti ku dari supermarket." aku berlari kearahnya yang terduduk di sofa ruang TV.
"Mungkin hanya perasaanmu saja." ia masih sibuk dengan ponselnya.
"No! God! No! Pria itu mengulurkan tangannya kepadaku ketika aku menolehkan kepala!"
"Apa!?" Drew menatapku terkejut kemudian menaruh ponselnya dimeja kecil. "Spill." lanjutnya.
"Aku tidak tahu! Aku hanya keluar untuk membeli popcorn dan ketika aku kembali aku merasa ada yang membuntutiku jadi aku menoleh kebelakang dan melihat seorang pria dengan topi Adidas berwarna hitam mengulurkan tangannya kepadaku."
"Dan dimana popcorn yang kau beli?" ia mencondongkan badannya untuk melihat tangan kosong- tangan kosongku? Aku tadi membeli popcorn!
"Aku tadi menenteng popcornnya!"
"Do you, now?" ia menaikkan sebelah alisnya. Dasar! Yang ia pedulikan hanyalah popcorn, dia bahkan tidak peduli sahabatnya hampir diculik oleh pria aneh.
"Drew! Aku meninggalkannya di lobi." ujarku setelah aku mengingatnya. Ya, aku tadi berlari ke apertemen sampai kaki ku rasanya ingin lepas, kemudian aku memutuskan untuk merebahkan tubuhku sebentar di sofa yang ada di lobi tetapi aku malah meninggalkan popcornnya disitu.
Sesampai ku di lobi, aku langsung berjalan menuju sofa berbentuk huruf L itu. Dan yang mengejutkannya adalah popcorn ku menghilang begitu saja.
Who the fuck stole my popcorn?
Demi Tuhan! Haruskah seseorang mencuri popcornnya? Harganya bahkan tak mencapai 10 dolar! Untuk apa kau mencurinya? Aku beranjak pergi ke meja resepsionis untuk menanyakan mereka tentang popcornku. Kulihat Cassie -resepsionis berdarah italia yang bekerja di Union Plaza bahkan sebelum aku pindah kesini- berbincang-bincang dengan seorang pria yang mengenakan jaket hijau dan topi hitam. Apakah aku pernah melihat pria ini sebelumnya?
"Cass! Apakah kau melihat-"
"Addie! Ada seseorang yang ingin menitipkan seseuatu untukmu." ia memotong perkataanku. Aku mengernyitkan alisku bingung lalu menghampirinya.
"Siapa?" tanyaku.
"Dia." ia menunjuk pria yang ada disampingku, membuatku menolehkan kepalaku kepadanya. Jaket hijau, celana jeans hitam, kaos putih dan topi Adidas berwarna hitam. Ia masih menundukan kepalanya kebawah, tidak melirik kearahku sedikitpun.
Sebentar, apakah tadi aku menyebutkan topi Adidas berwarna hitam?
"Kau pria yang tadi k-k-kan." Bibirku mulai gemetar seraya aku melangkah mundur.
"Ms. Klum." ia membuka topinya, disusul oleh anggukan kepala dan kontak mata denganku.
"Wes....ley?"
"Ma'am, I realised that it was rude of me to-"
"Apa yang sedang kau lakukan disini?" aku bertanya tanpa basa basi. Ia mengulurkan tangannya untuk memberikan sebuah kantong kertas berwarna coklat kepadaku. Aku dengan segera membuka kantong itu dan mengambil apa yang ada didalamnya.
"Huh?" aku menatapnya bingung sembari menggenggam beberapa obat tablet, kapsul dan cair. Ia membuka mulutnya untuk berbicara namun aku teringat dengan kejadian tadi sore, disaat aku bersandiwara di depan Ethan. Wesley meperhatikan setiap gerak gerikku sembari mengangkat alisnya keatas, mungkin ia bingung dengan tubuhku yang terlihat baik-baik saja. Aku mengambil ancang-ancang dan langsung memegangi perutku yang tidak sakit sama sekali, disusul oleh erangan kesakitan yang keluar dari tenggorokanku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Desire
RomanceWhat happen when a temperamental, control freak famous CEO meets a playful and caring Fashion Editor from Vogue who wants nothing more than to enjoy life?