No name?

945 91 6
                                    

JANGAN JADI SIDER!
VOTE dong biar Author gak malas updet 😯

"Ayo kita pergi" ucapnya kemudian menarik tanganku untuk mengikutinya.

Aku tak tau apa yang akan terjadi nanti, tapi aku berharap semuanya akan baik-baik saja.
.
.
.
.
.
.________________________________

Kurasa aku telah jatuh cinta pada Arnold, yah aku memang aneh. Entah bagaimana caranya Arnold seolah bisa masuk kedalam pikiranku dan mengambil posisi pada jantungku. Tapi entahlah apa yang Arnold rasakan padaku. Bahkan aku merasa bodoh karena bisa jatuh hati dengan sikapnya yang dingin itu.

Sekarang aku, Arnold, Ed, dan  Trisia sedang istirahat sebentar di bawah salah satu pohon yang ada di hutan ini. Entah sudah berapa jauh kami berjalan, tapi aku yakin rumah Ed sudah sangat jauh sekali. Karena kami bahkan telah melewati perbatasan kota, tinggal dua kota lagi yang harus kami lewati. Barulah kami sampai di hutan Azurci tempat kastil perlindungan berada.

Walau sedang beristirahat Arnold dan Ed tetap terlihat waspada. Sepertinya mereka yakin kalau musuh juga ikut mengejar. Perlahan aku berjalan mendekat kearah Arnold saat Trisia kini telah mengajak Ed untuk pergi mencari air.

"Arnold aku ingin bertanya sesuatu, apa boleh?"

"Silahkan"

Aku menatap Arnold yang sedang dengan sikap dinginnya. Membuatku sedikit ragu untuk berbicara, tapi aku terus meyakinkan diri untuk berbicara.

"Emm sebenarnya aku ingin bertanya, ada apa denganku? Kenapa waktu itu kristal yang kupegang mengeluarkan banyak warna? Dan apakah aku tidak akan pernah aman?" Tanyaku dengan mata yang mulai berkaca.
Pasti aku terlihat sangat bodoh dimata Arnold sekarang.

"Bukankah sudah kujelaskan padamu tentang ramalan itu? Ya itu adalah alasan kenapa kau diburu oleh mereka. Didalam dirimu terdapat sesuatu yang bisa menghancurkan kekuatan jahat bahkan kyros sekalipun, itu sebabnya kristal mengeluarkan banyak warna sekaligus. Tapi jika saja kau berada di jalur yang salah kau bisa berubah menjadi alat penghancur yang mematikan. Itu sebabnya mereka memburumu, mereka ingin kau jadi senjata yang mematikan. Dan tentang keselamatanmu. Aku berjanji selama aku hidup aku takan membiarkan siapapun melukaimu," jelas Arnold yang membuatku menghangat.

Aku langsung memeluk Arnold sesudah ucapannya tadi. Aku terisak dengan wajah yang terbenam di dada bidangnya.

"A-aku tak-k mau kau dalam b-bahaya, maaf kau j-jadi susah karena aku," bisiku dengan tersenggal karna tangis.

"Ini memang sudah tugasku," balas Arnold dengan tangannya yang kini telah mengelus puncak kepalaku dan sebelah tangannya lagi membalas pelukanku.

Dengan perlakuannya yang seperti ini, tangisku semakin menjadi. dengan mata yang penuh air mata aku masih memeluknya dengan erat. Kali ini aku benar-benar rapuh.

Aku merasa menjadi orang yang hanya bisa menyusahkan, karenaku sudah berapa kali nyawa Arnold terancam. Bahkan kini aku ikut menyeret Trisia dan Ed dalam bahaya.
Sampai sekarang Arnold masih membalasku dalam pelukan hangatnya, seolah ia paham bagaimana kerapuhanku saat ini.

"Maaf aku selalu membawa kalian dalam bahaya, maaf karena selalu menyusahkan, maaf untuk semua kejadian yang terjadi karna aku."

"Tumben kau seperti ini? Jangan-jangan ini hari terakhirmu hum?," ejek Arnold yang membuatku tercengang dan langsung melepaskan pelukanku.

Bisa-bisanya dia bercanda disaat seperti ini. Sungguh pria ini benar-benar menyebalkannnn!!
Apa dia benar-benar masih waras. Bukannya mengeluarkan ucapan-ucapan romantis dia malah mengejeku.

"Kenapa?" Tanya Arnold.

"Kenapa kau lepas pelukannya," tambahnya.

"Tidak"

DEMIGODTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang