Cahaya Biru

3.4K 155 5
                                    

Hari ini adalah hari yang sangat membosankan dalam hari hariku yang sudah membosankan.
Jean adiku dan kedua orang tuaku pergi mengikuti acara keluarga yang diadakan di rumah paman Gerald. Sebenarnya aku juga diajak, tapi aku menolak lalu memilih untuk tinggal. Dan tentu saja mom tidak mengijinkanku di rumah sendirian. Maka disinilah aku sekarang, rumah nenek.

"Sayang bisa bantu nenek ambilkan pot bunga di gudang belakang?," Pinta nenek sambil memasukan tanah ke dalam pot kemudian menyusunnya.
Tanpa menjawab aku langsung berjalan menuju gudang.

Baru saja pintu dibuka bau lembab langsung menyeruak ke dalam hidungku, ditambah bau kayu yang telah lapuk membuatku agak mual. Dengan pelan aku mengamati satu persatu benda yang ada, berharap mungkin aku akan menemukan hal yang menarik. Oh ayolah Sarah ini gudang, apa yang bisa di harapkan dari tempat ini? Bahkan kucingpun enggan berlama-lama disini.

Tapi seketika itu juga mataku tertuju dengan suatu benda berkilau yang terselip di bawah tumpukan buku tua. Tanpa berpikir panjang tanganku langsung meraih benda itu. Ternyata itu adalah sebuah kalung perak cantik dengan batu biru gelap sebagai bandulnya. Hemm.. ini cukup menarik, mungkin nenek tidak keberatan jika aku menyimpannya.
Kemudian kalung itu telah berpindah tempat kedalam kantung celanaku.

Setelah mendapatkan benda yang diminta nenek aku langsung bergegas kembali. jujur jika harus lebih lama lagi berada di sini mungkin aku akan muntah.

"Terimakasih" ucap nenek ketika mendapatkan pot yang ia minta.
"Sama-sama nek. Em.. nek aku menemukan ini di gudang. Dan apakah aku boleh memilikinya?," tanyaku sambil memperlihatkan kalung berbandul biru yang tadi ku dapat.
Saat melihat kalung itu raut wajah nenek langsung berubah kaget.
"Dari mana kau mendapatkannya sayang?" Tanya nenek yang langsung menstabilkan kembali raut wajahnya.

"Oh aku menemukan ini di tumpukan buku tua di gudang"

"Yah kau bisa menyimpan benda itu. Mungkin ini sudah saatnya dia bersamamu," jawab nenek yang terdengar misterius.

Aku hanya terdiam mendengar ucapan nenek dan kuanggap itu adalah bahasa perpisahan yang disampaikan seseorang dengan barang kesayangannya. Setelah mendapat persetujuan nenek tanpa ragu aku langsung memasang kalung perak itu.

Setelah selesai membantu nenek memindahkan bunga-bunga dan membantunya menata kembali taman kesayangannya aku langsung menuju dapur untuk mengambil minum. Mungkin nenek punya sesuatu yang menyegarkan di kulkas.

Setelah cukup puas dengan susu dingin yang kudapat aku langsung berjalan menuju kamar.
Nenek memang mempersiapkan kamar untuk cucu-cucunya yang sering berkunjung dan menginap. Yah aku punya beberapa saudara sepupu, sepupu pertamaku anak dari paman Gerald yaitu Cloe dan adiknya Zen. Sementara yang kedua adalah anak dari bibi Jenny, Raln dan Daz.

"Sarah," terdengar suara ketukan pintu diikuti panggilan yang kuyakin itu adalah nenek.

"Ada apa nek?," tanyaku setelah mendapati nenek di balik pintu.

"Ada sesuatu yang ingin nenek berikan untukmu"
Tatapanku langsung tertuju pada sebuah kotak beludru berwarna merah yang sedang nenek pegang.

Kemudian nenek berjalan masuk dan duduk di kursi yang ada di kamar, akupun langsung berjalan mendekati nenek.

"Mungkin ini sudah saatnya, dari cucu-cucu nenek yang lain kau lah yang di pilih mereka. Entah mengapa mereka memilihmu, tapi nenek yakin kau memang pantas untuk itu," ucap nenek sambil mengelus puncak kepalaku.

"Apa yang nenek bicarakan?," tanyaku bingung.

"Ada suatu hal penting dan rahasia yang harus kau jaga mulai dari sekarang."
Setelah mengatakan itu nenek membuka kotak beludru yang ia bawa. Aku hanya bisa mengerinyit bingung ketika melihat sebuah batu biru yang terlihat berkilauan.

DEMIGODTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang