BAB 3. Adzan Laki-Laki VS Aki-Aki (2)

72 4 0
                                    

Maaf nih sebelumnya, yang di BAB 2 kok katanya ceritanya gak complete, ya?
Ya udah, ana pindahin aja ke BAB ini, maafkan atas kekurangannya, Sahabat😄

***

(Seperangkat Pengingat)

... "Sudah Maghrib, Bu. Azhar mau ke masjid, takut keduluan adzan sama si Mbah Undang!" kerlingnya sambil berlalu. ...

🌇🌇🌇

Allahu Akbar, Allahu Akbar!
Allahu Akbar, Allahu Akbar!

"Allaahu Akbar!" Gia memelototi ayahnya yang bersandar di pilar depan masjid.

Ayahnya menggeliat, mata sayunya terkatup-katup, menahan kantuk.

Sudah adzan Maghrib, gadis imut bermata sipit itu tak mau ayahnya tergoda Syaithonnirrojiim hingga melalaikan shalat. Setelah memparkirkan motor di halaman masjid tadi, Gia pikir ayahnya akan membuntutinya mengambil wudlu. Ternyata eh ternyata, ayah paling tampannya itu malah bersandar manja di teras masjid.

"HAYYA 'ALASH SHOLAAH!!" teriak falseto bocah cantik itu, dijamin merobek gendang telinga gajah!

Darul Rayhan Firdausyah, ayahanda tercinta Gia Salsabila Firdausyah, seketika bangkit, meniupkan udara dalam genggaman jemari kekarnya lalu menempelkannya ke telinga beberapa kali. Gia tertawa melihat aksi heboh ayahnya.

"Berani-beraninya ya kamu menjahili ayah terjahilmu ini!" Darul menangkap tubuh ringan putri sewayang goleknya itu, lalu menggelitiki perut rampingnya. Gia semakin memperpanjang durasi tawanya.

Hayya 'alal falaah!!
Hayya 'alal falaah..!! Okho, okho

Fokus Gia teralih pada lengkingan pitching bait adzan barusan. Ia menyembulkan kepalanya ke dalam masjid, mengintip bagaimana fisik sang muadzin di mimbar sana.

Subhanallah, pantas saja! "Kakek-kakek.."

"Ada apa, Sayang?" Darul ikut menyembulkan kepalanya di bibir pintu masjid, mengikuti gerak-gerik unik putri belianya.

"Sst, Ayah lihat siapa Sang Bilal kita di masjid ini?" bisik Gia, hati-hati.

"Objek teramati!" balas Darul.

Satu per satu bapak-bapak yang memasuki masjid, melirik aneh pada tingkah Darul dan Gia, sang ayah single dan putri piatunya itu. Begitu polos dan.. lucu.

Lucu?!

Tidak! Gia sama sekali tak berniat melucu detik ini. Kondisi darurat. "Ternyata.. satu, dua, tig.." Gia tercengang dengan hitungan jemarinya sendiri. "Ayah! Lima dari lima masjid yang kita kunjungi hari ini, para muadzinnya masih banyak diambil alih oleh aki-aki!"

"Mengenaskan sekali.." Darul berdecak kagum.

"Makanya, waktu sampai di sini tadi, harusnya Ayah segera berwudlu lalu bersiap mengumandangkan adzan, bukannya selonjoran kaki.. membiarkan kakek renta itu mendahului kewajiban seorang lelaki sejati untuk adzan, adzan, adzaaan Ayaaah!!"

"Iyaa, iya, maaf! Tapi Gi, itukan di kota ini, semoga saja di tempat lain muadzinnya darah muda semua?"

"Kalau darah muda semuanya pemalas kayak Ayah, ya tetap saja aki-aki yang berjaya mendapat transfer pahala adzan dari Allah.."

AJMALA Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang