20. Diantar Pulang

3.2K 477 153
                                    

Serial SHALIH SQUAD – 20. Diantar Pulang

Penulis : Uniessy

Dipublikasikan : 2017, 19 Januari

-::-

Koridor rumah sakit tampak ramai dengan lalu lalang orang-orang. Entah yang hendak berobat, atau hanya sekadar mengantar atau menjenguk. Mutia mundur dari loket tempat mengambil obat. Dengan sekantung kecil obat dan vitamin, dia kembali ke kursi di depan loket.

Dibukanya tas yang sejak tadi tersampir di pundak kanannya, lalu dimasukkannya kantung berisi obat dan vitamin tadi ke dalam tas. Dia mengecek jam digital di ponselnya terlebih dahulu, sebelum beranjak dari sana.

Masih jam setengah dua belas siang.

Dia akan pulang, shalat Zuhur di rumah, makan siang, lalu istirahat. Dokter bilang dia sebaiknya istirahat dan melakukan hal-hal yang ringan di masa awal kehamilannya. Memasuki bulan ke empat, Mutia merasa dia harusnya bisa lebih tangguh dari ini. Tapi dia bersabar untuk tidak terlalu memforsir kegiatan seperti menghadiri kajian yang agak jauh, sampai menginjak bulan ke lima nanti.

"Mutia?"

Suara berat seseorang menghentikan langkah Mutia. Padahal pintu keluar rumah sakit sudah terlihat.

"Hamas? Kamu di sini juga?"

Keduanya terlihat terkejut, tapi Hamas lebih dulu menguasai keadaan. Senyumannya terulas lebar, lalu melirik perut Mutia dengan lirikan kilat, sebelum mengatupkan kedua bibirnya.

"Abis, hm, periksa kehamilan ya?" tanya Hamas, agak canggung. Entah kenapa, ngilu di hatinya masih meraja.

Perempuan ini, yang menolak lamarannya.

"Iya, baru aja selesai. Mau pulang," kata Mutia. "Kamu ngapain di sini?"

"Mata gue agak gangguan dari kemarin. Pas lewat sini tadi agak kelilipan. Ya udah jadi sekalian cek biasa aja," kata Hamas. "Udah selesai juga. Gue anter pulang ya? Mau balik ke kantor, searah kan sama rumah," Hamas meneguk ludah, "kamu."

Kelopak mata Mutia melebar. Rumahnya memang tak jauh dari sini. Cukup dengan satu kali naik angkutan. Tawaran Hamas memang wajar adanya. Tapi mengingat situasi...

"Ehm," Mutia meragu. "Tapi aku ke toilet sebentar ya?"

Hamas mengangguk, melonggarkan dasinya. Mereka berjalan beriringan menuju toilet rumah sakit yang tak jauh dari sana. Hamas berbasa-basi dengan bertanya apa kabar kandungan Mutia dan sebagainya.

Di toilet, Mutia mengambil ponsel dari dalam tasnya, lalu mencari nomor kontak Saad secepat mungkin.

"Assalamu'alaykum, A?"

"Wa'alaykumussalaam," sahut Saad di seberang. "Ada apa, Neng? Kayaknya buru-buru?"

"Ini, aku masih di rumah sakit. Ketemu Hamas," ucap Mutia dengan nada meragu. "Aku pulang bareng Hamas, boleh?"

"Ketemu Hamas?"

Saad terdengar agak terkejut, lalu dehamnya terdengar. Dia memang tahu Hamas sedang tidak ke kantor tempat Saad bekerja hari ini. Ada jadwal di perusahaannya yang lain. Dan Mutia memang tadi bilang hendak memeriksa kehamilan.

"Kamu pulang sendiri aja ya?"

Mutia menghela napas. Seolah tahu apa jawaban Saad bahkan sebelum ia bertanya.

"Na'am, A," kata Mutia, lalu mengucap salam sebelum menutup percakapan.

Begitu di luar, Hamas yang tengah mengerjakan sesuatu di ponselnya, mendongak.

"Udah?" tanya Hamas. Melepas kacamata berbingkai hitamnya dan memasukkan ke saku kemeja. "Yuk, balik."

"Ehm, Hamas, kayaknya aku pulang sendiri aja deh," kata Mutia. "Ngga enak ngerepotin. Rumahku juga kan di gang, kasihan mobil kamu repot puter baliknya."

Hamas agak terperangah, tapi juga tertawa. "Saad ngelarang ya?"

"Hah?" Mutia mulai agak panik. "Ngerepotin Hamas atuh, jangan ya?"

"Ngga ngerepotin lah, Mut. Kalau gue ngerasa repot, gue ngga akan nawarin. Udah mau Zuhur nih, biar gue dapet shalat di masjid abis nganter kamu. Yuk?"

Mutia berpikir lagi. Suaminya tadi menyuruhnya pulang sendiri pasti karena tidak mau dia terbiasa merepotkan orang lain, selama masih bisa sendiri. Tapi Mutia benar-benar tidak enak jika harus menolak ajakan Hamas kali ini. Pikirnya, kan hanya diantar ke rumah. Lagipula Hamas bukan siapa-siapa kan baginya? Hamas kan suaminya Fatima, adik perempuan dari suami Mutia...

"Ya udah, kalau ngga ngerepotin," sahut Mutia akhirnya. Dia akan bilang pada Saad nanti begitu mereka bertemu di rumah.

[][][]

*mulai sinetron*

SHALIH SQUADTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang