Bidadari yang terbang

26 2 1
                                    

Sore ini aku merasa sangat tidak tenang untuk meninggalkan Karin dirumah sendirian. Entah mengapa, aku merasa bahwa aku tidak boleh meninggalkan dia untuk alasan apapun. Aku tahu istriku  ukan orang yang lemah, tapi meninggalkan dia dalam keadaan hamil tua seprti ini, aku rasa tidak. Kembali kuletakkan gitarku dikamar dan masuk kerumah, melihat keadaan Karin.
Karin terlihat sedikit gelisah, dia bilang perutnya sakit, apakah mungkin dia akan melahirkan.
Kalau dihitung berdasarkan usia kandungannya, Karin baru mengandung selama kurang dari sembilan bulan. Kuputuskan untuk menelfon orangtuaku dan orangtua Karin, untuk datang melihat keadaan istriku. Menurut orang tua kami, Karin seharusnya belum melahirkan, karena kandungannya baru delapan bulan lebih lima belas hari, tapi tanda tanda yang ditunjukkan Karin sepertinya dia akan melahirkan. Segera kuambil kunci mobil ayahku dan kamipun berangkat kerumah sakit, bersama dengan orangtua karin. Selama perjalanan Karin terlihat semakin gelisah bahkan sempat pingsan, pikiranku sangat bingung, aku khawatir dengan keadaan anak dan istriku, hanya berdoa dan pasrah yang kini bisa kulakukan.
Karin dibawa keruang bersalin dalam keadaan tak sadarkan diri, kondisinya sangat lemah saat ini. Aku dan kedua orang tua kami menunggu dengan cemas diluar ruangan itu.
Tak berselang lama, dokter yang menangani Karin keluar, dia berkata kondisi Karin tidak memungkinkan untuk melahirkan secara normal, kondisinya terlalu lemah, kelahiran hanya bisa dilakukan dengan jalan operasi sesar. Tindakan harus segera diambil untuk menyelamatkan Karin dan bayinya. Aku dan keluarga segera menyetujui untuk melakukan operasi. Fikiranku semakin tak karuan ketika melihat Karin dipindahkan keruang operasi dalam keadaan tetap tidak sadarkan diri. Waktu menunjukkan pukul 20.15 malam, prosedur operasi belum juga selesai.
Seorang suster keluar dari ruang operasi dan mencari suami Karin. Akupun segera mengikuti suster itu kedalam ruang operasi. Anakku sudah lahir dalam keadaan yang sehat namun masih lemah sehingga dia harus dipindahkan keingkubator. Sedangkan Karin dia terlihat sangat lemah, dia tersenyum kepadaku saat aku mendekat dan mengusap keningnya. Dia berkata "jaga dia baik-baik ya, jangan sampai dia merasakan kehilangan salah satu dari kita, aku sangat menyayangi dia, dan juga kamu". Kukecup keningnya dan kugenggam erat tangannya. Aku sangat bahagia dan tenang sekarang, namun semua kebahagiaan itu lenyap seketika genggaman tangan Karin melemah ditanganku. Karin kembali pingsan, segera kupanggil dokter dan suster untuk melihat keadaannya, dokterpun masuk keruangan itu dan para suster memintaku untuk keluar. Aku kembali harus menunggu dalam keadaan bingun dan benar benar khawatir. Tak lama dokter itu keluar dengan membawa berita yang benar- benar tak ingin kudengar. Karin mengalami pendaharan yang cukup parah dirahimnya, sehingga dia tidak bisa bertahan. Karin menghembuskan nafas terakhirnya sesaat setelah dia melahirkan anak kami.
Aku berjalan pelan menuju ruang operasi itu, kulihat wajah istriku sekali lagi, wajah yang sangat tenang dan sangat cantik. Kini hanya tinggal aku dan sikecil, tanpanya lagi untuk menjaga kami. Kutahan air mataku untuk tak terjatuh diwajah Karin. Semoga kau tenang dialam sana sayang, aku berjanji aku akan menjaga anak kita dengan seluruh tenaga dan kasih sayang yang pernah kau beri untukku.
.....
Tamat.

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Jan 19, 2017 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Old String LoveTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang