.
"Hiks"
Waduh siapa tuh nangis
"Udah jangan nangis lagi"
"Gue ga tau kenapa gue nangis tapi pas liat dia sama orang lain sakit banget rasanya.."
"..Tapi disisi lain gue benci. Gue marah, gue ga bisa buat apa apa depan dia"
"Mending lo cepet deh lupain dia. Sekarang lo udah ada Mingyu. Dia sayang sama lo"
"Iya gue tau, gue juga emang suka sama dia tapi ini beda. Rasanya beda, Ji"
Yang lebih kecil menghembuskan napasnya kasar dan memegang bahu temannya berusaha mengurangi kesedihan temannya walau sedikit.
"Kenapa ga lo coba buat nerima dia kaya lo nerima Seungcheol dulu? Mungkin seiring waktu rasa suka lo itu bisa berubah jadi sayang atau bahkan cinta? Perasaan itu akan tumbuh seiring waktu kok.."
Yang lain menghapus air matanya dan tersenyum. Semua orang bisa tau senyum itu menyiratkan ketidakrelaan. Tapi dalam hatinya ia akan berusaha seperti apa yang telah temannya katakan
Ia tersenyum lagi. Kali ini beda. Senyum tulus seorang teman karena sudah bersedia mendengar keluh kesahnya, bahkan telah memberi solusi akan masalahnya
"Makasih ya Ji"
"Sama sama Josh"
●●●
Seungcheol membuka pintu kamarnya dan yang pertama kali dia liat adalah kamarnya yang gelap. Ia gelap seperti hatinya
Lhaaa?? Bukannya baru pulang jalan sama gebetan?
Ia sih dia senang jalan sama Wonwoo. Seneng banget malah. Tapi yang bikin dia gelap, maksudnya bikin hatinya gelap itu orang yang mereka temuin tadi.
Seunghceol merebahkan dirinya di kasur dan menatap langit langit kamarnya dan membatin
Kenapa ada cangcut di langit langit gue?
Ga.
Kenapa masih ada dia di hati gue?
Dia dilema.
Dia ambil benda persegi panjang yang ada di sakunya dan membukanya.
Pantesan gue gamon, wallpaper hp gue aja masih fotonya
Dengan cepat, Seungcheol ganti wallpapernya jadi foto Wonwoo
Mantab soul
"Manis banget sih"
Dia senyum senyum sendiri liatin hpnya. Dasar sinting
Oke tinggalin dia ae lah.
●●●
Udah sebulan sejak Mingyu nginap di rumah Wonwoo.