04. My little wife?

17.2K 1.6K 13
                                        

Raditya menghela nafasnya. Udara terasa panas dan menyesakkan dadanya. Dia tak tahu harus kemana lagi. Saat ini di terjebak selamanya, di sini.

Menatap Agni yang tengah menyantap nasi goreng yang baru di buatnya dengan lahap. Ada perasaan iba menyentuh sisi hatinya. Sebenarnya ini malapetaka untuk Agni. Karena telah menikah dengannya.

Pria yang seharusnya cocok sebagai kakak kandungnya. Usia mereka berjarak 13 tahun lebih. Dan sejak dulu, Radit tak pernah melirik adik Nares itu. Tentu saja dulu saat Nares menikah dengan Almarhum Angga adiknya, gadis itu masih kecil. Baru lulus SD atau masih kelas 1 SMP. Dia tak begitu ingat. Dan tak pernah menyangka kalau dia akan menikah dengan adik Nares ini.

Tapi tentu saja takdir memiliki jalan indah. Setelah dia merasa patah hati selama ini, karena kepergian Niken. Istrinya yang sangat di cintanya itu. Dia sudah menolak semua wanita yang menawarkan cinta kepadanya. Menutup hatinya dan hanya mendedikasikan cintanya kepada almarhumah istrinya tercinta.

Sampai Nares datang memintanya pertolongan. Dia memang dari dulu mengagumi Nares, tapi dia tak pernah lancang untuk mencintai wanita itu. Baginya Nares sudah di anggap adiknya sendiri. Tapi setelah hampir 3 bulan, berada di dekat Nares. Saat wanita itu merasa rapuh karena tindakan pecundang suaminya sendiri. Dia akhirnya menyadari kalau Angga dulu begitu mencintainya Nares. Wanita itu mempunyai sisi yang sangat mudah untuk membuat pria mencintainya.

Dia sudah menyatakan cintanya kepada Nares, tapi tahu kalau wanita itu memang sangat mencintai Restu Langit Dirgantara. Kebesaran hati Nares untuk menerima maaf Langit membuat Radit tahu. Kalau dia juga bahagia jika wanita itu bahagia.

Maka selama 8 tahun ini, dia tak menyangka kalau Agni diam-diam mencintai kakak iparnya itu. Setelah bertemu secara tak sengaja dengan adik Nares itu, tiba-tiba gadis itu mendatanginya dan melamarnya dengan menceritakan semuanya.
Di dasari dengan motif kalau dia tak bisa melihat Nares terluka karena cinta adiknya kepada suaminya. Maka dia rela mengorbankan dirinya untuk membuat Agni menjauh dari peredaran rumah tangga Langit dan Nares. Dan bukankah dia memang butuh seorang istri untuk memberinya anak?

"Kak." Suara Agni menyentakkan Radit dari lamunan nya. Istrinya itu sedang mengelap tangannya yang basah di celemek yang baru saja di pakainya. Dan Radit mengamati kalau Agni sudah berdiri di depan tempat mencuci piring.

"Kakak mau Agni buatkan kopi? Atau teh?"
Radit mengerutkan keningnya mendengar pertanyaan Agni.
Tapi kemudian dia menggeleng saat mengetahui kalau ini sudah larut malam. Dan mereka butuh istirahat.

"Sudah malam. Kita perlu tidur. Lagipula aku terlalu lelah." ucapannya datar, dan bisa melihat Agni hanya menghela nafasnya dengan kecewa. Gadis itu melepas celemek berwarna merah itu. Lalu melangkah menuju tempatnya duduk. Yaitu di balik menjadi bundar dari marmer yang terletak di dapur ini.

"Kakak tak suka sama Agni?" Gadis itu tampak merajuk lagi. Dan Radit tahu ini akan menjadi sangat panjang jika dia meladeni ocehan Agni.

Radit langsung beranjak berdiri dan melihat Agni mengerucutkan bibirnya. Setelah tadi Radit membuat Agni menangis, dan berakhir dengan dia memasakkan nasi goreng. Dia tahu kalau Agni akan menjadi penghambat nya.

Dia tak terbiasa menghadapi gadis manja dan cengeng. Sejak malam pertama yang gagal mereka, dan melihat Agni menangis. Hatinya mencelus. Tak tahu apa yang terjadi pada dirinya sendiri. Tapi dia tak mau melihat Agni menangis.

"Aku masih harus bekerja besok, jadi kamu jangan membuatku begadang terlalu lama lagi." Dia melihat Agni hanya mengangguk. Tapi bisa di pastikan gadis itu akan menangis lagi.

Radit mengacak rambutnya. Terlalu gusar dan merasa seperti mendidik seorang anak gadisnya. Dengan Agni yang memang masih berusia 23 tahun. Itu membuatnya semakin sulit.

"Jangan menangis. Aku tak suka melihat wanita menangis." Radit mengangkat tangannya dan melihat Agni menghela nafasnya lagi. Lalu gadis itu mengangguk.

"Maafkan Agni." Dan hanya dengan begitu Agni pergi begitu saja meninggalkannya. Radit mengernyitkan keningnya.

Dia menatap Agni yang sudah melangkah berderap keluar dari dapur. Radit akhirnya mematikan lampu dapur dan mengikuti Agni untuk keluar dari dapur.

Merasa frustasi kalau dia harus mengikuti suasana hati Agni yang masih labil itu.

*****
Saat sampai di kamarnya, dia melihat Agni sudah bergelung di atas kasur degan selimut menutup setengah tubuhnya.

"Kamu tak bisa bersikap seperti itu." Radit perlu berbicara dengan Agni saat ini. Dan saat melihat Agni bergeming, dia tahu kalau gadis itu marah kepadanya.
Mendekati ranjang kini Radit duduk di tepinya. Dan melihat Agni yang memunggunginya.

"Dek." Panggilannya memang seperti kakak beradik dengan Agni. Karena sampai saat ini dia benar-benar belum bisa menganggap Agni sebagai istrinya.

Gadis itu memutar tubuhnya secara tiba-tiba. Dan menatapnya dengan tatapan menantang.

Lalu secara mengejutkan Agni sudah beranjak duduk. Tanpa banyak bicara mulai menaikkan ujung kaos yang di pakainya.

"Hei apa yang kamu lakukan?" Radit membelalak terkejut saat Agni sudah melepas kaos oblong g berwarna putih yang di kenakannya. Dan matanya kini benar-benar menatap tubuh polos Agni yang hanya mengenakan pakaian dalam.

"Kakak mau kan aku memberi kakak anak. Jadi lakukanlah sekarang! Aku sudah siap." Radit menghela nafasnya ketika mendengar suara Agni yang bergetar. Dia menggelengkan kepalanya. Dalam cahaya temaram lampu kamar, dia masih bisa melihat jelas tubuh indah milik Agni. Hal itu membangkitkan sesuatu yang sudah lama terkubur di dalam tubuhnya. Yaitu gairah.

Tapi Radit tahu, kalau gadis di depannya ini selalu berbuat nekat. Dia menghela nafasnya lagi, lalu segera menarik tumpukan selimut yang ada di depannya. Membukanya dengan cepat dan menutup tubuh Agni. Yang membuat gadis itu terkejut.

"Aku sedang tak ingin melakukan itu. Jadi kamu tidurlah." Radit langsung mengalihkan pandangannya dari tubuh Agni. Bagaimanapun juga dia pria dewasa. Dan mempunyai kebutuhan biologis. Tapi dia merasa sangat berdosa kalau melakukan hal itu dengan alasan kesenangannya semata.

"Kak, Agni harus bagaimana?" Raditya kembali menoleh kepada Agni. Dan melihat istrinya itu tampak rapuh. Tapi dia juga tak mungkin menyentuh Agni. Tidak untuk saat ini.

Didera rasa frustasi karena tak tahu apa yang harus di lakukan nya. Dia akhirnya mengabaikan ucapan Agni. Menaikkan semua kakinya dan kini berbaring memunggungi gadis itu.

"Tidurlah."

Hanya itu yang di ucapkan dan membuat Agni sepertinya terkejut.
"Kakak sama saja dengan pria yang lainnya. Apakah aku seburuk itu sehingga kakak tak mau menatap dan menyentuhku?"

Radit menghela nafasnya dengan lelah. Terlalu pusing kalau harus berdebat dengan Agni. Akhirnya dia berbalik dan kini melihat Agni masih di posisi yang sama. Tapi kali ini melihat selimut itu sudah menutupi tubuh Agni sebatas leher.

"Jangan membuatku kehilangan kendali dek. Karena kalau itu terjadi kamu akan menyesalinya."


HARI INI PROMO PDF NOVEL CEPTYBROWN 100RB DAPAT 5 YA LANGSUNG KE WA 085643207626 

SOUND OF HEARTTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang