Jealous?

879 95 10
                                    

STOP JADI SIDER!
Aku tau karyaku masih jelek dan belum terkenal😐 tapi setidaknya hargai jika kalian suka membacanya 😯

"Yasudah kalau begitu" jawab Arnold kemudian kembali berjalan di depanku. Entah kenapa aku merasa telah dijauhkan darinya.

__________________________________

"Ada apa dengannya?" Tanya Ed kaget saat melihat Arnold menggendong Flema yang telah terluka parah.

"Aku menemukannya dibalik reruntuhan, sepertinya dia satu-satunya yang selamat."

"Oh ya? Kalau begitu bawa dia kemari," ucap Trisia dengan suaranya yang terkesan dingin.

Trisia membaringkan Flema diatas sebuah tumpukan jerami yang telah diberi kain.
Ya, setelah mereka tidak menemukan petunjuk apapun saat berpencar tadi, Ed dan Trisia mencari tempat istirahat yang lumayan layak digunakan.
Tidak ada dari kami yang menyangka kalau semua akan seperti ini. Karena menurut cerita Trisia, kota ini memiliki pertahanan yang cukup kuat. Sehingga jarang menjadi incaran para perampok kelas teri bahkan kelas kakap sekalipun.

Arnold menatap dalam pada Flema yang sedang diobati Trisia. Entah kenapa menurutku pandangannya telihat hangat. Seolah ia telah menemukan sesuatu yang hilang dalam hidupnya.

"Arnold apa sebenarnya kau kenal dengan Flema?" Tanya Ed dengan curiga, mengingat Arnold bukanlah tipe pria yang hangat kepada semua wanita.

"Tidak, hanya saja dia mengingatkanku akan seseorang." Ucap Arnold lirih dengan pandangan kosongnya seolah sedang mengingat pada suatu kenangan yang telah mengisi hidupnya.

Setelah menjawab pertanyaan Ed Arnold kembali mendekati Trisia dengan matanya yang masih memancarkan kekhawatiran.

"Apa dia baik-baik saja?," tanya Arnold dengan raut wajah gelisahnya.

Trisia memberikan beberapa tumbukan dedaunan herbal dan beberapa getah tanaman pada luka-luka Flema.

"Keadaannya lumayan parah, dia cukup hebat untuk bisa bertahan" ujar Trisia yang membuat Arnold mengangguk tanda setuju.

"Kau harus bertahan," ucap Arnold lirih yang mendapat anggukan dari Flema.

Sepertinya malam ini kami harus menginap disini. Mungkin hal ini akan berlaku juga untuk beberapa hari kedepan. Karena menurut Arnold Flema belum sembuh total dan harus banyak istirahat. Melihat perhatian Arnold pada Flema membuatku tersadar kalau aku bukanlah apa-apa untuknya. Ya, aku mendengar pertanyaan dari Ed dan apa jawaban dari Arnold tadi. Itu cukup membuatku tersadar akan sesuatu hal. selama ini dia menjagaku hanya karena kewajibannya, tidak ada hal lebih. Betapa bodohnya kau Sarah, aku sudah salah menanggapi sesuatu.

"Sarah aku bisa minta tolong padamu?" Tanya Arnold masih dengan wajah dinginnya.

Sebenarnya ada apa dengan Arnold, semenjak kedatanyan Flema dia menjadi lebih dingin padaku. Padahal aku hampir mengira kalau lelaki es ini telah mulai mencair karenaku.

"Ya ada apa?"

"Umm.. bisakah kau carikan daun Turm lagi? Karena salep untuk luka Flema sudah hampir habis," ungkapnya yang membuatku bagai tersambar petir.

"Apakah tidak apa-apa? Bukannya aku menolak, tapi Trisia dan Ed menyuruhku untuk jangan kemana-mana saat ini. Karena kita masih belum tau musuh ada dimana sekarang."

"Aku tau tapi tidak ada hal lain, kurasa diluar sudah aman. Lagipula jika kau tinggal dengan Flema, kau tidak bisa mengurusnya." Ujar Arnold kemudian mengalihkan perhatiannya pada Flema yang mulai bangun dari tidurnya, mungkin ia merasa terganggu dengan berisiknya suara kami.

DEMIGODTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang