"Ah, jauh banget sih!"
Seorang perempuan berambut sebahu yang sengaja dikuncir kuda terlihat sedang menggapai-gapai sesuatu dengan tangan kananya.
Sesekali lidahnya membasahi bibirnya sendiri karena merasa gemas. Tangan kirinya ia gunakan untuk memeluk dahan pohon dengan erat. Sementara kedua kakinya dipijakan disalah satu ranting pohon yang dirasanya kuat menopang berat tubuhnya.
"Astaghfirullah, kenapa susah amat, sih!"
Karena merasa masih terlalu jauh untuk menggapai buah yang mulai menghijau di hadapannya, akhirnya perempuan itu mengangkat kaki kanannya--berencana untuk memanjat lebih tinggi lagi, ke ranting pohon yang tidak terlalu tinggi dari ranting yang sebelumnya dipijak.
Kreek,
Ranting pohon yang baru saja diinjaknya mengeluarkan suara. Membuat perempuan itu ragu untuk memanjat lebih tinggi. Setelah diam beberapa detik, perempuan itu nekat untuk melangkahkan kakinya ke ranting yang lebih tinggi, sampai akhirnya,
"Dapat!"
Perempuan itu berhasil meraih apa yang sudah diperjuangkannya 10 menit terakhir. Cengiran lebar tercetak dibibirnya sambil memandangi 3 buah mangga di genggaman tangan kanannya.
Ia tidak memedulikan rambutnya yang sudah acak-acakan atau bentol di kening dan pipinya karena diserang gerombolan semut beberapa menit yang lalu ataupun wajahnya yang mulai memerah karena tersengat matahari. Semua itu sudah terbayar dengan apa yang ada di genggamannya.
Kreek
Ranting yang saat ini dipijaknya mengeluarkan suara lagi, membuat cengiran lebar dibibirnya lenyap dalam sekejap.
"Ini kenapa deh dari tadi bunyi mulu"
Sebelum apa yang ditakutkannya menjadi kenyataan, perempuan itu berinisiatif untuk cepat-cepat turun. Tapi terlambat, belum juga selangkah ia turun, hal yang ia takutkan terjadi.
Kreek
Ya Allah! Gue bakal mati!
Bruuk,
Gue mati. Gue mati. Gue mati
"Eh!"
Itu suara apaan. Apa itu suara malaikat. Jadi selama ini bener dugaan gue kalo malaikat itu cowok?
"Eh, diem aja lagi"
Perempuan itu membuka kedua matanya yang sedari tadi terpejam secara perlahan. Matanya segera mendapati dua buah bola mata berwarna cokelat terang. Indah. Itulah hal pertama yang ia pikirkan.
Apa gue bener-bener udah mati. Apa gue sekarang ada di surga. Ya Allah, gue bener-bener gak tau kalo malaikat penjaga surga bisa seganteng ini! Kenapa gak dari dulu aja sih gue masuk surga.
"Lo liatin apaan?"
Suaranya, astaghfirullah, ternyata suara malaikat itu gak beda jauh sama suara manusia.
"Apaan sih, ngeliatin ampe kayak gitu. Gue emang ganteng. Udah ah, buruan bangun, lo berat"
"Hah?"
"Hoh!"
Belum disadari oleh perempuan itu, rupanya saat terjatuh tadi ia tidak langsung menghantam tanah. Ia meniban tubuh seseorang yang tidak sengaja lewat di bawah pohon mangga itu. Kalau ada orang lewat pasti mereka disangka sedang melakukan tindakan tidak senonoh.
"Minggir, ah!" Dengan mudah ia menyingkirkan tubuh perempuan itu dengan sebelah tangannya. Membuat perempuan itu benar-benar menghantam tanah sekarang.
"Aw!" Seolah terhempas dari dunia mimpi, bayangan malaikat yang sedari tadi menggelayuti pikirannya buyar seketika.
"Gua bukan kasur" ujar laki-laki yang sudah berdiri itu. Matanya menatap lekat perempuan yang masih tersungkur dihadapannya, tapi tangannya sibuk menepuk-nepuk kaos bagian punggung yang dirasanya kotor.
Tangan kanan perempuan itu masih menggenggam erat ketiga buah mangga, sementara tangan kirinya mengusap-usap bagian bokong yang mulai terasa nyeri.
Untuk beberapa detik, pandangan keduanya bertabrakan. Hingga sang laki-laki mengakhirinya dengan pergi meninggalkan perempuan yang masih belum berkutik dari posisi terakhirnya.
"Malaikat apaan begitu. Kasar amat, untung ganteng. Aduh, gila pantat gue"
***
Entah kenapa gue merasa sok PD banget ngepublish cerita ini. Syukur syukur ada yg liat. Tapi semoga aja kalo ada yg liat langsung penasaran sama cerita ini, terus langsung di add ke library biar bisa baca chapter selanjutnya hehehe. Lebih syukur lagi sih kalo di vote hoho *banyak maunya*.
Etapi kalo sempet liat cerita ini jangan lupa kasih komenya juga ya hehehehehe.Luvyah!
KAMU SEDANG MEMBACA
Closer
Teen FictionPras tidak percaya dengan adanya suatu hubungan. Baginya rasa saling menyayangi sudah cukup. Lagi pula apa arti sebuah hubungan bagi dua orang yang saling menyayangi kalau akhirnya hanya menimbulkan rasa sakit. Berbeda dengan Pras, Citra justru sang...