Sekitar dua jam aku menunggu karin. Hujan gerimis yang turun seolah menjadi pertanda bahwa karin tidak akan datang. Aku tetap menunggu walaupun mungkin akan sia sia. Terlihat seorang gadis berjalan dari kejauhan, tanpa bertanya pun aku tahu bahwa gadis itu adalah dia. Karin datang tanpa membawa payung atau mantel, dia hanya mengenakan jaket rajut yang tidak terlalu tebal dan basah karena terkena hujan. Karin berjalan dengan lamban seolah dia membiarkan hujan membasahi tubuhnya. Karin berdiri didepan rumah pohon dan tidak berkata sepatah kata pun. Aku segera turun mendekatinya, kini kami berdiri berhadapan, saling memandang, dan tidak bersuara. Mata karin yang merah kini tak mampu menahan air matanya, dia menangis dan memukul-mukul tubuhku sambil terus memaki dirinya sendiri dam diriku. Tak ada hal yang bisa kulakukan selain diam dan menerima luapan rasa sakit hati tang dipendam karin selama ini.
Kurengkuh tubuh karin, kupeluk erat dan sebisa mungkin aku mencoba membuatnya tenang. Segala kata maaf aku ucapkan pada karin. Aku aku bajingan yang telah merusak masa depannya. Seorang yang dengan sangat berani merenggut kebahagian dan senyumnya. Aku bersalah dan aku harus bertanggung jawab. Aku berjanji bahwa aku akan menikahi karin secepatnya. Entah bagaimana reaksi keluarga kami jika mereka tahu bahwa kami akan menikah, terang saja kami hanyalah dua siswa kelas tiga SMA yang akan segera menikah, bukankah ini adalah kenyataan yang sederhana. Bagaimana mungkin keluarga kami akan dengan mudah menerima semua ini. Langkah besar dalam hidup kami akan segera dimulai.
...

KAMU SEDANG MEMBACA
Old String Love
RomanceThis is a story about mind and feeling, how they fight to feel something that really mater....love...