51. [SN] I Love You

2.4K 388 51
                                    

Serial SHALIH SQUAD - 51. [SN] I Love You

Penulis : Uniessy

Dipublikasikan : 2017, 19 Agustus

-::-

Di suatu sore yang sejuk...

Nurul sedang melipat pakaian yang baru saja diangkat oleh Shiddiq dari jemuran. Dengan terampil, dilipatnya pakaian-pakaian itu sampai rapi. Ditumpuk dengan penuh rasa syukur sebab jemuran kering dalam satu hari.

Shiddiq duduk di dekat Nurul sambil menghabiskan sepiring somay buatan sang istri.

"Mas..."

"Hm?"

Shiddiq hanya bergumam karena mulutnya sedang asik mengunyah.

"Tahu tipe mobil yang murah-murah itu ngga? Yang daihatsu apa ya?"

Nurul memulai percakapan isengnya. Dia baru saja tahu bahwa lelucon Ayla View tengah viral saat ini. Meski dia juga deg-degan sih, agak cemas kemungkinan suaminya ini sudah tahu.

"Ngga tahu, Rul. Mas mana tahu tipe-tipe mobil," sahut Shiddiq, merapikan sisa somay di piring.

Manyun, Nurul garuk-garuk kepala.

"Yowes," Nurul akhirnya nyerah. "Anaknya Pakde Bowo. Yang nomor dua itu lho, Mas. Inget ngga?"

"Sopo jenenge..." Alis Shiddiq mengernyit, mengingat apa yang dimaksud Nurul. "Kayla? Bukan, bukan. Nasyla?"

"Bukan, Mas..." Nurul menahan emosinya sendiri. "Wong gampang kok namanya..."

"Lah ya Mas mana inget, Rul... Ayla ya namanya?" kata Shiddiq. Piring telah tandas.

Senyuman Nurul mengembang.

"Kalau bahasa Inggris-nya pemandangan?"

"Iki opooo..." Shiddiq mulai heran. "Kamu isi-isi TTS tah?"

"Bukan, Mas. Cuma nanya..."

"Haduuuh..." Shiddiq berdecak. "Sek, sek, tak browsing dulu..."

Senyuman Nurul kian lebar. Dan dia tersipu ketika Shiddiq menyebut VIEW sepintas lalu.

"Nah kalau digabung, apa jadinya, Mas?" sela Nurul cepat.

"Digabung?" gumam Shiddiq. "Sek, tak cari..." tambahnya. Lantas mengetik huruf-huruf lagi. "Di, ga, bung... Merged, Rul."

Nurul manyun lagi. "Maksudnya, anaknya Pakde Bowo digabung sama Bahasa Inggris tadi itu lho, Mas," katanya dengan gemas.

"Ayla? View? Opo sih?"

"Ya udah, jadinya apa?"

"Ayla view?" kata Shiddiq

Nurul melipat kaus merah Shiddiq dengan wajah tersipu lalu ditepuknya kaus itu seraya berkata, "I love you too, Mas..."

Nurul tertawa sendiri mendengar kalimatnya. Dan Shiddiq, meski agak bingung sesaat, tapi kemudian tertawa.

"Oalaaah, Ruuul, Rul. Ada ada aja..."

"Hehehe..."

"Rul, Mas ndak perlu bilang-bilang I love you. Wong tiap sebelum kita hubungan aja, aku doain kamu kok. Panjang doanya. Uhibbuki fillaah pokoknya."

"Hehehe..."

Nurul malu abis, asli.

Masalahnya, Shiddiq memang tidak pernah bilang I LOVE YOU. Shiddiq bilangnya; Uhibbuki Fillaah atau Sayang kamu karena Allah.

Tapi Nurul kan pengin ikutan kekinian...

"Ikut aja yang lagi jadi viral, Mas..." jelas Nurul, lalu terkikik sendiri. Ditutupnya wajahnya dengan celana pendek milik sang suami.

"Kamu tuh," Shiddiq mengacak rambut Nurul. "Mas pikir kamu mau minta beli mobil yang murah-murah... Udah dag dig dug aja pas awal tadi."

"Ya ndak tho, Mas..." Nurul mengambil kemeja Shiddiq, lalu memisahkannya dengan satu kemeja lainnya.

Nurul memang dijuluki Iron Woman oleh Shiddiq, sebab baju mereka tidak disetrika kecuali baju kemeja dan khimar yang susah licin jika hanya dilipat.

"Masa aku minta mobil..."

Hening melanda sejenak.

Nurul merundukkan kepala, menghindari kontak mata dengan suaminya. Sebab dia yakin Shiddiq sedang menatapnya dalam diam saat ini.

Dan memang benar. Shiddiq memandangi istrinya dengan tatapan agak sendu.

Selama menikah dengan Nurul, nyaris lima tahun ini, Nurul memang tidak pernah meminta apa pun dari Shiddiq. Mereka memang berangkat bukan dari keluarga Kaya Raya. Dikatakan cukup, iya. Tapi Shiddiq dan Nurul bertekad untuk memulai rumah tangga dengan berpijak di atas kaki-kaki mereka. Dengan bantuan Allah, tentu saja.

"Rul," kata Shiddiq. Dia berpindah duduk menjadi agak mendekat pada Nurul. "Kamu kok ngga pernah minta apa-apa sih sama aku?"

Shiddiq selalu menyebut dirinya sebagai Aku, bukan Mas, jika sedang bicara serius. Dia menjaga adab agar Nurul tidak merasa bahwa Shiddiq menempatkan diri sebagai Mas. Tapi sebagai 'aku'; seseorang yang setara dengannya. Seseorang untuk dia ajukan komplen atau semacamnya.

"Pernah," kata Nurul. "Minta jajan bakso?"

Shiddiq tertawa.

"Bukan itu, Rul..."

"Terus?"

"Minta perhiasan, minta aku beli motor biar kita ngga ngangkot terus gitu?"

Nurul terdiam.

Suaminya memang pernah beberapa kali menanyakan persetujuan Nurul tentang beli motor dengan menggunakan uang pinjaman yang akan didapatnya secara mudah Dari teman-temannya di Shalih Squad.

Tapi Nurul menolak. Sebab Shiddiq berkata bahwa motor itu nanti akan dipakai ngojek untuk tambah penghasilan.

Mana mau Nurul kalau begitu. Ngga ngojek aja Shiddiq sering meriang.

"Masa perhiasan pakai perhiasan, Mas?" kata Nurul, memecah keheningan yang sempat kembali menyergap.

"Oh iya ya," balas Shiddiq.

Kemudian keduanya tertawa.

Nurul memindahkan tumpukan baju dan beralih pada tangan suaminya.

"Allah udah kasih kecukupan buat kita. Satu di antaranya adalah menjadi orang yang merasa cukup. Itu udah cukup, Mas. Ada rumah buat berteduh, ada Zaid yang setiap mau ini itu baca doa, ada Mas yang kerja ke sana kemari untuk jemput rezeki. Itu udah cukup, Mas," ucap Nurul. Digenggamnya tangan Shiddiq. "Misal aku minta perhiasan. Buat apa? Ngga bikin aku dijamin masuk surga kan? Aku ngga mau minta dunia ke kamu, Mas. Karena ke Allah aja aku sungkan minta dunia. Padahal Allah yang punyain dunia. Apalagi ke kamu, yang ngga mungkin munyain dunia..."

Terkekeh, Shiddiq jadi malu sendiri atas pertanyaannya tadi.

"Aku bersyukur luar biasa dipinjemin seorang kamu di dunia. Laki-laki lain belum tentu bersabar menghadapi aku kayak Mas menghadapi aku," kata Nurul lagi. Dirapikannya kerah kemeja suaminya. "Laki-laki lain mungkin udah ninggalin aku, tapi kamu ngga. Karena Allah yang kirim kamu buat aku," tambahnya. "Gitu kan yang selalu kamu bilang ke aku?"

Shiddiq melepas tawa, mengalihkan haru yang melintas dalam dadanya.

Bola matanya bergerak pelan, menatap lekat wajah Nurul di hadapannya.

Bayangan Nurul berjuang melahirkan Zaid, melintas. Bayangan Nurul ketika...

Ah, itu masa-masa sulit mereka.

Dan bersama Allah, semuanya terlalui dengan baik.

"Allah yang kirim kamu buat aku," kata Nurul lagi. Senyumannya terukir. "I love you, Mas Shiddiq..."

Bola mata Shiddiq bergerak lagi, tertuju pada senyuman Nurul yang demikian manisnya.

[][][]

Udah deh, anak kecil bobo ya :v

SHALIH SQUADTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang