Bab 01 Senandung hati!

11.6K 1.3K 19
                                    

Membuka matanya, Agni mengerjapkan matanya yang masih terasa berat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Membuka matanya, Agni mengerjapkan matanya yang masih terasa berat. Hawa hangat menerpa pipinya, dan merasakan cahaya mentari menerpa wajahnya yang menelusup masuk melalui kisi- kisi jendela yang ada di dalam kamar ini.

Agni merentangkan tangannya, dan ketika menoleh ke sisi sampingnya. Tempat itu masih rapi, seprai berwarna putih itu tetap tak terkoyak ataupun kusut. Masih seperti semalam saat dia membaringkan tubuhnya di atas kasur empuk ini. Hatinya mencelus begitu saja, mengingat Raditya, suaminya tak mau tidur di sampingnya.

Mungkin ini memang kesalahannya. Saat Raditya semalam ingin mencumbu dirinya, hal bodoh di lakukan nya. Dia menangis, dan hal itu langsung membuat Raditya meninggalkannya. Antara lega dan perih menyadari Raditya terluka atas penolakan dirinya.

Agni berusaha untuk duduk di atas kasur. Menatap kamar yang begitu luas, tetapi tak mempunyai warna itu. Karena seluruh warna yang mendominasi adalah putih.
Dia harus meminta maaf kepada Radit, bukankah dia yang membawa semua ini? Dan tak seharusnya dia menolak Radit. Pria yang menikahinya karena ingin mempunyai anak.

Agni menggeser tubuhnya untuk turun dari atas kasur. Merasakan dinginnya lantai ketika dia menjejakkan telapak kakinya di atas lantai kamar itu. Meski semuanya kemarin sudah berjalan dengan begitu lancar, tapi dia tahu masalah yang akan di timbulkan dari pernikahan ini. Yaitu hati mereka.

Agni melangkah menuju kaca besar yang ada di samping nakas. Dan terkejut mendapati dirinya begitu kusut. Rambutnya acak-acakan, dan riasan wajahnya yang belum sempat di bersihkan semalam kini tampak membuat wajahnya semakin terlihat merana. Air mata yang mengering dan meninggalkan noda di wajahnya. Menghela nafasnya, Agni tahu kalau dirinya mengerikan.

*****
Suara alunan musik yang terdengar samar, kini membawa Agni untuk melangkah menuju asal suara itu. Rumah Raditya yang begitu besar membuat Agni tersesat untuk beberapa saat. Setelah mandi dan berganti pakaian, dia memutuskan untuk mencari Raditya.

Melewati koridor, dan berbelok ke kanan, dia memasuki ruangan yang sepertinya tampak begitu sunyi. Hanya alunan denting piano yang membuatnya akhirnya berdiri di belakang sosok pria yang kini tengah memainkan nada itu dengan begitu syahdu.

Denting piano berakhir, dan membuat Agni terlonjak. Karena begitu meresapi nada yang begitu menyayat hati.

"Kamu sudah bangun?" suara berat itu membuat Agni kembali mengerjapkan matanya. Dia merasa malu. Saat ini Raditya sudah berbalik dan menatapnya dengan tajam. Pria itu memang tenang, terlalu tenang. Tak pernah ada emosi yang tercetak di wajahnya. Tapi kali ini Agni bisa melihat kesedihan menggelayuti wajahnya.

"Kak, Agni..."

Agni menghentikan ucapannya saat Raditya mengangkat tangannya. Lalu kini beranjak berdiri, dan melangkah menuju jendela besar yang mengelilingi ruangan itu. Memunggunginya Agni bisa melihat kalau Raditya kini memasukkan kedua tangannya di saku celananya. Merasa kikuk karena Raditya bahkan tak mau menatapnya, Agni mencoba melangkah untuk mendekati Radit.

Berdiri di sampingnya, Agni kini menatap ragu kepada Radit. Yang membuatnya terkesiap karena pria itu juga sedang menatapnya.

"Aku sudah menjalankannya permintaanmu. Menikahimu."

Jantung Agni berdegup kencang karena hal itu kembali di angkat kepermukaan. Dia tak memungkiri kalau dialah yang meminta Radit untuk menikahinya dan membawanya secepatnya keluar dari rumah kakaknya.

"Tapi aku juga ternyata masih belum bisa..." pria itu kini mengalihkan tatapannya lagi dan menatap taman yang terbentang luas di luar sana. Tampak ragu, Radit kini kembali menatapnya.

"Apakah ini akan berhasil hum? Aku begitu bodoh menerima lamaranmu saat itu. Yang aku pikir aku harus menyelamatkan Nares darimu."

Ucapan Radit membuat Agni terkejut. Dia tak menyangka kalau Radit bisa mengucapkan hal itu.

"Kenapa kakak mengatakan hal itu?" tenggorokannya tercekat karena merasakan perih pada relung hatinya. Dia tahu, sungguh sangat tahu kalau cintanya kepada Kakak iparnya memang akan menyakiti kakaknya tercinta. Tapi toh dia tak pernah mengatakan apapun tentang perasaannya kepada siapapun. Hanya di pendamnya seorang diri. Sampai saat ini, dan Raditlah yang pertama tahu tentang semuanya.

Pria itu kini berbalik dan persis menghadapnya.

"Aku terlalu peduli dengan Nares, meski aku sendiri mencintainya. Tapi aku ingin dia bahagia, dan ketika melihat Langit bisa membuatnya tersenyum. Setelah sekian lama dia berduka karena kematian adikku, aku tahu rela mengorbankan apapun untuk melihat Nares tersenyum. Dan ketika kamu mengatakan mencintai Langit, aku harus melakukan hal yang pantas untuk membuatmu pergi dari peredaran mereka berdua.

Deg

Jantung Agni berdegup kencang ketika hal itu terucap. Dia tak tahu harus mengatakan apalagi, karena di sini dia yang bersalah. Menyimpan perasaan cinta yang salah untuknya sendiri.

"Tapi aku tahu, tak mudah untuk menghilangkan rasa cinta itu. Tentu saja, aku mohon kepadamu jangan berbuat hal yang bodoh. Setelah menjadi istriku, kamu harus patuh dengan semua peraturanku."

Agni menatap Radit yang kini tampak begitu dingin. Memang ini salahnya, dan dia harus menanggung semua konsekuensinya.

"Lihat aku sebagai suamimu, lihat aku sebagai pria yang akan menjadi temanmu seumur hidup. Dan itu tak bisa kau hindari lagi." ucapan tajam itu membuat Agni terhenyak. Saat Radit membalikkan tubuhnya lagi dan berderap pergi meninggalkannya.

Bersambung

SOUND OF HEARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang