10. Segelintir Rasa

11K 1.4K 35
                                    

Sebelum perjanjian.

Ursulla tengah memikirkan cara bagaimana ia akan mulai. Apa yang di kata Ara Wato mungkin benar adanya, dengan suara ajaibnya bisa membantu menyembuhkan penyakit aneh Raja. Bukankah dia pernah menggunakan suaranya sehingga para prajurit itu tertidur. Ini memang karena suaranya atau hanya kebetulan belaka, ia pun akan mengujinya sekali lagi. Ursulla tengah berjalan mendekati pelayan Han dan juga pelayan Sora yang sedang ada di dapur istana.

"Nona Han dan nona Sora." panggil Ursulla setengah berbisik, seraya melirik kanan kiri memastikan tak ada orang lain.

"Ada apa nona Sulla?" jawab mereka serempak.

"Aku sedang bosan, aku ingin membantu pekerjaan kalian!"

"Tak usah nona Sulla, anda ini adalah tamu Raja." Sergah pelayan Han.

"Hmm, ya sudah kalau begitu biarkan aku duduk di sini!"

"Iya nona."

Ursulla duduk mengamati kedua pelayan yang sibuk dengan pekerjaan mereka. Kemudian ia pun mulai melantunkan nyanyian mengusir kepenatan. Sebait nada ia lantunkan penuh penghayatan, suara indah itu terdengar merasuk ke gendang telinga pelayan Han dan Sora. Bait demi bait meresap ke dalam pikiran, menjalar ke seluruh urat saraf dan akhirnya merasuk ke dalam kalbu. Seketika hawa ngantuk pun datang. Rasanya mereka seperti tenggelam dalam keindahan, suara surgawi itu menggiring mereka terlelap dalam mimpi. Merekapun akhirnya terpejam dalam senyuman.

"Haa, berhasil." Setengah berjingkat Ursulla tersenyum puas lantas pergi meninggalkan pelayan Han dan Sora yang tengah tertidur nyenyak.

Satu point di dapat Ursulla dengan suaranya, Raja Reijin akan tertidur nyenyak. Namun dia masih harus memikirkan cara membuat Raja tersenyum. Dengan memahami Raja Reijin, pasti ada suatu penyebab sang Raja menjadi seperti ini. Masalah psikis mungkin saja. Yang bisa memahaminya hanyalah dengan menjadi orang dekat Raja. Tapi mendekati Raja sangat sulit, jangankan menjabat tangan Raja, berbicara dengan Raja pun membutuhkan ijin dan aturan. Karena itulah Ursulla berpikir keras seperti tengah menjawab soal ujian, sampai akhirnya ia bertemu dengan jawabannya.

****

Perjanjian sudah dibuat dan disahkan secara langsung oleh Raja dengan stempel istana pula. Kini tinggal tindakan yang dilakukan Ursulla.

Di aula istana nampak sang Raja tengah duduk memperhatikan sesuatu. Setelah benar - benar pulih Raja Reijin di sibukkan dengan berbagai laporan yang menumpuk. Kemudian terdengar, derap langkah kaki seorang wanita menghampiri Raja.

"Ada apa kau datang kemari?" Suara dingin itu muncul.

Ursulla mengernyit kesal, namun ia berusaha mengatur emosinya.
"Ahh, hamba hanya ingin melaksanakan perjanjian yang kita sepakati kemarin. Tapi hamba bisa menunggu Yang Mulia jika masih sibuk." Ucapnya penuh sopan dengan sikap setengah membungkuk.

Raja memincing sebelah alisnya tanpa mengalihkan atensinya dari tumpukan laporan ia menjawab, "Baiklah, duduklah di situ!" Menunjuk ke sebuah kursi di sudut ruangan.

"Ya Yang Mulia."

Cukup lama Raja Reijin disibukkan dengan berbagai laporan. Membuat Ursulla sedari tadi duduk sambil menopang dagu, bosan.

"Hidup Raja sungguh monoton, sepanjang waktu memeriksa laporan, berlatih pedang, hmm." gumamnya lirih.

"Aku mendengarnya Sulla." Sahut Raja tanpa melepas pandangan dari laporan yang sedang ia baca.

Ursulla yang sejak tadi menunggui Raja tercekat akan perkataan itu. Pendengaran Raja sungguh tajam.

"Ma-maaf Yang Mulia, tapi saya rasa hidup Yang Mulia benar-benar monoton pantas anda tak pernah ter - se - nyum." Ucapnya yang di ujung kalimat hampir ragu untuk ia katakan.

Voice of UrsullaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang